Saat itu, aku dalam perjalanan kembali ke halte dekat pantai dari rumah Jeongin. Kebetulan aku lewat tempat biasa Seungmin bermain. Salah satu ayunan di dekat arena bermain terlihat bergoyang, kukira hantu, ternyata setelah memberanikan diri untuk mendekat, itu cuma Seungmin.
Aku memilih untuk tidak menyapanya karena ia terlihat tertunduk masam. Kupikir ada yang tak beres, jadi aku langsung duduk di ayunan yang satunya.
"Seungmin?"
Tatapannya masih mengarah pada kakinya yang bahkan tak sampai untuk memijak tanah, cuma suara derit ayunan dan gemuruh angin saja yang terdengar.
"Paman..." panggilnya lirih. "Kalau Seungmin lari dari rumah, apa itu sebuah kejahatan?"
Lari? Seungmin yang umurnya segini?
"Maksudnya-kau kabur dari rumah?" hanya untuk memastikan, jadi aku bertanya.
"Paman..." Seungmin menangis, aku tahu setelah melihat setetes bulir bening jatuh membasahi tanah.
"Anak laki-laki-boleh menangis, kan?"
"...boleh. Tentu saja boleh, tidak apa-apa..."
Aku mengusap punggungnya pelan, bisa kurasakan tubuh Seungmin sedikit bergetar karena terisak.
"Mama Seungmin bilang, 'lihat sisi baiknya', dia bilang Seungmin tak boleh menyerah..."
Entah kenapa aku muak mendengar kata-kata itu sampai aku terus menghela napas seperti ini.
"Seungmin, kamu ingin menyerah?"
Ia mengangguk. Lalu aku bertanya lagi, "Kenapa?"
"Seungmin-lelah. Diperlakukan berbeda itu rasanya melelahkan, Hyunjin tau?"
Tau, aku sangat amat tau bagaimana rasanya.
"Hanya karena Seungmin bisa melihat mereka, Seungmin dijauhi. Apa itu bahkan kesalahan Seungmin karena punya kemampuan itu, paman?"
"Tidak. Kau tidak salah, sungguh."
Seungmin mengangkat tatapannya, "Lalu kenapa rasanya seperti semua orang benci Seungmin?"
Tatapan polosnya itu-rasanya hatiku sakit-entah kenapa. Seperti ingin saja kuremukkan wajah orang-orang yang membuat Seungmin jadi begini.
"Aku tidak membencimu, kok." Berusaha ku atur napasku yang sudah terasa berat ini, "Kamu orang paling spesial dari semua yang pernah aku temui."
"Benarkah?"
"Ya!"
"Kamu benar-benar-akh bagaimana ya harusku bilang. Kamu terlalu menakjubkan untuk aku deksripsikan. Seperti seorang superhero!" Aku menghiburnya sambil membuat gestur tangan seperti Superman.
Ia terkekeh, "Apa Seungmin sehebat itu?"
Aku mengangguk cepat, "Kau telah membantu para hantu untuk jadi tempat mereka bercerita, kau juga-menyelamatkan aku."
"Menyelamatkan paman?"
"Hmm, menyelamatkan aku."
Seungmin mungkin tak mengerti, ia malah menelengkan kepala karena bingung.
Aku tersenyum sembari menyentuh puncak hidungnya, "Kamu alasan aku bisa bertahan sampai saat ini."
"Eung?"
Benar, alasan aku bertahan. Kalau tidak karena Seungmin, pasti sudah lama aku memutuskan untuk pergi diseret ombak lautan yang sering aku tatap. Entah kenapa, rasanya deru khas pantai itu seperti terus melantun ditelinga ku, ombaknya yang berlapis-lapis juga terlihat melambai-seolah ada sesuatu yang ingin mereka beritahu padaku.
"Seungmin, kau tidak mau pulang? Ini sudah larut, lho..."
"Tidak mau," ia menggeleng, "bagaimana kalau Seungmin menginap di rumah paman Hyunjin saja?"
"Oh, boleh!"
KAMU SEDANG MEMBACA
nodus tollens, hyunmin ✔
Fanfic𝗶𝗶. 𝗮𝗻𝗼𝘁𝗵𝗲𝗿 𝗱𝗲𝗽𝗿𝗲𝘀𝘀𝗶𝘃𝗲 𝗲𝗽𝗶𝘀𝗼𝗱𝗲 the boys are human too. !¡ contains mature themes, including violence, that may cause distress.