Indah kasihmu bagai pelangi
Jauh tak berujung
Takkan pernah mampu untuk ku gapai
.
.
.
.
.Yoongi pulang lebih awal kali ini, si kulit pucat itu dapat sedikit bernafas untuk beberapa hari kedepan, pasalnya proyek besarnya sudah hampir 92% rampung. Ia sungguh merindukan kasur nyamannya ingin cepat-cepat berkencan seharian dengan bantal kesayangan.
Mata kucingnya tengah fokus berkendara dalam derasnya hujan. Meski pemimpin perusahan besar, Yoongi memang lebih nyaman berkendara sendiri dibandingkan harus menggunakan driver meski diwaktu tertentu ia masih membutuhkannya.
Dipertengahan jalan tiba-tiba fokusnya terbagi. Ia mengentikan kendaraannya memperhatikan sosok yang sangat ia kenali.
Adik perempuannya terlihat tengah berteduh dipinggiran minimarket dengan membawa belanjaan dua kantung plastik penuh. Tangan kecilnya nampak kewalahan menjinjing plastik-plastik tersebut, dengan sesekali melindunginya dari air hujan yang menyeruak tertiup angin.
Pria tersebut terdiam sesaat memperhatikan lamat si manis bergigi kelinci tersebut. Hal itu tak berlangsung lama ia menghela nafas sejenak lalu kembali melajukan Hyundai Santa Fenya.
Si gadis manis itu sendiri kini masih setia berdiri disana menikmati hujan yang sepertinya masih awet mengguyur bumi.
Suzy suka hujan, baginya ribuan air yang turun kebumi itu tangguh meski telah berkali-kali jatuh. Setiap selesai badai, hujan tak selalu menjajikan pelangi indah. Namun berkah air yang berlimpah yang bahkan kadang tak disadari itu pasti bergunanya.
"Eoh adik manis kita bertemu lagi sedang apa kau disini sendiri?" Tanya pria tampan bersurai ash grey tersebut.
Kepala Suzy mendongak menatap seseorang yang lebih tinggi darinya itu. "Ohh Jimin Oppa. Aku sedang berebelanja persediaan rumah." Suzy tersenyum senang bisa berjumpa kembali dengan Jimin.
Pertemuan mereka terjadi saat Suzy tengah membagikan pamflet. Saat itu Jimin yang berjalan tengah sibuk dengan ponselnya hingga tak sengaja menabrak Suzy yang sedang berdiri membelakanginya, hal tersebut tentunya membuat lembaran pamflet yang Suzy bawa jatuh berserakan.
Sang pemuda bermarga Park tersebut tentu merasa sangat bersalah karena ceroboh. Ia membantu Suzy memunguti lembaran pamflet itu dan menawarkan diri untuk membantu membagikannya namun ditolak halus oleh Suzy.
Bagi Suzy ini sudah tanggung jawabnya jadi ia akan melalukannya dengan tuntas, lagipula ia tak terluka jadi Jimin tidak perlu merasa bersalah.
Park Jimin tersenyum hingga menampilkan eyes smilenya. Ia sangat menyukai anak kecil terlebih lagi seperti Suzy yang membuatnya gemas ingin menggigit pipi chubbynya.
"Apa kau tidak kedinginan dan itu sepertinya terlihat sangat berat?" Jimin bertanya pada Suzy.
"Ani Oppa ini sejuk seperti AC dan ini pula tidak berat aku kan kuat sekali seperti super hero favorit Oppaku iron man." Suzy menjawab dengan kekehan diakhir kalimatnya.
Jimin lantas tersenyum atas penuturan Suzy, tangannya terlihat membuka payung dan mengambil alih barang belanjaan Suzy "Mari Oppa antar kau pulang, sepertinya hujannya sangat awet. Eits aku tidak menerima penolakan kajja."
KAMU SEDANG MEMBACA
DIFFERENT
Teen FictionAku akan terus menyayangi mereka, itu semua janji pastiku sampai kapanpun. Terimakasih atas segalanya, aku bukan apa-apa tanpa kalian. Bagiku ini bukan sakit tapi hanya ujian hati.