"jepang"

89 15 0
                                    

"dan, enggak laper?" rayyan aditya, menurunkan lensa kamera sony alpha a6000 miliknya yang semula terarah sempurna ke arah sesosok di depannya, angkasa ardan. rayyan tengah duduk di kursi yang berada dekat dengan pohon bersalju yang menaungi.

ardan menurunkan syal bermotif kotak-kotak yang menutupi sebagian dagunya, lalu berjalan kearah rayyan sambil menjulurkan tangannya. "pinjem sini, gua juga mau potret sesuatu."

kurang dari lima detik, kamera telah berada di tangan ardan. ia duduk di sisi kanan rayyan yang tengah mengedarkan pandangannya ke sisi lain. pemuda bersurai abu itu membidik wajah menggemaskan rayyan sebagai objek.

bagaimana tidak menggemaskan? rayyan mengerucutkan bibirnya dengan bahu yang meluruh lemas. ardan terkekeh begitu mengetahui bahwa butiran salju di pertengahan februari dapat melunturkan sifat begajulan sahabatnya.

suara jepretan kamera membuat rayyan membulatkan matanya dan menatap garang kearah ardan. "anjing! hapus gak?"

sebelum rayyan merebut kamera itu, ardan berdiri dan hampir tergelincir karena permukaan jalan yang licin. tangannya menahan kepala rayyan, membuatnya kembali terduduk.

ardan memekik gemas sambil melihat hasil bidikannya, "lucu amat sih!" tanpa memedulikan rayyan yang kini menatapnya kesal. "lucu kok, gua simpen buat kepentingan pribadi," lanjutnya pelan, masih memperhatikan foto aib sang sahabat.

rayyan akhirnya mengangguk, "yaudah asal janji ke gue jangan dipost dimana pun."

"—nakutin tikus dirumah misalnya."

"woy! hapus!"

adegan kejar-kejaran pun tak terelakkan, tak lupa rayyan yang membawa bola salju sebagai senjata. sedangkan ardan cukup memotret semua ekspresinya, aib adalah senjata ultimate.
      
                  ─────────────

untuk merayakan kelulusan, kedua pemuda itu datang untuk menjelajahi negeri sakura. bermodalkan tekad dan nekat, sekaligus omelan bunda selop yang takut rayyan menghilang terbawa arus para penyebrang lampu merah.

kalau ardan sih tidak terlalu dikhawatirkan orang tuanya. sekolah jauh dari rumah, tiga tahun hidup mandiri sudah cukup untuk membuktikan pada orang tuanya kalau dia bisa jaga diri.

namun mereka punya kekurangan, ardan yang buta arah dan rayyan yang terlalu ceroboh.

pagi tadi, ardan pergi berbelanja sendiri hanya dengan membawa ponsel yang lowbatt, meninggalkan rayyan yang masih bergelung di bawah selimut.

alhasil setelah rayyan lelah menunggu cukup lama ditemani perasaan gegana, dia langsung berlari keluar tanpa mandi ataupun sikat gigi terlebih dahulu. ditambah ia baru ingat kemampuan bahasa jepang ardan yang sangat dibawah rata-rata dapat menjadi masalah.

setelah rayyan lelah mencari kesana-kemari, barulah ardan muncul dengan wajah lempeng sambil menggigit sebatang kue dango. jangan tanya apa yang terjadi setelahnya, karena itu pasti adegan kekerasan.

lalu pada kesempatan lain, giliran rayyan yang membuat ardan jantungan karena sikap cerobohnya. ia berlari tanpa hambatan, lalu setelahnya membentur dinding. katanya, waktu itu rayyan mengantuk dan sedikit linglung.

atau ada lagi, ketika ardan terlebih dahulu keluar dari pintu kereta, meninggalkan rayyan yang masih berwajah bantal terbawa sampai pemberhentian berikutnya. mengejar dengan mobil pun akan nihil hasilnya. kereta shinkansen memiliki kecepatan 270 km/jam.

karena tahu usahanya akan sia-sia ardan mendatangi pusat informasi, kemudian melihat rayyan yang menatapnya tanpa dosa di stasiun osaka. batin ardan meneriakkan kata sialan saat itu.

j e p a n g Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang