Kedua kaki Yocelyn memasuki sebuah perusahaan yang akan menjalin kerja sama dengan perusahaannya. Tertulis di lobby perusahaan itu, The Balle Company. Pagi ini, ia datang bersama sekretarisnya, Alliane, untuk rapat dengan Austin, CEO The Balle Company.
"Hai," sapa Yocelyn sopan kepada petugas resepsionis.
"Hai, ada yang bisa Saya bantu?" tanya petugas itu.
"Aku Yocelyn, aku ada janji temu dan rapat dengan Austin. Apa dia ada?" tanya Yocelyn.
"Baiklah, saya beri kabar dulu ke kantor Mr. Balle," jawab petugas itu dan kemudian langsung menelepon kantor Austin. Setelah berbincang sebentar, ia pun menutup teleponnya dan kemudian berkata, "Mr. Balle sudah menunggu Anda di ruang rapat yang ada di lantai paling atas. Silakan Anda naik lift itu."
"Terima kasih." Yocelyn dan Alliane pun mengikuti instruksi petugas itu dan naik ke lantai paling atas dengan lift khusus.
Setelah sampai di lantai paling atas, Yocelyn dan Alliane langsung menuju ruang rapat setelah bertemu sekretaris Austin yang sudah menunggunya di depan lift. Sekretaris itu pun membukakan pintu ruang rapat yang sangat luas dan di dalamnya sudah ada Austin dan tiga laki-laki lain yang terlihat sudah tua.
"Selamat datang, Yocelyn," sapa Austin berdiri sambil tersenyum dan memeluk Yocelyn sekilas. "Aku tadinya sempat khawatir karena kau harus datang langsung kesini, padahal kau sedang hamil 7 bulan."
"Aku ibu yang sehat, Austin. Jangan khawatir," balas Yocelyn terkekeh.
Austin terkekeh. Kemudian, tatapannya jatuh pada seorang perempuan yang bersembunyi di balik Yocelyn. Ia kenal perempuan itu. "Oh, hai! Kita bertemu lagi disini!"
Perempuan itu mendongak dan tersenyum canggung. Jujur saja, setelah kejadian dimana kemarin ia dan saudaranya, Dylan, datang kesini, ia jadi malu saat pulang ke rumah.
"H-hai," sapa Alliane canggung.
"Kalian sudah pernah bertemu?" tanya Yocelyn.
"Ya, sebelumnya dia datang menemani saudaranya wawancara disini. Kenapa dia bisa datang bersamamu?"
"Dia sekretarisku, Austin," jawab Yocelyn.
"Oh, begitu rupanya." Austin mengangguk. Setelah mereka semua saling berkenalan, mereka pun memulai agenda rapat kerja sama kedua perusahaan mereka.
***
"Alliane. Setelah ini, aku akan cuti hingga aku melahirkan nanti. Jadi, mulai dari sekarang, urusan mengenai kerjasama antara perusahaan dengan perusahaan Balle akan kuserahkan padamu. Kuharap kau dapat mengerjakannya dengan baik."
Alliane masih ingat betul kalimat Yocelyn yang diucapkan kemarin setelah mereka pulang dari rapat bersama CEO Balle Company, Austin. Tapi, belum apa-apa saja sekarang dia hampir saja lupa dengan pekerjaannya yang satu itu.
Seharusnya, rapat akan dimulai pada pukul 10 pagi. Namun, Alliane baru ingat 15 menit sebelum itu. Alhasil, kini ia pun tengah tergesa-gesa menuju perusahaan Balle. Sialnya, sekarang ia justru terkena macet, padahal jam tangannya sudah menunjukkan pukul 09.55.
Akhirnya, setelah beberapa saat terjebak macet, Alliane langsung berlari masuk ke perusahaan Balle. Dia sudah terlambat. Jam tangannya sudah menunjukkan pukul 10.30. Setelah keluar dari lift, dia langsung berlari ke ruang rapat yang masih sama dengan ruangan kemarin.
Alliane membuka pintu dan langsung menundukkan kepalanya di hadapan semua orang yang berkumpul di dalam. "Maafkan keterlambatan Saya!" teriak Alliane penuh sesal.
Karena tidak ada sahutan, Alliane pun mendongak secara perlahan. Begitu terkejutnya ia saat mendapati ada banyak sekali orang di dalam sana. Bahkan, sepertinya tidak ada kursi yang kosong di ruangan yang besar itu. Hanya tersisa satu yang harusnya Alliane sudah duduk disitu.
KAMU SEDANG MEMBACA
15 Seconds - Bachelor Love Story #3
Любовные романы(COMPLETED) Third series of Bachelor Love Story "You can break my heart, but you can't make me stop loving you." Setelah tak berhasil mendapatkan cinta pertamanya, Luke Clinston bertemu dengan perempuan lain yang langsung menarik perhatiannya. Sudah...