Anastasia adalah gadis cantik campuran Timur Tengah dan Eropa. Punya rambut merah yang panjang bergelombang bagaikan air terjun yang indah. Bola mata biru gelap sedalam-dalamnya samudera, yang berbungkus kelopak cantik bersama bulu mata yang lentik. Sepasang alis tebalnya tersusun rapi. Dan dia juga memiliki senyum yang menawan pada bibir ranumnya.
Anastasia adalah gambaran nyata dari fantasi liar para pria. Tubuhnya berlekuk dan berisi pada tempat yang tepat. Kulitnya sangatlah cerah dan ciuman sinar mentari ada di sana.
Dia adalah anak dari saudagar kaya asal Persia yang menikah dengan wanita Eropa dua puluh tahun yang lalu. Tapi sayang, ibunya Ana telah tiada saat Anastasia menginjak usia 8 tahun. Sejak saat itu Ana hanya tinggal berdua bersama ayahnya, mereka memutuskan untuk tetap tinggal di Eropa sampai sang ayah terserang penyakit dalam yang langka.
Terpaksa Anastasia dan ayahnya meninggalkan Eropa dan menetap di Persia demi mengobati penyakit langka ayahnya pada Avicenna, seorang tabib yang sangat terkenal dan mampu mengobati banyak penyakit pada masa itu. Mereka tinggal di rumah lama ayahnya di Isfahan, sebuah kerajaan makmur dengan raja muda yang baru saja dinobatkan.
Di Isfahan Anastasia terkejut mengetahui bahwa dia punya Bibi dan memiliki banyak sepupu di sana. Selama ini ayahnya ternyata memutuskan hubungan dengan keluarga karena tidak mendapatkan restu untuk menikahi ibunya. Tapi setelah sekian lama ayahnya kembali dalam keadaan yang sakit-sakitan, bibinya pun menerima dan turut membantu Anastasia dalam merawat ayahnya.
Tinggal di Persia memang berat bagi Anastasia. Kecantikannya yang berbeda dari gadis-gadis persia pada umumnya tentu mengundang perhatian para pria. Cukup banyak pria yang datang untuk melamarnya, dari kalangan bangsawan hingga saudagar yang kaya raya. Tapi semua lamaran itu Anastasia tolak karena ia hanya ingin berfokus pada kesembuhan ayahnya di Isfahan, bukan mencari jodoh.
Sebulan setelah mereka menetap di Isfahan, keadaan ayahnya semakin memburuk sehingga harus tinggal di rumah pengobatan avicenna untuk mendapatkan perawatan penuh. Anastasia pun tinggal seorang diri di rumahnya. Meskipun begitu sesekali bibinya datang untuk menemani Anastasia di rumah.
Tiga bulan telah berlalu. Segala usaha telah Anastasia upayakan demi kesembuhan sang ayah namun sayang, Tuhan mengambil kembali ayahnya dan membiarkan Anastasia hidup sebagai gadis yatim piatu di Isfahan.
Anastasia yang kehabisan uang karena pengobatan ayahnya tidak dapat kembali ke Eropa dan terpaksa menetap di Persia. Dan demi memenuhi kebutuhan hidupnya Anastasia membantu bibinya menjual karpet di pasar.
Duka Anastasia masih basah dan para pemuda di Isfahan memanfaatkan kesempatan itu untuk mengambil perhatiannya. Tak jarang mereka mengirimkan hadiah ke rumah Anastasia berserta surat belasungkawa yang lebih terkesan seperti surat cinta. Anastasia benci itu, dia tidak suka dikasihani dan dia merasa dukanya seperti dipermainkan.
Lagi pula Anastasia tidak menikah untuk mencari tempat perlindungan.
Hari demi hari berlalu lamaran demi lamaran yang Anastasia tolak pun semakin banyak. Gadis itu membuat hampir dari seluruh pemuda Isfahan patah hati dan menyerah untuk menarik perhatiannya kecuali 'Aid, seorang prajurit yang suka mengutip upeti di pasar Isafahan. Berkat kecantikan Anastasia, toko karpet Bibinya bebas dari upeti yang dikutip oleh 'Aid. Upeti itu semakin hari semakin besar jumlahnya, membuat Anastasia merasa iba melihat pedagang yang lain. Mereka seperti dijajah di kerajaan sendiri.
"Salam, Nona"
Perhatian Anastasia pada percekcokan antara pedagang dan 'Aid teralihkan. Ia menatap seorang pemuda sederhana yang mengenakan sorban. Pemuda itu sangatlah tampan, punya mata hitam setajam elang dan juga rahang yang tegas dengan paras yang jantan.
Tanpa sadar Anastasia meneguk ludahnya.
"Nona?"
"Ah, ya? Ingin membeli karpet, Tuan?"
Pemuda itu tertawa dengan suaranya yang serak, "Tentu aku kemari untuk membeli karpet"
Anastasia menunduk malu menyadari ketololannya.
"Bisa aku lihat yang itu?" dengan sigap Ana mengambil karpet yang pemuda itu tunjuk.
"Karpet ini kami buat sendiri, bahannya kami dapatkan dari Baghdad"
Sebelah alis yang tebal dan tersusun rapi itu terangkat naik, "Kamu yang membuat karpet ini?"
Anastasia terdiam sesaat lalu mengangguk, "Ya, aku dan bibiku yang membuatnya"
Pemuda itu mengangguk paham, "Aku ambil yang ini" ucapnya.
Anastasia tersenyum senang dan segera membungkus karpetnya yang laku dengan kertas lalu ia serahkan kepada pemuda itu sambil menyebutkan harga jualnya. Baiknya pemuda itu memberikan uang lebih kepada Anastasia.
"Kamu tidak seperti gadis persia" katanya.
"Ya, Ibuku Eropa tapi ayahku asli Persia"
Di dalam benaknya pemuda itu tidak lagi bertanya-tanya tentang kecantikan penuh daya tarik yang Anastasia miliki. Darah campuran memang tidak pernah mengecewakan.
"Siapa namamu?"
"Aku Ana, Anastasia"
"Aku dengar kamu satu-satunya pedagang yang tidak dikutip upetinya oleh 'Aid dan kelompoknya, apa itu benar?"
Anastasia mengangguk, "Ya, itu benar"
"Menurutmu itu adil?" tanyanya.
Anastasia menggeleng, "Tidak, tentu saja tidak. Tapi membayar upeti bukanlah kewajiban para pedagang di sini. Aku merasa kasihan kepada mereka meskipun 'Aid tidak mengutip upeti di toko kami, aku selalu mengatakan kepada para pedagang yang lain untuk melawannya, mereka tidak pantas dijajah di kerajaan sendiri"
Kedua alis pemuda itu terangkat naik. Ia tertarik dengan paras Anastasia, tentu saja, tapi ia lebih tertarik dengan sikapnya yang berani dan juga kebaikan hatinya.
"Bagaimana mereka bisa melawan, 'Aid adalah suruhan raja dia mengutip upeti itu atas perintah raja" dari raut mukanya ia yakin Anastasia tidaklah setuju dengan apa yang baru saja ia katakan. Tapi tetap saja, ia ingin tahu apa alasannya.
"Menurutku bukan raja yang memerintahkannya untuk mengutip upeti. Raja Isfahan punya kekayaan yang melimpah, upeti dari pedagang kecil seperti kami bukanlah apa-apa untuknya, aku yakin 'Aid dan kelompoknya menyalahgunakan jabatan mereka" ucap Anastasia.
Pemuda itu terpukau, bukan hanya oleh kecantikan melainkan juga tajamnya pikiran dan luasnya pandangan.
"Ya, itu bisa jadi" sahutnya.
Anastasia tersenyum manis dan ia semakin terpikat, "Siapa namamu? Apa kamu sering mengunjungi pasar ini sebelumnya?"
"Aku Selim, aku sudah lama tinggal di Isfahan tapi aku tidak terlalu sering mengunjungi pasar" jawabnya.
"Oh ya, kenapa? Apa berdesak-desakan di pasar membuatmu merasa gerah?"
Selim tersenyum ia mengulurkan tangannya kepada Anstasia sambil berkata, "Aku pikir kita perlu duduk dan bercerita, tapi aku punya beberapa urusan sekarang jadi boleh aku menemuimu lain kali?"
Rona merah menjalari pipi Anastasia kala ia menyambut uluran tangan Selim dan merasakan betapa jantannya tangan itu, "Y-ya" jawab Anastasia dengan gugup.
Senyum masih melekat pada bibir Selim yang tegas, pria itu mengusap punggung tangan Ana sebelum pergi meninggalkan gadis itu dengan semburat merah yang masih betah berlama-lama memberikan warna pada pipinya.
Selim.....
Ana pikir dia jatuh cinta.
— TBC —
Hi, babe. Cerita ini adalah cerita pendek dengan genre romance dan fantasi sejarah. Aku tulis sebagai hadiah buat kalian yang selalu dukung karya-karya aku. Claimed by The King akan aku selesaikan hari ini juga, stay tune ya jangan sampai ketinggalan!!
Xoxo,
Rere
KAMU SEDANG MEMBACA
Claimed By The King (Completed)
Short StoryShort story (cerita pendek) Anastasia jatuh cinta kepada Selim tapi ia tidak tahu banyak tentang pemuda yang ia cintai. Anastasia pikir seiring dengan berjalannya waktu ia dapat mengenal Selim dengan baik, namun ia salah Selim pergi tepat setelah me...