Kenai menatap wajah ovalnya di cermin, beberapa kali ia menyentuh bibirnya. Tetap saja dia merasa aneh. Dia baru selsai mandi pagi, mensucikan seluruh tubuhnya dari sentuhan-sentuhan suaminya. Entah sudah beberapa menit ia duduk di meja riasnya, menatap setiap lekuk wajahnya seakan mencari jawaban yang tidak kunjung ia temui. Setiap kali ia bercinta dengan suaminya, bayangan dan suara lembut selalu terdengar di telinganya, terkadang Kenai terganggu dan menghentikan aktivitas Sex nya.
Meski suaminya selalu memuji kecantikannya bak artis Korea, dia merasa aneh saja setiap kali suaminya merayu, dia tidak.merasa berbunga-bunga, responnya tetap datar.
Belakangan Kenai lebih tertarik pada suara yang selalu menghantuinya. Tawa itu lembut seakan akrab sekali dengan hatinya, beberapa bulan terakhir suara itu semakin sering terdengar. Suara yang dia rindukan... Namun, entah suara siapa ? dan mengapa harus suara wanita.
Di relung hatinya seperti ada ruang kosong sangat besar, bahkan cinta suaminya tidak bisa mengisinya. Apalagi ketika ia tengah sendiri, duduk di bawah pohon Jambu Pokat di depan halaman rumahnya, sesekali Ada yang merasuk sepi. Meski canda tawa putranya gemerlap menghiasi harinya. Dia suka sekali duduk sendiri tatkala senja hari, saat mata hari kekuningan menyelib diantara daun-daun, ia seakan bermandikan cahaya. Suaminya tau betul kebiasaan Kinai yang tidak senang di ganggu jika sedang menikmati senja.
"Aku berangkat ya" suaminya mencium pundak Kenai, dia tak bergeming dan tidak berusaha membalas setiap tindakan romantis Firman. Kenai menghela nafas pendek, matanya mengekor punggung suaminya yang tegap, menghilang dari balik pintu kamar. Druu halus mobil keluar dari garasi rumah mereka. Bertahun-tahun menikah Kenai selalu saja merasa ada jarak antara dia dan suaminya, dia sendiri tidak mengerti. Namun, pernikahan mereka tetap bertahan... Bulan depan adalah tahun ke 15. Namun anehnya, dia tidak pernah menemukan ingatan dirinya dan suaminya sebelum menikah.
Semakin dia mengingat semakin sakit kepalanya. Tiba-tiba saja migren setiap kali dia mengingat, entah rasanya ada yang salah pada dirinya, meski bersikap biasa saja menjalani aktivitas nya sebagai istri dan ibu... Kenai segera berangkat menuju rumah ibunya. Dia mencoba bercerita apa yang tengah dia alami...
"Jangan-jangan aku ini Skizofriena ya Bu?"
"Hus. Tidak boleh ngmong begitu"
"Habisnya kayak ada suara-suara gitu buk, suara wanita lagi. Jangan-jangan kuntilanak di pohon Jambu itu ya Bu"
"Udah ah. Kamu makin ngaco"
"Apa aku ke psikiater aja ya?"
"Tak usah. Besok ibu panggil Ustad siapa tau kamu ganguan Jin"
"Ah ibu. Masih saja"
"Siapa tau loh sembuh kali ini"
"Kan sudah sering"
"Kamu sih kurang ibadah"
"Buuu..." Kenai merengek, ibu mengatupkan bibirnya, ia meraih tangan anak bungsunya di atas meja memegangnya erat, Kenai tersenyum karna merasa nyaman sekali. Hanya tinggal ibunya dimiliki setelah bapak meninggal dua tahun lalu, beliau tinggal di rumah ini sendiri, ia sudah berusaha membujuknya supaya tinggal bersama Kenai, namun dia menolak. Sedangkan kakak Kenai tinggal di Singapura bersama suami dan anak-anaknya.
"Gimana sama kerjaan kamu? Berpengaruh gak nak?"
"Ya enggak buk. Kalo sibuk kan enggak"
"Yaudah kamu sibukin diri aja. Kamu kan Jumaat sampe Ahad libur, nge gyam aja atau erobik, atau apalah... Cari kegiatan lain aja"
"Ohya. Aku erobik aja buk"
"Bagus itu"
"Aku pamit pulang Bu ya" Kena mencium tangan ibunya khidmat. Ia menyetir mobil menuju jalan ke rumah. Saat akan berbelok matanya tertuju pada tempat yang sepertinya baru di buka, yah tempat olahraga, banyak sekali ucapan papan Bunga selamat karena terbukanya tempat itu berderet sepanjang jalan.
Lumayan pikirnya, diskon 50% untuk ke anggotaan baru. Ia memarkirkan mobilnya, keluar dan menuju tempat tersebut. Ia turun dari mobilnya dan mencicing tasnya.
"Siang bu. Silakan Bu. Ada yang bisa kami bantu? Silakan duduk bu"
"Kapan bukanya?"
"Besok Bu. Ibu sudah bisa kesini lagi. Ini ada pembayaran ke anggotaan mau harian, mingguan atau bulanan" kata Pegawai tempat itu, sambil menyerahkan beberapa kertas.
"Bulan nan saja. Sabtu Minggu jam tiga sore ya"
"Baik Bu..."
"Silakan isi formulir nya. Nanti kita cetakin kartu membernya ya"
"Baiklah..."
Belum lama Kenai menulis di kertas. Tiba-tiba pundaknya di tepuk, ia menoleh. Ia mengernyitkan dahinya.
"Kenai... Apa kabar?"
Kenai terdiam sesaat. Karena dia merasa tidak mengenal perempuan di depanya. Namun... Napasnya sangat sesak.
"Kamu? Siapa?
"Ini aku. Sopea?"
Kenai kembali mengernyitkan dahinya
"Apa kamu mengenalku?"
"Hmmm.... Oh"
"Kamu? Siapa? Kenai kembali bertanya"
"Sopea" ia mengulurkan tangannya cepat ke arah Kenai. Kenai menyambutnya ragu. Sopea tersenyum lembut, ia menarik kursi dan duduk di samping Kenai. Sopea memakai kembali kacamata hitamnya menutupi air yang tergenang di matanya....
Bersambung
KAMU SEDANG MEMBACA
Noda Cinta Kenai
General Fiction15 tahun Kenai menikah dan memiliki anak. Pernikahannya tidak berjalan mulus, dia merasa ada yang aneh dengan perasaanya sendiri. Bertahun-tahun menikah tapi dia tidak kunjungencintai suaminya, dia kira perasaan itu biasa saja mungkin karena mereka...