Matthias menarik tangan Eleanor, menyeretnya sampai ke lorong dimana kamar Eleanor berada.
"Hey! Lepaskan, sakit!!"
Semua ucapan kesakitan Eleanor tidak digubris. Matthias sudah terlalu marah.
Bruk!
Matthias membanting tubuh Eleanor pada pintu kamarnya, kemudian mencengkram erat kedua bahunya.
Telinga Matthias terlihat kemerahan, artinya ia sedang sangat marah.
"Apa yang kau lakukan dengan Fabien malam itu?" Tanya Matthias dengan intonasi datar namun menusuk. Jangan lupakan tatapan mata yang sama tajamnya dengan cakaran Matthias dalam wujud serigala.
"T-tidak ada."
Eleanor tidak tau harus menjawab bagaimana, ia sudah terlalu panik. Ia tidak menyangka kebahagiaannya hanya akan berlangsung sesingkat ini.
"Kau berbohong. Aku tanya sekali lagi, apa yang kau lakukan bersama Fabien dimalam ketika aku pergi!?"
Kali ini Matthias mengencangkan suaranya, tangan kanannya terkepal meninju pintu tepat di sebelah kiri kepala Eleanor. Membuatnya terkejut hingga hampir menangis.
"Aku bilang tidak ada! Kami tidak melakukan apapun!!" Eleanor berseru, kedua bola matanya berkilat menahan tangis.
Matthias melepaskan cengkeramannya dari bahu Eleanor, kemudian mengacak rambutnya kesal. "Kau masih berbohong, El,"
Ia berdecak keras penuh kekecewaan, "kenapa kau lakukan ini padaku? Pertama Ethan, aku sudah berhasil menyingkirkannya dari sisimu. Dan kemudian ada Fabien. Jangan buat aku harus menyingkirkannya juga, Eleanor!"
"Apakah diriku tidak pantas sedikitpun atas dirimu?"
Eleanor terdiam.
"Jawab aku!" Matthias berseru, membuat Eleanor kembali berjengit di tempatnya.
"Seenggan itu kau menerimaku.. Setelah semua hal yang aku lakukan untukmu!"
Matthias kembali meninjukan kepalan tangannya, kali ini ke tembok batu di belakangnya.
"Aku tidak pernah memintamu untuk melakukan apapun untukku!! Kau sendiri yang melakukannya tanpa kuminta sekalipun! Dasar bajingan gila!!" Eleanor berseru penuh amarah meluapkan segala yang ia rasakan.
"Dan sekali lagi aku katakan, aku tidak melakukan apapun dengan Fabien! Entah kau mendengar kabar apa dan dari siapa, yang jelas aku tidak pernah melakukan hal aneh apapun dengannya!! Aku tidak berbohong!"
Matthias masih menatap Eleanor penuh amarah ketika Eleanor memutuskan untuk masuk ke dalam kamarnya, kemudian menguncinya agar Matthias tidak bisa mengganggunya lagi.
Matthias menggedor-gedor pintu kamar Eleanor memintanya untuk membukakan pintu. Sementara Eleanor bergegas mencari surat yang diberikan oleh Ethan kemudian membakarnya menggunakan api yang berasal dari lilin menyala lalu membuang abunya keluar melalui jendela kamar.
Tentu saja itu adalah keputusan yang sangat aman, karena dengan begitu jika kemungkinan terburuk Matthias menggeledah kamar Eleanor maka tidak akan ditemukan barang bukti apapun.
Suara Matthias di luar sana mulai melemah hingga akhirnya tidak terdengar lagi suara apapun dari luar sana. Eleanor mendekatkan telinganya ke daun pintu, berusaha untuk mendengar situasi diluar. Hanya suara isakan yang dapat ia dengar.
Eleanor terduduk bersandar pada pintu, menumpukan wajahnya pada kedua tangan yang ia lipat diatas lutut. Ia menangis.
"Aku tidak tau sejak kapan kau merasa seperti itu, tapi aku menyayangimu, Matt. Hanya saja rasa sayang yang aku rasakan berbeda, aku menyayangimu sebagai temanku, teman baikku, dan aku tidak bisa menerima perasaanmu yang lebih terhadapku. Karena yang kita rasakan memang berbeda,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Full Moon • The Boyz [✓]
Fanfiction"𝕿𝖍𝖊 𝖗𝖎𝖘𝖊 𝖔𝖋 𝖙𝖍𝖊 𝖋𝖚𝖑𝖑 𝖒𝖔𝖔𝖓, 𝖙𝖍𝖊 𝖗𝖊𝖛𝖊𝖆𝖑 𝖔𝖋 𝖙𝖍𝖊 𝖙𝖗𝖚𝖊 𝖐𝖎𝖓𝖌" Sebuah kerajaan werewolf mempunyai dua orang anak laki-laki sebagai calon pewaris takhta. Namun hanya satu yang pantas untuk mengambil alih takhta ter...