Sel, 22 September 2020
🍑
"Lo udah baikan, Zee?" tanya Venya sambil menyeruput es teh pesanannya. Mereka bertiga sekarang sedang menikmati makanan masing-masing di kantin yang seperti kebanyakan kantin lainnya yang selalu ramai saat jam istirahat tiba.
Zee mengangguk. "Ketimpuk bola doang, cuma emang rada-rada pusing sih kemarin."
Hana mencibir. "Ketimpuk bola doang."
"Ketimpuk bola nggak bakal bikin gue diopname kali," balas Zee yang juga sedang menikmati kerupuk pangsit yang ia pesan.
Venya memutar otak, ia jadi teringat dengan insiden kemarin saat Nuka menggantikan tugas teman-temannya untuk membawa Zee ke UKS. Melihat perlakuan Nuka yang sudah jelas sangat perhatian itu menimbulkan teka-teki di benaknya. Ia juga tahu pasti Hana dan Windy yang melihat langsung kejadian itu tak kalah penasaran dengan hubungan mereka.
"Kalian beneran jadian, ya?" tanya Venya langsung sambil menatap lurus ke arah Zee.
Alis Zee mengernyit. "Hah? Apaan?"
"Lo sama Nuka."
"Tau, nih. Apa gue bilang, kan? Kalian lambat laun pasti bakal taken juga."
Zee menatap Venya dan Hana tak mengerti, kenapa pembahasan seperti itu muncul lagi? Itu pasti karena kejadian saat ia diboyong oleh Nuka ke UKS kemarin. Waktu itu Zee sempat ingin menolak untuk dibawa oleh Nuka, tapi karena tak bisa melawan dengan kondisinya saat itu akhirnya ia mempasrahkan dirinya menerima kebaikan Nuka.
Lagipula ia juga tak masalah sih mau dibawa oleh siapa. Kondisinya saat itu tak memungkinkan kalau harus memilih-milih siapa yang harus membawanya, jadi ia terima saja dibawa oleh Nuka. Tapi sepertinya itu tak berlaku oleh Venya dan Hana, dipikiran kedua cewek itu sepertinya bantuan seorang cowok ke cewek diperkirakan adalah awal dari sebuah proses pendekatan, padahal kan wajar saja, manusia memiliki sifat empati sesama, makanya itu bisa membuat orang peduli kepada sesama manusia lain.
"Pasti lo nanya itu karena kejadian kemarin, kan?" tebak Zee yang sedetik kemudian diangguki oleh Venya dan Hana. "Kalian tuh harus banyak bersosialisasi sama Nuka. Dia tuh kayak ABG baru puber, baru mencoba masa-masa dimana dia peduli sama sesama."
"Boro-boro bersosialisasi, dia ngelirik gue aja udah kayak mau dihunusin pedang," sahut Hana sambil memonyongkan bibir bawahnya.
"Lebay lo."
Venya menghela napas. "Yang jadi pertanyaan gue itu. Kemarin pas dia nuntun lo, dia sempet bilang makasih, itu kayak sebuah isyarat kalau lo tuh tanggung jawabnya dia. Padahal kan kemarin bisa aja kita-kita yang bawa lo ke UKS."
Kan, apa Zee bilang. Pikiran mereka tuh terlalu jauh hanya untuk menyikapi sebuah pertolongan yang diberikan seseorang.
"Udah, deh. Gue nggak terlalu suka sama segala macam praduga yang belum jelas kenyataannya, perasaan kita juga udah pernah bahas ini dikantin waktu itu," sahut Zee tak mau memperpanjang percakapan mengenai Nuka dan segala praduga teman-temannya.
Venya mengangkat bahu. "Gue sih cuma mau ngasih tau lo biar peka dikit sama perlakuan dia ke lo. Kalau dipikir-pikir sejak kedatangan dia sebagai murid baru, yang diajak bicara sama Nuka kan cuma lo doang."
KAMU SEDANG MEMBACA
NUKA ZEE
Teen Fiction[HARAP FOLLOW SEBELUM BACA! HANYA CERITA FIKTIF ANAK SMA YANG PASTI BAKAL BIKIN BAPER] ❤️❤️❤️ __________ Tak ada yang paling menyebalkan selain diberi keharusan untuk menjadi mentor belajar seorang murid baru di sekolahnya. Zidney Chalondra atau bia...