XIV. Floccinaucinihilipilification

25 11 24
                                    

"Bagaimana pun dia, mimpiku tetaplah membanggakan orang tuaku. Aku sudah berjuang sampai sini, tetapi Tuhan membuat semua itu adalah hal yang sia-sia..."

-Happy Reading-

Song recommendation
"Lyn - Back In Time (OST The Moon Embraces The Sun)"

Di pagi buta ini, aku merasa ada seseorang yang menepuk-nepuk pundakku dengan halus. Oh tidak-tidak, kali ini ia menggoyang-goyangkan tubuhku.

"Hey, bangun sayang." Begitulah katanya sembari ia masih melakukan hal yang sama.

Ku lihat wanita itu tersenyum padaku begitu aku membuka mata. Aku terduduk, mengucek mataku, mengumpulkan nyawa untuk menjalani hari ini.

"Ayo mandi, udah mandi kamu sarapan. Ibu udah siapin sarapan buat kamu." Ujar wanita itu kemudian ia meninggalkanku sendiri di kamar.

Seingatku hari ini aku memiliki suatu acara yang sangat penting, tapi apa? Bisa-bisanya aku melupakan hal penting itu?! Berusaha untuk mengingat-ingat kembali acara apa yang seharusnya ku ingat. Tapi percuma, aku benar-benar melupakannya.

Akhirnya aku memilih menyingkirkan selimut itu dari tubuhku dan beranjak dari kasur untuk pergi mandi.

...

Setelah mandi dan memakai baju seragam sekolahku, aku pergi ke dapur. Sesuai kata ibu, dia telah memasak sarapan di sana. Kesukaanku, nasi goreng. Aku menarik kursi lalu makan duluan di meja tersebut.

Sampai aku menyadari bahwa ayah dan ibu tidak di dapur bersamaku. Aku berhenti menyuapkan satu sendok nasi goreng itu ke mulutku, mataku menelisik. Ibu... Hanya memasak nasi goreng untuk satu piring?

Entah kenapa aku tiba-tiba saja berputar 180 derajat. Tepatnya menghadap pintu utama rumah ini. Ku lihat ayah dan ibu sedang memerhatikanku dari sana. Cukup lama mereka memandangku. Lalu mereka saling menatap. Kemudian mereka saling bergenggaman tangan, dan keluar dari pintu utama tersebut. Mereka meninggalkan rumah. Diiringi dengan pintu yang tertutup dengan sendirinya.

"Ibu! Ay—"

"Hah? Hah..."

Ternyata mimpi.

Kenapa aku terlihat bodoh saat sedang bermimpi. Seharusnya aku ingat ibu sudah tidak ada. Tapi... Barusan benar-benar nyata di mataku. Terlihatnya. Suasananya memang membangun, menghipnotisku seolah itu benar-benar kejadian asli. Tapi ada satu hal aneh di sana, semua jam dinding di rumahku tiba-tiba saja menghilang.

Lalu alarm berbunyi seketika. Hey, kau terlambat untuk itu. Aku meraih ponselku dan melihat layar yang memberitahu acara hari ini. Mataku masih menempel dengan erat, seolah ada lem yang melarangku untuk bangun di pagi ini.

"[Victon Elementary School Event] Acara Pelepasan Siswa Kelas 6; Pengumuman Nilai Ujian Siswa Tertinggi; Pengumuman Siswa Teladan"

--- # ---

"Jaaaeeemmmiiinnn!!!"

Bugh!

"Aduh!"

Aku mengaduh setelah Haechan tiba-tiba saja naik ke punggungku. Untung saja aku bisa kuat menggendongnya. Dia ini, meneriaki namaku dengan keras sambil berlari ke arahku, dengan ekspresinya yang begitu riang seperti baru saja memenangkan lotre.

0 : 10.000.000Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang