Rafael mengunci pintu kamar Queen, lantas melangkah perlahan menuju ranjang. Ia tidak ingin membangunkan gadis yang sedang terlelap. Sepertinya Queen lupa mematikan lampu utama, sehingga kamar bernuansa pink itu terlihat terang.
Tatapan Rafael tertuju pada boneka kelinci dan music box di atas meja kecil tepat di samping ranjang. Rafael tersenyum pahit. Bahkan setelah Rafael melukainya, Queen tetap menyimpan barang pemberian Rafael? Apa Queen sangat mencintai Rafael? Atau memang gadis itu berhati lembut sehingga tetap mempertahankan benda pemberian Rafael, tidak peduli meski ia sudah terluka.
Rafael melangkah semakin dekat ke arah ranjang. Dengan hati-hati, ia naik ke sana, duduk di bagian sisi ranjang yang kosong. Ditatapnya tubuh lemah Queen. Gadis itu berbaring telentang, mengenakan celana jeans selutut serta kaos longgar berwarna putih. Tatapan Rafael beralih pada wajah sayu di hadapannya.
Rafael membungkuk, menatap wajah Queen dari jarak yang sangat dekat. Wajah berkulit halus itu memperlihatkan sisa-sisa air mata yang sudah mengering. Rafael menyingkirkan sehelai rambut yang menjuntai di wajah gadis itu. Queen pasti sangat terpukul dengan kejadian ini. Lihatlah bagaimana Queen lupa mengganti celana jeans-nya dengan piyama. Atau bahkan mungkin Queen tidak mengganti baju sejak pagi.
Mungkin Queen lelah menangis, sampai-sampai ia tertidur begitu lelap hingga tidak menyadari kehadiran Rafael. Tangan Rafael terulur, mengambil benda kecil dari genggaman Queen. Tanpa sadar ia tersenyum saat melihat dua garis merah, pertanda jika bayinya tengah bersemayam di rahim sang ibu.
Ada getaran lembut yang terasa di hatinya. Perlahan, ia membungkuk dan memberikan kecupan lembut di perut Queen. Beginikah rasanya menjadi calon ayah?
"Selamat malam, Nak. Bagaimana kabarmu hari ini? Papa bahagia bisa menyapamu. Baik-baik di dalam perut ibumu, ya?"
Ah, alangkah bahagia bisa menyapa calon anaknya. Rafael mengerjap, matanya berkaca-kaca. Senyumnya semakin lebar. Dan tanpa membuang waktu, ia membuka kemejanya—salah satu kebiasaannya saat tidur—dan melemparnya ke sembarang arah. Ia ingin tidur sembari mendekap calon anaknya.
Rafael berbaring di sisi Queen, beringsut semakin dekat, lantas melingkarkan lengan kokohnya di atas perut wanita itu. Sekali lagi, ia membelai perut itu dengan hati-hati. Ia menyayangi anaknya.
Jika beberapa jam lalu ia terpaksa mengambil keputusan untuk menikahi Queen hanya karena takut melepas gelar Alexander, namun sekarang tidak lagi. Alasannya, ia bangga menjadi seorang ayah. Bayangan bayi lucu dan tawanya yang menggemaskan, melintas di benaknya. Seperti apa rupa wajah anaknya nanti? Tampan seperti Rafael, atau cantik seperti ibunya? Atau perpaduan keduanya? Entahlah, yang jelas Rafael Alexander pasti akan menghasilkan bibit unggul.
"Selamat malam, Nak," gumam Rafael. Matanya terpejam, rasa nyaman saat mendekap Queen membuat Rafael cepat terlelap dan terbawa ke alam mimpi. Melupakan segala beban hidupnya, ah ... Rafael belum pernah merasa sebahagia ini sebelumnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Trapped
RomanceQueen harus terjebak di dalam permusuhan antara Rafael dan Joshua. Dia terlalu lugu untuk bisa memahami, jika Rafael hanya sekadar memanfaatkannya. Dan semua sudah terlambat ketika Queen menyadari hal itu. Joshua menawarkan cinta, sedangkan Rafael...