Tiga

36 3 0
                                    

Akhirnya Yohan kembali dari toilet 10 menit kemudian. Dia hanya kembali seorang diri. Tanpa Kikan.

"Pergi berdua, kok balik sendirian?" tanya Hangyul keheranan.

"Dia nyuruh gue balik duluan. Gamau biarin kalian kelamaan nunggu katanya," jawab Yohan.

"Emang ngapain sih di toilet kok lama amat?" tanya Hangyul lagi.

"Biasalah urusan perempuan," jawab Yohan, agak kagok.

Yuvin melirik pada Hangyul sambil mengangguk-angguk pelan. Di sisi lain Yohan mulai menyumpit makanannya dan sambil dia makan, matanya tak sengaja menangkap ekspresi Yuvin dan Hangyul yang terasa berbeda dibandingkan tadi ketika mereka baru datang. "Lo bedua kok tiba-tiba jadi pendiem gini? Perasaan tadi banyak banget bacotnya. Apalagi lo Yuvin."

"Daripada gue ditendang lagi ama si Hangyul mending gue diem," kata Yuvin lalu meminum air putihnya.

"Gue mau nanya tapi takut salah nanya," kata Hangyul kemudian.

"Nanya ya tinggal nanya sih Gyul. Tumben lo takut-takut segala," kata Yohan.

"Ini kalian berdua, beneran dijodohin?" tanya Hangyul akhirnya.

Yohan tidak langsung menjawab. Dia malah memilih untuk mengunyah makanannya lebih lama.

"Tuh kan gue salah nanya.."

"Iya. Kita berdua dijodohin. Nyokap gue ama nyokapnya Kikan itu temenan jadi ya gitulah."

"Emang udah berapa lama saling kenal? Kan walaupun dijodohin pasti ada masa-masa pengenalan gitu-gitu walaupun bukan kayak orang pacaran," kata Hangyul lagi.

"Ini udah mau dua minggu sih sejak gue ama Kikan pertama kali ketemu," jawab Yohan.

"Baru dua minggu?" akhirnya Yuvin bersuara. "Baru dua minggu terus lo udah mantep ngenalin Kikan ke kita sebagai calon istri. Wah salut gue beneran."

"Ya menurut gue gak ada salahnya sih ngenalin Kikan ke kalian sekarang. Toh mau sekarang atau nanti gue pasti bakal ngenalin dia juga ke kalian."

"Iya sih.." gumam Hangyul.

"Emang kapan rencananya mau nikah?" malah Yuvin yang bertanya. Padahal kan tadi rencananya Hangyul yang mau nanya ini.

"Nah makanya itu gue ngenalin Kikan ke lo berdua hari ini. Kita mau nikah secepatnya. Kalo bisa sih dalam seminggu ini udah siap. Karena kita mau nikah yang biasa aja. Gak pake lamaran-lamaran juga. Yang penting nikahnya sah di mata agama dan negara."

Yuvin dan Hangyul terdiam di tempat masing-masing. Hanya mata mereka yang bergerak, alias berkedip-kedip. Tidak percaya dengan apa yang baru saja mereka dengar.

"Lo mau nikah dalam seminggu ini?" tanya Hangyul, mencoba mencari kebenaran sekali lagi. Siapa tahu dia salah dengar. Yohan menoleh padanya dan menjawab dengan anggukkan.

"Lo mau nikah apa mau arisan sih? Nyiapinnya seminggu doank. Ketemu juga baru dua minggu. Mau beli kucing dalam karung lo?" giliran Yuvin yang bertanya.

Yohan memiringkan kepalanya. "Maksud lo gue nikah ama Kikan ini tanpa tau gimana dia luar dalem?"

Yuvin mengangguk. "Luarnya oke lah. Secara kasat mata dia cantik, menarik. Gue akui itu. Tapi dalemnya, emang lo udah tau?"

"Kan bisa dicari tau sepanjang gue ama dia udah nikah nanti."

"Lo ini dijodohin loh Yohan. Maksud gue, gak ada, atau oke lah, belom ada pasti kan, unsur cintanya sama sekali. Dengan awal yang seperti ini, lo mau nikah untuk selamanya ama dia? Apa jangan-jangan, lo terpaksa ya nikahin dia?" tanya Hangyul. Tapi belum sempat Yohan menjawab, Yuvin sudah memotong. "Atau lo harus bertanggung jawab atas sesuatu?"

To Reach YouTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang