Selamat Membaca 🍀
Selama di perjalanan tidak ada yang berniat untuk membuka suara. Galen terlihat fokus mengendarai motornya, sementara Seyna sibuk dengan pikirannya. Entah kenapa Seyna merasa sedikit gugup.
Keduanya turun dari motor saat tiba di rumah Galen. Seyna mengekori langkah Galen.
Pemuda itu mengetuk pintu. "Punten! Galen pulang!"
Seyna yang berdiri di sebelah Galen, menyikut perut pemuda itu. "Salam yang bener," tegurnya.
Galen nyengir. "Itu udah bener kali,"
Baru juga Seyna hendak mencibir, namun tertahan oleh suara pintu yang terbuka dan menampilkan seorang wanita paruh baya.
"Loh--" Wanita itu terlihat bingung, dia menatap kedua remaja itu bergantian.
Seyna tersenyum canggung, lalu menyalimi tangan wanita itu.
"Halo tante," sapa Seyna grogi.
"Ini ... Seyna, ya? Temennya Galen 'kan?" Wanita yang bernama Elysa itu tersenyum.
Ekspresi wajah Seyna terlihat bingung sebab bagaimana mungkin wanita itu mengetahuinya.
"I-iya tante," balas Seyna gugup.
Elysa tersenyum senang, bahkan ia menyentuh lengan Seyna singkat. "Panggil Mami aja biar lebih akrab,"
"Iya tan--eh Mami maksudnya," Seyna tersenyum kikuk.
Galen bersiul membuat atensi kedua orang itu beralih.
"Galen--"
"Ya, Mi?"
Elysa menggeleng pelan. "Kenapa kalian udah pulang? Bukannya belum jam pulang, ya?"
Seyna dan Galen saling lirik, bingung hendak menjawab apa.
"Itu Mi, Seyna sama Galen bo--" Belum sempat Seyna menyelesaikan ucapannya, Galen lebih dulu menyela.
"Mami, kita engga disuruh masuk dulu nih? Pegel tau dari tadi berdiri terus. Seyna juga tamu 'kan? Harusnya dipersilahkan masuk. Ga enak ngomong didepan gini," ucap Galen panjang.
"Ah, iya. Maaf maaf, mami lupa," Elysa terkekeh. "Ayo masuk sini,"
Ketiga orang itu melangkah masuk. Galen berjalan di belakang, menatap dua punggung didepannya.
"Kebetulan tadi Mami lagi masak buat makan siang, kamu mau bantu engga?"
Seyna mengangguk cepat. "Mau banget!"
Galen terkekeh dibelakang. "Mi, Galen ke kamar dulu, ya. Mau ganti baju,"
"Yaudah sana,"
Tanpa membalas Galen melenggang pergi meninggalkan dua orang itu yang berjalan menuju dapur.
Seyna meletakkan tasnya di kursi meja makan, kemudian melangkah menghampiri Elysa yang sudah lebih dulu memasuki area dapur. Seyna mencuci tangannya kemudian membantu Elysa untuk membuat makanan.
Setelah beberapa menit berlalu, Seyna dan Elysa menata piring diatas meja makan.
Galen datang saat seluruh masakan sudah tertata diatas meja.
"Wuh, enak banget nih kayaknya," Galen mendudukkan dirinya. "Duduk Sey," suruh Galen saat Seyna masih berdiri.
Seyna menurut, ia menarik kursi disebelah Galen.
Elysa mengambilkan nasi serta lauk untuk kedua remaja itu. "Makasih, Mi," ucap Seyna setelah menerima piring yang diberikan Elysa.
"Sama-sama sayang. Ayo dimakan, tambah juga kalau perlu," Elysa duduk berhadapan dengan Seyna.
"Ini aja belum dimakan, Mi. Masa udah mau nambah aja."
Seyna terkekeh.
Ketiganya makan dengan tenang, sesekali Elysa mengajak Seyna berbicara.
Setelah selesai makan, Seyna membantu mencuci piring sedangkan Elysa yang mengeringkannya menggunakan lap.
Untuk Galen sendiri, ia lebih memilih untuk memerhatikan keduanya saja. Ugh, entah kenapa ada perasaan hangat yang menjalar dihatinya.
"Kamu sering-sering main ke sini ya," ucap Elysa.
"Iya, Mi. Seyna usahain," Ia memberikan piring yang telah dibilas.
"Harus itu mah,"
Seyna menanggapi dengan tertawa pelan.
"Kamu mau bantuin tante bikim kue engga?" tanya Elysa usai mereka mencuci piring.
"Kue apa, Mi?" Seyna memiringkan posisinya menatap Elysa.
"Brownies aja sih,"
Seyna mengangguk. "Boleh Mi,"
Elysa tersenyum antusias. Ia menyuruh Seyna untuk mengelap meja makan, sebab mereka akan membuatnya disana. Selagi Seyna mengelap, Galen disuruh Elysa untuk membantunya menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan.
Semuanya sudah ada diatas meja, saat Elysa hendak memasukkan telur ke dalam wadah, Seyna mencegahnya. "Eh, biar Seyna aja, Mi. Mami arahin aja,"
"Setuju, biar Galen sama Seyna aja yang buat," imbuh Galen.
"Yaudah," sahut Elysa dengan senyum geli.
Seyna memasukkan satu butir telur, saat hendak memasukkannya lagi Galen merebut telur itu.
"Biar gue aja,"
"Emang lo bisa?" tanya Seyna meragukan.
"Mecahin telur mah gampang kali,"
Seyna dan Elysa saling menatap dengan kekehan. "Awas tumpah," ucap Elysa.
"Yah," ujar Galen saat tidak sengaja menekan salah satu telur yang tergeletak diatas meja.
"Belum apa-apa udah mecahin. Yakin bisa?" komentar Seyna.
"Ini tuh ketidaksengajaan," elak Galen.
"Serah lo deh," Seyna mengambil lap yang ada dimeja, hendak membersihkan telur yang dipecahkan oleh Galen.
"Eh, biar Mami aja," Tanpa menunggu balasan, Elysa langsung merebut lap itu. Namun saat hendak mengelap, Galen malah merebutnya.
"Biar Galen aja. Kan Galen yang mecahin," ucapnya cepat ketika Elysa akan berbicara.
Ketika Galen sibuk membersihkan telur pecah itu, Seyna sibuk memasukkan segala macam bahan-bahan yang di instruksikan oleh Elysa.
Dalam hati Seyna menggerutu saat punggung tangannya ketumpahan sedikit terigu. Namun Seyna tidak menggubrisnya ia sibuk mengaduk adonan.
Seyna mengusap pipinya yang mendadak gatal menggunakan punggung tangan yang terkena terigu.
Galen menahan tawa membuat Seyna mendelik.
"Sini gue lapin," Niatnya mau membersihkan pipi Seyna yang terdapat terigu, namun bukannya menghilang terigu diwajah Seyna malah bertambah.
Melihat itu Elysa tertawa.
Menit-menit terlewati hingga akhirnya kue brownies itu dimasukkan ke dalam oven.
"Biar Seyna aja yang beresin, Mi. Mami tunggu di sofa aja," cegahnya.
Elysa menggeleng. "Engga usah, biar Mami aja,"
"Biar Seyna aja Mi," kekuhnya. "Lagian ada Galen yang bantuin kok,"
Mendengar namanya disebut-sebut, Galen memutar bola matanya malas.
"Yaudah, terserah kamu aja,"
Seyna tersenyum senang. "Makasih, Mi!"
Seyna mulai mengangkat alat-alat yang tadi mereka gunakan usai kepergian Elysa. "Jangan diem aja, bantuin gue dong,"
"Iya-iya!"
Dengan wajah masam, Galen mengikuti langkah Seyna menuju dapur.
"Lo bisa nyuci?" tanya Seyna sambil meletakkan bawaannya ke tempat cuci piring.
"Bisa," jawab Galen sombong.
"Idih, yaudah cuci nih!" suruh Seyna, ia menepi.
Melihat Galen yang sangat-sangat lama, membuat Seyna berdecak. "Lama lo, udah biar gue aja."
***
Seragam sekolah yang dikenakannya lumayan basah akibat terciprat air saat mencuci.
"Mami ambilin baju ganti ya," ucap Elysa.
Seyna mendongak. "Engga usah, Mi. Nanti bakalan kering kok," balasnya tidak enak hati.
"Udah, gapapa," Elysa berlalu.
Seyna menghela nafas. "Gara-gara lo nih," ia melirik Galen kesal.
"Kenapa jadi gue?"
"Ya emang karena lo baju gue basah,"
"Yaudah sih, maaf,"
"Lo tuh--"
Seyna tidak melanjutkan ucapannya saat Elysa kembali.
"Ini kamu ganti baju dulu," Elysa memberikan baju ditangannya pada Seyna. "Len, anterin Seyna ke kamar Gina. Sekalian istirahat,"
"Oke!" seru Galen.
"Tada--"
"Wei! Ngapain lo disini?" seruan itu membuat Seyna dan Galen menoleh. Mengalihkan pandangan dari kamar yang Galen baru buka pintunya.
"Minjem kamar lo kak,"
Orang yang berseru tadi adalah Gina yang baru saja pulang dari kampus. Gina berjalan mendekat, tidak menggubris ucapan Galen.
Gina menatap Seyna. Ia berdehem. "Kamu siapa?"
Seyna melirik Galen yang terlihat sensi.
"Kamu-kamu! Giliran sama orang lain aja kayak gitu. Tapi kalau sama gue pake lo-lo!" gerutu Galen.
"Diem lo! Balik sana," usir Gina.
Galen mendengus lalu berjalan meninggalkan keduanya, tapi saat melewati Gina ia berbisik. "Jagain, ya. Calon adek ipar lo."
Gina mencebikkan bibirnya. Ia menatap Seyna yang terlihat kikuk.
"Ayo masuk," Gina masuk duluan diikut oleh Seyna.
"Kamu ganti baju aja, aku mau mandi dulu. Kalau semisal aku lama, kamu istirahat aja," ucap Gina sembari meletakkan tasnya diatas sofa.
"Iya kak,"
Seyna menghela nafas setelah Gina menghilang dibalik pintu yang Seyna yakinin adalah kamar mandi.
Ia mengganti bajunya, kemudian mendudukkan di kasur empuk milik Gina. Sembari menunggu Seyna melihat sekeliling, lebih tepatnya pada bingkai foto yang tergantung di dinding.
"Kamu Seyna ya?"
Gadis itu relfeks menoleh. "Kaget gue," gumamnya tanpa suara.
Gina berjalan mendekati Seyna, ia duduk disebelah gadis itu.
"Iya kak," jawab Seyna canggung bahkan ia sedikit bergeser. "Em, kak Gi--?"
"Gina,"
Seyna mengangguk. "Kak Gina kenapa tau aku?" tanyanya heran, secara kan mereka baru bertemu. Tadi juga Galen tidak memperkenalkan dirinya.
"Galen biasa nunjukin foto-foto kamu ke aku, biasanya juga ngirimin,"
Seyna menerjap. "Foto-foto?"
"Iya," Gina bangkit mengambil ponselnya yang tadi ia letakkan diatas meja belajar. "Ini loh," Gina memperlihatkan foto-foto yang ia maksud.
"Kok? Kan aku engga pernah minta difotoin. Foto ini juga engga pernah di ambil deh," ucap Seyna heran.
"Mungkin Galen yang ngambil diam-diam,"
Mendengar itu membuat Seyna merasakan sesuatu yang aneh.
"Kamu punya hubungan apa sama Galen?" tanya Gina penasaran.
Seyna terlihat bingung ingin menjawab apa. Padahal ia cukup mengatakan bahwa mereka adalah 'teman'.
"Ki--"
Tok tok tok!
Pintu diketuk.
"Siapa?" sahut Gina, ia mengalihkan pandangannya dari Seyna.
"Galen!"
"Kenapa?" tanya Gina tanpa ingin merepot membuka pintu.
"Makan malam!" Galen menjeda ucapannya sebentar. "Ini pintu buka kek!"
Gina berdiri, ia menatap Seyna. "Ayo,"
Seyna mengekor.
Begitu pintu terbuka, Gina lebih dulu bersuara dibandingkan Galen yang sudah siap melayangkan protesan.
"Jangan banyak bacot! Ayo, turun."
"Lo--"
Mulut Galen terbuka ketika Gina melewatinya begitu saja sambil menggandeng tangan Seyna.
Galen mengumpat dalam hati kemudian menyusul kedua gadis itu.
***
Salah satu jaket milik Galen, Seyna kenakan untuk melindungi dirinya dari embusan angin malam.
Galen dan Seyna sedang dalam perjalanan menuju rumah gadis itu.
Usai makan malam bersama, Seyna pamit pulang sebab ia merasa sudah sangat lama berada di rumah Galen. Padahal keluarga Galen tidak mempermasalahkan itu.
Didalam tasnya terdapat kotak bekal berisikan kue brownies buatannya bersama Galen tentu dengan arahan dari Elysa.
Selama diperjalanan tidak ada yang membuka suara. Mereka memilih diam menikmati embusan sejuk angin malam.
-----------------
Author note :
Jangan lupa tinggalkan jejak ✨📝
Baca juga karya lain Teras Pena Squad 📖
KAMU SEDANG MEMBACA
Perfect Stranger (END)
Teen FictionNama Kelompok : Cyan 12 Genre : Teenfiction Deskripsi : Menjalin hubungan dengan siapapun, selalu berawal dari dua orang yang tidak saling mengenal, alias orang asing. ----------------------------------------------------- Seyna Agatha seorang remaj...