Cerita Duapuluhlima

225 23 2
                                    

Keadaan mendadak hening. Baik Hyewon, Yena, dan Yuri tidak mengeluarkan sedikit pun suara dan hanya saling terdiam. Yena kemudian mendekat, memposisikan badannya bertumpu dengan satu lututnya agar sejajar dengan Yuri yang sedang duduk.

"Kamu denger kan? Aku mau baikan," Ucapnya Kembali.

"Aku tau. Aku tau banget kamu di belakang aku gimana. Aku tau kamu selama ini ngapain aja, aku punya mata-mata. Aku tau, bagaimana perasaanmu selama kita kenal ini dan sampe pacaran pun bahwa Cuma Hyewon yang kamu suka. Tapi, apa kamu gak mau ngehargain usaha dan perasaanku?"

"Tujuh tahun, Yur. Dari kelas tiga SMP aku naksir kamu. Masuk SMA aku selalu nyamperin kamu. Aku usahain semua hal, aku kasih semua yang aku punya. Untuk siapa? Untuk kamu, Yuri. Cuma kamu."

Pundak Yena gemetar. Lega bercampur takut karena berhasil menumpahkan unek-uneknya selama ini. Ia menggenggam tangan mungil Yuri, mendekapnya erat di dadanya. Wajahnya mendongak, menatap lekat ke kekasihnya yang membisu. "Hatiku Cuma ada kamu, dan Cuma untuk kamu. Kurang apa aku selama ini?"

Yuri menundukkan mukanya, tidak kuat menatap Yena. Hyewon pun yang sedari tadi di situ tidak berbuat apa-apa, hanya berdiri membisu. Tidak berapa lama, sebuah isakan terdengar. Yuri mendongak, kelopaknya sudah membasah, air matanya berlinang hingga ke pipi. Ia segera berdiri, melepas tangan Yena dan berlari ke dalam rumah.

"Yur, tunggu!" Yena sigap langsung berdiri dan ingin mengejar Yuri namun langsung ditahan oleh Hyewon.

"LEPASIN GUE BANGSAT!" Maki Yena, "ENYAH LO DARI KEHIDUPAN YURI, ANJING! DIA CUMA MILIK GUE!"

Hyewon kemudian meninju Yena hingga tersungkur. Ditindihnya tubuh Yena yang kemudian langsung ia tahan leher Yena dengan kedua tangannya. Beruntung Chaewon melihat Yuri masuk tadi dan langsung berlari ke taman belakang dan melerai keduanya.

"Won, sabar Won!"

Hyewon mengalah, melepas Yena yang masih tersungkur dengan nafas terengah-engah. Yang Chaewon takutkan tadi benar menjadi kenyataan.

"Minum dulu. Tenangin diri lo," ucap Chaewon memberikan sebotol air mineral ke Yena dan melemparkan satu juga ke Hyewon. "Lo juga."

Beberapa menit berlalu, Hyewon dan Yena sudah mulai tenang. Mediasi dengan Chaewon sedikit berhasil setelah mengoceh panjang lebar ke mereka berdua. Yena pun terduduk dari posisinya, langsung menatap Hyewon yang sudah duluan menatapnya juga. Ia tidak berkata apa-apa, lalu berdiri dan berjalan keluar. "Gue cabut."

Hyewon yang mendengar itu langsung berdiri dan berlari kecil ke arah Yena sebelum akhirnya diberhentikan dengan Yena sendiri. "Diem di tempat lo. Urusan gue ke sini sama Yuri, bukan lo."

"Yen—"

"Tutup mulut lo, bangsat. Gue gak butuh penjelasan dari lo."

Yena berbalik, akhirnya menatap Hyewon dan Chaewon yang berdiri sebelahan sambil melihat ke Yena. Ditatapnya bergantian dua temannya itu. Ya, kalo masih pantes dipanggil teman sih.

"Kita sahabatan udah mau sepuluh tahun, Hye. Dan ini yang lo lakukan ke gue? Lo rebut pacar gue? Pengecut lo. Ayam!"

Hyewon yang dimaki merasa Yena memang datang untuk mencari ribut. Ia mengepalkan tangannya, ingin meninju Yena lagi namun berhasil ditahan oleh Chaewon.

"Kalo lu gak tau yang benerannya, gak usah banyak omong setan!" hardik Hyewon balik. "Lu bahkan gak kasih gue kesempatan untuk ngomong."

Yena terkekeh kemudian tertawa kecil, "Kebenaran ya? Gue Cuma tau satu. Kalo lo dulu jujur dan gak bohong ke gue tentang Yuri, ini semua gak akan kejadian."

Someday | IzoneTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang