04. Alive

279 52 3
                                    

DOR!

"Agh! Shit!"

Jeffrey Jung memekik penuh emosi seraya melangkah mundur. Baru saja menerima sebuah tembakan di lengan kanannya yang memang sudah terluka karena ulah Nadisa.

Pun pistol di tangan Jeffrey telah jatuh ke lantai. Terlempar beberapa meter jauhnya.

Di saat yang sama, sosok Jevano Lee muncul tepat di samping Jeffrey. Langsung menghadiahkan sebuah bogeman keras pada seniornya. Membuat Jeffrey mau tidak mau bergeser dari posisinya. Menjauhi Nadisa.

"Kau mau mati, Jevano Lee?!"

Jeffrey nyaris mengambil langkah untuk membalas Jevano, tapi lelaki Lee itu segera menodongkan pistolnya pada dahi Jeffrey. Membuat yang lebih tua mematung di tempat. Tak berani bergerak.

"Kalian yang harusnya mati," kata Jeno pelan. Penuh penekanan.

Semua ajudan di sana saling bertukar pandang. Jelas menampilkan raut wajah penuh ketakutan.

Mereka semua tahu siapa yang mereka hadapi saat ini. Jevano Lee. Ajudan termuda sekaligus terkuat yang dimiliki oleh keluarga Tirta Sanjaya. Mengalahkan seratus orang pun bukan hal yang sulit baginya. Terlebih dengan pistol yang ada di tangannya.

Bisa dibilang, maju melawan Jevano Lee saat ini sama saja dengan bunuh diri.

"Bocah sialan ini..." desis Jeffrey.

Dengan jejak air mata di pipi, Nadisa menolehkan kepala. Mendapati sosok Jevano yang berdiri dengan tegap di sana. Tampak tidak gentar menantang Jeffrey yang tak lain adalah seniornya. Sosok yang selama ini jadi panutannya.

"Jevano, kamu ... ada di pihakku?" Nadisa bertanya dengan suara seraknya.

"Ya, Nona. Sampai kapan pun akan begitu."

Suasana di lantai satu kediaman Tirta Sanjaya menjadi dingin. Semua orang larut dalam pikirannya masing-masing.

Hingga Jeffrey melirik salah satu anak buahnya. Xiao Dejun. Memberi kode dengan gerakan matanya menuju Nadisa.

"H-hey, Jevano Lee!"

Ya, itu suara Dejun. Berusaha untuk terlihat tangguh, meski nyatanya tengah meragu.

Lelaki yang lebih tua satu tahun dari Jevano itu mengambil langkah maju. Mengarahkan senapan laras panjang di tangannya pada Nadisa yang masih terduduk di lantai.

Narendra di tempatnya sempat berjengit kaget, tapi berusaha menutupinya. Lebih memilih diam dan tidak ikut campur atas masalah di hadapannya.

"Turunkan senjatamu atau kupastikan Nona Nadisa akan mati, Jevano Lee."

"Si bangsat ini..." lirih Jevano.

Lelaki Lee itu kemudian melirik ke arah kirinya. Mendapati Nadisa yang berdiam diri dalam posisi duduknya. Hanya memandang kosong pada Dejun yang benar-benar siap untuk membunuhnya.

Maka Jevano tidak punya pilihan lain.

Brak!

Lelaki keturunan Korea itu langsung menjatuhkan pistolnya. Mengosongkan tangannya dari senjata.

Setelahnya, Jevano memposisikan diri di depan Nadisa. Memblokade senapan yang tepat mengarah pada sang gadis. Tanpa gentar, Jevano meraih ujung senapan tersebut, kemudian mendorongnya dengan kuat. Serta merta membuat Dejun terhuyung ke belakang.

Jevano berdiri kokoh di sana. Tidak peduli pada fakta bahwa seluruh rekan kerjanya kini menodongkan senjata padanya. Pada Nona Muda kesayangannya.

Kedua netra kelam milik Jevano kemudian bersibobrok dengan Narendra Sanjaya. Sang Tuan Muda yang sejak tadi hanya menutup rapat mulutnya.

In Another Life || Jeno LeeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang