oneshot

225 25 13
                                    

"Tidak. Pho bilang tidak ya tidak." Prem masih menangis dipelukan ibunya. Sedangkan ayahnya berjalan kesana kemari.

"Kau putra satu-satunya Pho. Dan Pho tidak ingin kau menikah dengan Boun. Apa yang akan dibilang keluarga besar kita jika putra Pho menikah dengan seorang preman yang bahkan orang tua saja tidak punya." Prem melepaskan pelukan sang ibu dan berlutut didepan ayahnya.

"Tapi pho, Prem sangat mencintai hia." Sang ayah duduk mencengkram bahu putranya.

"Dengarkan pho. Hidup mu tidak akan bahagia hanya dengan cinta. Apa yang akan Boun berikan padamu setelah kalian menikah ? Tidak ada Prem. Hanya kesengsaraan."

"Tapi pho.."

"Tidak ada tapi-tapian. Mulai besok jauhi Boun. Dan besok kita akan makan malam bersama keluarga Dechaphatthanakun. Dan Pho tidak menerima penolakan lagi." Ayah Prem pergi dari ruang keluarga, meninggalkan Prem yang masih duduk terisak.

Ibu Prem menghampiri anaknya. Ia memeluk Prem.

"Sayang, kali ini saja dengarkan pho dan Mae. Boun tidak baik untuk mu sayang. Mae tidak ingin putra mae kenapa-kenapa. Turuti kata ayah mu. Percayalah kami tau apa yang terbaik untuk mu." Prem tidak menjawab, ia hanya bisa terisak menangis.

💚💚💚💚💚

Makan malam antara dua keluarga itu terlihat sangat tenang. Meskipun satu diantara mereka hanya diam saja.

Prem memakan makanannya dengan diam. Berbeda dengan kedua orang tuanya dan orang tua calon suaminya. Calon suaminya pun diam dan hanya akan menjawab jika ditanya.

Kao Noppakao Dechaphatthanakun. Putra pertama keluarga Dechaphatthanakun. Lelaki berusia 26 tahun. CEO D.E corporation. Sekaligus pewaris utama seluruh bisnis Dechaphatthanakun.

Sosok lelaki pendiam yang selalu menuruti kemauan orang tuanya. Bahkan untuk pasangan hidup pun ia menurut.

"Jadi fix pertunangan mereka akan diadakan tiga Minggu lagi ?" Itu ucap ayah Prem.

"Meskipun sebenarnya aku lebih setuju mereka langsung kita nikahkan saja." Kali ini ucap ibu Kao.

"Akan lebih baik memberikan mereka waktu untuk bersama. Agar mereka bisa saling memahami terlebih dahulu phi." Dalam hati Prem menyetujui ucapan ibunya.

"Aku hanya ingin Kao segera menikah dan memiliki anak. Karena lihatlah putra ku, dia sudah sangat cukup umurnya. Dan aku takut jika Prem ada yang merebut dari Kao. Apalagi Prem masih sangat muda dan imut. Kao sudah terlalu tua untuk bermain percintaan anak muda." Ucapan ibu Kao membuat gelak tawa orang tua Prem bahkan suaminya.

"Sayang jangan bicara seperti itu. Kao pasti sedih mendengar kau bilang ia sudah tua. Lagipula aku yakin Prem adalah orang yang setia. Ia tidak mungkin meninggalkan Kao. Benar kan nak Prem ?"

Prem yang sedari tadi hanya menyimak terkejut dengan pertanyaan orang tua Kao.

Ia hanya bisa tersenyum dan mengangguk.

"Lihatlah sayang ia sangat manis. Aku tidak sabar menjadikannya menantu kita." Ucapan ibu Kao membuatnya sedih.

Prem kembali menunduk. Baru saja ingin memakan makanannya kembali. Ia merasakan tatapan seseorang kepadanya. Ia menoleh dan melihat Kao yang tersenyum hangat kepadanya.

💚💚💚💚💚

"Dengarkan pho Prem. Kau harus bersikap baik kepada Kao. Pho tidak mau tau. Jika kau tetap keras kepala. Pho tidak akan segan-segan mengirim mu studi ke luar negeri. Dan Pho berjanji akan membawa hidup Boun ke penjara."

Prem hanya bisa menunduk dan mengangguk.

💚💚💚💚💚

"Nong apa kau tidak apa-apa dengan perjodohan ini ?" Prem melihat sekilas Kao yang berada didepannya. Mereka sekarang berada di gazebo rumahnya.

Stuck In The MomentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang