Chapter 12 Bagian 5 "Laporan Misi"

245 70 3
                                    

POV Lodewijk

Kami berhasil kabur dari kejaran siapapun yang mengejar kami kembali menuju Kota Sucilangkung. Selama perjalanan mentari tampak malu-malu untuk memperlihatkan dirinya bersembunyi di balik awan mendung yang selalu menampakkan dirinya atau mungkin awan mendung ini memang selalu menjadi tema kota ini yang menunjukkan bahwa kesuraman, ketakutan dan kesedihan selalu mengitarinya, heheh..., sungguh cocok dengan apa yang aku rasakan yang mungkin kedua mitraku juga turut merasakannya.

Berhasil menghindari kematian untuk kedua kalinya merupakan sebuah anugrah untukku walau aku harus meraihnya dengan merenggut beberapa nyawa manusia yang aku panggil sebagai musuh. Aku tahu sebagai seseorang yang bekerja di bidang hukum aku tak seharusnya merasa bersalah memikirkan nasib orang-orang yang disayangi dan dilindungi oleh orang-orang yang ku bunuh tapi mau bagaimana lagi? Ini adalah perang dan untuk bertahan hidup dalam peperangan kau harus melindungi dirimu dan orang-orang di sekitarmu dengan menyingkirkan bahaya yang mengitari mu dan salah satunya adalah dengan cara membunuh.

Aku sebenarnya enggan melakukan semua ini. Kalau bukan karena kematian Ilhan dan Chandra niscaya aku pasti tidak akan pernah terlibat dalam semua hal ini dan mungkin Ludwig akan tetap hidup tapi percuma saja berandai seperti itu. Dunia tidak selalu dihiasi oleh sinar mentari yang cerah dan cahaya pelangi yang berkilau.

Kalau kau melihat dan membaca berita mengenai keadaan dunia setiap hari pasti kau akan menyadari bahwa dunia semakin hari semakin buruk atau mungkin hanya itu yang dapat diceritakan oleh media massa karena konflik dan sesuatu yang kontroversial lebih memikat massa ketimbang kebaikan. Mungkin karena, itulah cara manusia bertahan hidup dan mengidentifikasi dirinya sebagai bagian dari suatu golongan dan menganggap golongan lain harus dibasmi karena satu atau beberapa alasan buruk yang pada kenyataannya alasan-alasan tersebut tidak berdasar, sama seperti apa yang akan dilakukan oleh penguasa pemerintah pada golongan kami yang ingin mereka basmi karena alasan-alasan buruk tidak berdasar tersebut.

Satu jam sudah terlewati dan kami telah sampai di jalanan menuju rumah mevrouw Sofia. Selama perjalanan menuju rumahnya, Ilya mengutak-atik smartphone milik beliau dan pada saat kami sampai, tanpa menunggu lama pintu rumahnya otomatis terbuka seolah-olah menyambut kedatangan kami. Muhamed memarkirkan mobil di depan garasi dan kami semua turun dari mobil.

Kami semua berjalan ke pintu masuk dan berdiri di depannya menunggu Tuan Wisnu membuka pintunya.
Suara kunci pintu dibuka terdengar lalu sosok Tuan Wisnu berdiri dihadapan kami dan menyambut kami, mempersilahkan kami masuk dan saat kami masuk entah kenapa Mevrouw Sofia berlari dan memeluk Muhamed erat, aku rasa dia sangat bahagia bahwa saudara dari orang yang dia cintai selamat hanya saja Muhamed terlihat agak grogi ingin membalas pelukannya atau tidak, heheh..., melihat tingkah mereka cukup lucu.

Mevrouw Sofia meminta kami untuk mengistirahatkan diri kami masing-masing. Kami menurut dan berjalan menuju kamar kami masing-masing. Namun, sebelum aku kembali ke kamarku Ilya menghampiriku dan mengajakku berbicara.

"Kak Lodewijk, selama perjalanan tadi aku udah ngirim semua foto mengenai unit polisi rahasia yang jadi lawan kita semalam."

"Iya terus?" tanyaku padanya.

"Ini jawaban beliau." ia menunjukkan layar smartphone nya dan Pak Erwin memintaku, Muhamed dan Ilya untuk menunggu kedatangannya siang ini.

"Sip." Jawabku pada Ilya kemudian masuk ke dalam kamarku, merebahkan diriku di atas kasur dan tertidur dengan lelapnya hingga suara pintu yang diketuk berkali-kali membangunkanku.

Aku membuka mataku perlahan, beranjak bangun dari kasurku dan melangkah menuju pintu, membukanya dan Ilya beserta Muhamed sudah menungguku. Aku yang tadi tertidur dengan pakaian formal langsung pergi menuju lantai bawah bersama mereka dan Pak Erwin, Tuan Wisnu beserta Mevrouw Sofia sudah duduk menunggu kami bertiga.

Antara Darah Dan Hati 2 Dream RealityTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang