Valentino pov
Aku berpikir tentang mantan suami Lilianne. Terlihat jelas wanita itu berubah sejak bertemu dengan pria itu. Apa yang mereka bicarakan? Yang membuat wanitaku mendadak pucat sebelum kami pergi. Dan Lilianne berubah murung sejak pulang dari Jogja.
Dia jarang bicara dan sering menolak ajakan makan siangku. Aku memutar otak mencari tahu tapi Keira dan Pamela bilang tidak tahu apa-apa, mereka malah mengajakku merencanakan ulang tahun Lilianne minggu ini. Aku menyerahkan segalanya pada mereka, aku mengatakan bahwa aku yang akan membiayai semuanya.
Entah kenapa aku melangkah ke toko perhiasan di mall siang itu saat makan siang dengan Jarvis. Aku melihat barisan cincin berlian dan menemukan satu yang langsung membuatku membayangkan wajah cantik wanita itu.
Entah apa yang membuatku berpikir untuk memberi hadiah cincin, tentunya bermakna dalam jika seorang pria memberikan cincin untuk wanita. Apakah dia akan menolak? Aku kembali menatap cincin itu di mejaku sesaat sampai di kantor.
Ketukan di meja membuatku dengan cepat menyimpan cincin itu di dalam kantong celanaku.
"No, dipanggil pak Ryan tuh?" Ucap Mitha.
Aku menyernyitkan dahi. Untuk apa pria tua itu ingin menemuiku? Tidak ada satu pun pekerjaanku yang berhubungan dengannya. Andai ada pun pasti melalui bu Keira. Aku melangkah dan melihat sorot angkuhnya saat aku masuk ke dalam ruangannya.
"Bapak cari saya?" Aku bersikap polos.
"Ya Tino. Silahkan duduk."
Aku duduk berhadapan dengannya dan dia mencoba mengintimidasi tapi tatapannya tidak seberapa tajam dibanding tatapan Papaku.
"Saya suka Lilianne. Dan saya tidak suka seorang pun berusaha mengalihkan perhatian wanita itu dari saya."
Aku masih terdiam menatap lurus ke matanya.
"Saya lihat kamu juga suka dia. Kamu harus tau diri Tino. Kamu itu cuma karyawan dan kamu anak baru. Tapi beraninya kamu deketin Lilianne."
Rasanya aku malas menghadapi orang seperti ini. Dia pikir aku akan ketakutan dan menunduk? Aku melihat wajahnya berubah marah saat aku berekspresi biasa saja.
"Kamu...."
Omongannya terpotong saat asistennya memberi tahu bahwa ada tamu dan kami berdua terkejut melihat Pak Dennis, tangan kanan Papaku masuk ke ruangan itu. Pak Dennis juga terkejut melihatku.
"Mas Valentino?"
Ryan berubah bingung melihat pria paruh baya itu menyapaku.
"Pak Dennis..." aku mengulurkan tangan menjabat tangannya.
"Kok ada disini Mas?" Pria itu bingung melihatku.
"Bapak kenal Tino?" Tanya Ryan heran.
"Iya pak. Mas Valentino ini anaknya pak Yudhi."
Aku merasa kasihan melihat Ryan terhenyak dan wajahnya berubah pucat. Aku tidak bermaksud mengungkap identitasku secepat ini.
"Tolong Pak, jangan bilang papa saya kerja sama Oom Yogie." Aku menghadap pak Dennis dan dia mengangguk. Lalu aku menatap Ryan.
"Saya memang menyukai Lilianne dan saya harap kita bisa bersaing secara sehat. Tolong lain kali jangan membicarakan hal pribadi di jam kantor. Saya permisi."
Aku mengangguk sejenak pada pak Dennis dan keluar dari ruangan itu. Sedikit kesal dengan sikap sok pria tua bangka yang sangat tidak profesional. Dia pikir jabatannya bisa menekanku?
KAMU SEDANG MEMBACA
✅ TOUCH ME NOW
Aléatoire(Complete) Lima tahun menjanda, Lilianne hanya fokus pada pekerjaan dan anak semata wayangnya, Olivia. Baginya kehidupan yang dia jalani sudah sempurna, Lilianne tidak membutuhkan sosok pria baik untuknya atau untuk anaknya. Hingga suatu ketidaksen...