Bagian 25: Dia Milikku?

108 25 1
                                    

Selamat membaca!🌻
--

[WARNING!!]

Bukan sakit badan yang Mentari rasakan. Tetapi sakit hatinya lebih dalam ketika mendapat perlakuan Bintang. Kasur yang empuk tidak membuatnya sakit ketika terjatuh tetapi hatinya terjatuh dalam kesakitan yang sangat keras, yaitu sebuah pemaksaan.

Mentari tak tahu Bintang bisa menjadi gelap mata. Bukan lagi cinta yang dia rasakan tetapi sebuah nafsu dan obsesi yang terpancar dari diri Bintang untuknya. Meski meronta menolak keinginan Bintang, dirinya masih kalah.

"Tolong jangan lakukan itu!" Isak Mentari terduduk di atas kasur dan tangannya menutup wajah sedihnya.

Hati Bintang terenyuh melihat wanita yang dicintainya menangis karenanya. Dia mendekat dan duduk di samping Mentari. Tangannya mengelus kepala Mentari dengan lembut dan matanya menatap sayu.

"Aku tidak akan melakukannya bila kau mau menikah denganku bukan menyuruhku menikahi wanita lain," lembut Bintang mengambil tangan Mentari.

Ibu jarinya menghapus tetesan air mata di pipi Mentari. Bukan keinginannya untuk menodai gadis di hadapannya. Tapi dia sudah tak punya cara lain untuk mempertahankan gadis yang dicintainya.

Kedua tangannya menangkup pipi Mentari dan menempelkan keningnya dengan kening Mentari. Mata mereka beradu sejenak hingga dia menutup mata merasakan kesedihan Mentari. Hatinya juga sakit karena tak ingin berpisah.

"Aku sangat mencintaimu!" Bisiknya.

Tubuh Mentari masih bergetar. Tapi melihat wajah Bintang yang amat dekat dengannya membuatnya berhenti terisak. Deru nafas Bintang sangat dia rasakan. Jantungnya semakin berdetak kencang. Ketika mata itu kembali menatapnya sangat dekat.

Belaian lembut ibu jari Bintang mampu membuatnya tenang. Merasakan kelembutan sentuhan dan pandangan yang membuatnya nyaman. Tapi dia berpikir bahwa ini semua salah. Bintang bukan miliknya begitu juga dirinya, bukan lagi milik Bintang.

"Maafkan aku Bintang! Aku tidak...,"

Ucapan Mentari terpotong ketika bibirnya merasa tertahan oleh sebuah bibir lain yang menempel. Tubuhnya seketika mematung, berbeda dengan bibir Bintang yang dengan lembut mengecup bibirnya. Ciuman kedua kali untuk malam ini.

"Bila kau menolakku, maaf bila aku terpaksa melakukan ini," Bintang yang awalnya mengecup lembut kini menggigit kecil bibir milik Mentari.

Tentu saja Mentari sedikit berdesis karena bibirnya merasa sakit dan bibirnya ikut terbuka. Sehingga Bintang leluasa semakin liar memainkan bibir dan lidahnya di mulut Mentari. Bahkan ciuman itu semakin memburu dan kuat. Karena tangannya menahan tengkuk Mentari.

Mentari yang baru pertama kali berciuman tidak bisa mengimbanginya. Mulutnya terdiam menerima serangan ciuman buas dari Bintang. Hingga Bintang berhenti dengan nafas yang tersengal-sengal begitu juga Mentari yang merasakan kehilangan oksigen.

Bintang tersenyum melihat Mentari yang masih polos. Dia senang karena dia yang pertama mencuri ciuman Mentari. "Kamu suk..,"

Suara dering ponsel Mentari terdengar. Membuyarkan diamnya Mentari. Cepat Mentari berdiri dan sedikit mendorong tubuh Bintang. Ini kesempatan, batinnya.

"Kamu mau kemana?"

"Ponselku berdering, sepertinya mamih aku menelepon," kilahnya padahal dia juga tidak tahu siapa yang meneleponnya.

Melihat ada celah dan Bintang tak menahannya, Mentari berlari keluar dari kamar Bintang dan segera menjawab panggilan teleponnya. "Ravi?" Desisnya. Dia pun langsung menggeser ikon hijau.

Siapa Merebut Siapa [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang