"latihan! Latihan! Latihan!"
"setelah Aomine-san bersedia datang untuk latihan, rasanya kau menjadi lebih ceria, ya."
Saat ini seperti yang diketahui, [name] dan Sakurai sedang menuju gymnasium untuk latihan basket. Semenjak kekalahan tim Tōō dari Seirin, mereka memperketat jadwal latihannya. Dan yang membuat semua anggota tim terkejut dengan ucapan Aomine saat itu.
"habisnya, kalau tidak di paksa tidak ada bedanya jika akan melawan Seirin lagi," jawab [name] dengan senyuman senangnya. Sakurai hanya mengangguk pelan dan mengikuti [name] yang berloncat loncat riang dari belakang.
°•~━━✥❖✥━━~•°
Aomine Daiki x Reader.
“Call My Name”
Disclaimer : all characters are not mine.
°•~━━✥❖✥━━~•°
"Aomine telat lagi?! Si berengsek itu!"
Suara Wakamatsu memenuhi gymnasium. [name] yang tadinya memasang wajah ceria tiba tiba berubah menjadi datar. Padahal ia berharap Aomine datang lebih dulu darinya.
"Satsuki, Apa dia tidak berniat latihan?" tanya [name] sedikit kesal ke Momoi.
"hah- aku sudah membujuk Dai-chan tapi tidak berhasil," ucap Momoi dengan lesu. Tubuhnya yang sudah tidak bersemangat di senderkan ke samping [name] dengan tidak bertenaga.
"dasar bodoh." gumam [name].
Sakurai yang sedari tadi berada di sebelah [name] kini ia merasakan aura yang kurang bersahabat keluar dari tubuh [name]. Refleks ia menjauh dari [name] takut jika kemarahan sang manajer dilampiaskan ke dirinya.
[name] menghampiri Wakamatsu yang sedang bersumpah serapah memarahi ace tidak diandalankan di timnya. Seringai terpapar di wajah [name], para anggota lain seketika mengangkat bahunya takut. Karena sudah pasti jika seringai itu keluar akan ada sesuatu yang buruk terjadi.
"kapten," panggil [name].
"hei, [name]. Kalau sudah begini, kita harus memakai cara itu bukan?" tanya Wakamatsu yang mengerti seringai itu. Bagaimana tidak, mereka sama sama kelas 2 dan sudah dekat sedari kelas 1 dulu, keakraban mereka layaknya Momoi dan Aomine. Tapi, tidak seakrab mereka berdua.
"biarkan aku yang melakukannya, Kosuke," ucap [name] sambil menyeringai pelan.
"oi! Ambilkan aku lilin dan majalah kesayangannya si Baka!" teriak [name] menyuruh anggota yang dekat dengan ruang perlengkapan. Enggan terkena omelan dari manajer Sakurai yang kebetulan berada di depan ruang perlengkapan langsung masuk ke dalam dan mengambil lilin serta majalah yang sebenarnya ia sendiri malu untuk memegangnya.
Setelah dapat barang yang di perintahkan sang manajer, Sakurai langsung keluar dari runag perlengkapan dengan wajah yang memerah. Ia bahkan tidak percaya bisa membawa majalah itu ke [name]. [name] yang melihat wajah Sakurai terkekeh pelan sambil menepuk bahunya pelan, "tidak apa apa Ryo! Itu wajar untuk laki laki. Tapi tidak wajar untuk si Bodoh itu!"
"Maafkan aku!"
Wakamatsu langsung menyalakan lilin itu di pinggir lapangan, dan [name] sibuk mengikat majalah itu dengan seutas tali. Momoi yang melihatnya sedikit merinding dan takjub. Disaat seperti ini para senpainya sangat kompak.