🌿3🌿

1.7K 112 4
                                    

•°•°•°•°•°•

"Zio?"

Sosok pemuda bersurai coklat itu berbalik badan. Di ambang pintu masuk sang bunda yang menatapnya dari atas kebawah seperti sedang menyelidikinya yang sekarang ini tengah berdiri cemas di teras rumah.

"Kenapa Bun?" Tanya Zio mulai berjalan pelan mendekati bundanya.

Sella menggeleng, kemudian wanita itu sedikit berdehem kecil. "Kamu ngapain sore-sore begini ada diluar? Biasanya 'kan kamu molor tidur di kamar.." Sella hanya sedikit curiga dengan penampilan rapi putranya. Biasanya hari Minggu sore adalah waktu magernya sosok Fahzio. Tapi, kenapa sore ini sedikit berbeda? Aneh.

Zio meneguk ludahnya kasar. Jika saja bunda tau, apa alasan ia berdiri disini.

"Assalamualaikum.." Zio menegakkan tubuhnya dengan kaku. Ia kenal suara itu, sangat kenal. Suara dari seorang gadis yang Tempo hari lalu mengatakan ingin datang ke rumahnya untuk melamarnya. Gadis yang selalu disebutnya sebagai sosok gadis gila.

Sella melongokkan kepalanya menatap ke belakang tubuh putranya. Dahinya mengernyit bingung saat menatap seorang gadis bertubuh mungil yang baru saja tiba, diliriknya kembali Zio yang sudah menegang di tempat bagaikan sebuah patung dengan mata melotot lebar.

"Siapa ya?" Tanya Sella dengan kedua alis bertaut bingung menatap gadis yang sudah berjalan menghampirinya dan perlahan mulai menyalaminya dengan sopan. Wanita itu sedikit merasa familiar dengan gadis ini, tapi ia tidak ingat dimana pernah bertemu dengannya.

"Em, temannya Zio, Tan.." jawab gadis itu dengan suara pelan, namun masih terdengar jelas di telinga Sella.

Sella mengangguk mengerti. Meski heran dengan kedatangan gadis asing yang mengaku sebagai teman putranya ini yang tiba-tiba, wanita itu tetap tersenyum ramah pada gadis itu.

"Temen sekolah ya?"

Lulu, gadis itu, sedikit melirik Zio yang sama sekali tak menatapnya dan malah menatap gelisah kedua kakinya sendiri. "Iya Tan.."

"O, em.. Zio, ajak masuk temennya yuk.." Sella menyenggol lengan putranya kemudian berjalan masuk kedalam rumah.

Setelah merasa bundanya sudah pergi menjauh, Zio berbalik cepat. Matanya melotot tajam melihatnya Lulu yang menatapnya santai. "Lo nekat amat sih?"

Lulu menaikan sebelah alisnya, "kan gue udah bilang, gue ngga bakal main-main sama ucapan gue!"

Zio berdecak. Pemuda itu berjongkok dihadapan Lulu kemudian mengusap kasar rambutnya sendiri. "Gue mohon, batalin aja permintaan Lo yang itu, gue janji bakal nurutin permintaan Lo yang lainnya.."

Lulu menatap datar pada Zio yang sudah menunjukan puppy eyes miliknya. "Perlu gue bilang berapa kali? Gue udah bilang gue ngga bakal batalin permintaan gue."

Lulu meraih tangan Zio, "ayo masuk calon suami.." gadis itu menarik pelan tangan Zio dan mengajaknya masuk ke dalam rumah tanpa memikirkan hal yang akan terjadi kedepannya.

*

"Nikah?!"

Zio meremas kedua tangannya gugup di bawah meja makan. Matanya melirik takut-takut pada ayahnya yang mulai menatapnya tajam, tidak seperti bundanya yang malah menatap sosok Lulu dengan tatapan lekatnya.

"Kenapa tiba-tiba? Kamu masih SMA Zio."

Zio meneguk ludahnya kasar saat mendengar kalimat dingin meluncur lancar dari mulut ayahnya. Suer, ia sangat takut sekarang.

"Anu, ayah sebenarnya—"

"Maaf Om, Tante."

Semua orang yang ada di meja makan itu menoleh menatap Lulu yang sedikit menyela pembicaraan mereka.

"Eum, bisa bicara sebentar dengan Om dan Tante? Ini mengenai prihal saya yang meminta Zio menikahi saya."

Keringat dingin mulai mengucur deras dari dahi dan tubuh Zio. Cowok itu takut, sangat takut kalau seandainya Lulu akan bicara yang tidak-tidak dengan kedua orangtuanya.

Untuk sejenak Arsell dan Sella saling berpandangan sebelum mengangguk mengijinkan.

"Mari bicarakan dengan tenang di ruangan saya." ujar Arsell dengan nada tenang, kemudian bangkit diikuti oleh Sella dan Lulu yang mulai bangkit dari duduknya.

"Tunggu!" Zio mencekal tangan Lulu. "Sekali lagi please, jangan bilang yang aneh-aneh sama keluarga gue.." Zio tampak memelas dan sangat frustasi.

Untuk sejenak ego Lulu tergoyah. Namun, gadis manis berekspresi datar itu menepisnya jauh-jauh, tidak ini sudah keputusannya. Zio adalah satu-satunya penolongnya, ia tidak bisa melepaskan kesempatan ini.

Lulu berdehem, ia menepis halus tangan Zio yang mencekal lengannya. Kemudian berganti menggenggamnya hangat, membuat Zio tertegun sesaat.

"Lo tenang, gue ngga bakal bicara hal macam-macam yang berlebihan. mungkin memang bakal ada sedikit kebohongan, tapi.. gue ngga bakal bohong suatu hal yang berlebihan dan memberatkan Lo." setelah berbicara demikian, Lulu berlalu pergi mengikuti langkah kedua orang tua Zio yang sudah jauh darinya.

Sedangkan disisi Zio, cowok itu terus merapalkan doa. Entah ia tidak tahu pasti, tapi ia yakin, setelah orang tuanya dan Lulu keluar dari ruang kerja ayahnya, sebuah keputusan pasti akan tercetus hingga mengubah dirinya dimasa depan nanti.

Tapi satu hal yang Zio doakan, semoga keputusan yang orang tuanya putuskan tidaklah salah nantinya.

Semoga saja.

***

Aku jadi khawatir deh sama hal apa yang akan dibicarakan Lulu sama orang tua Zio🙍😕

menurut kalian Zio beneran nikah ngga nih sama Lulu?.😙 Pemikiran author kan berubah-ubah, jadi bisa jadi nikah bisa jadi ngga..😏

Vote dan komen selalu yaa😍.

Sampai bertemu di part selanjutnya😘

Good Or Bad Couple? [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang