[08] 🌼Menghabiskan Waktu Bersama

900 214 13
                                    

Pulang sekolah ini Minho kembali mengambil rute yang lebih jauh hanya supaya bisa menghabiskan waktu sedikit lebih lama dengan Jisung.

Mereka berdua berdiri berhadapan dengan tangan yang berpegangan pada besi penyangga, mencegah kedua pemuda tersebut kehilangan keseimbangan ketika bus melaju membelah jalanan.

Seperti biasa, jam jam pulang seperti ini memang membuat suasana di dalam bus sedikit padat dan ramai, sehingga mau tak mau Minho juga Jisung harus mematut jarak yang cukup dekat.

"Ji, akhir pekan ini apakah kau mempunyai acara?" Minho bertanya pelan, berusaha agar hanya Jisung yang mampu mendengar suaranya, tak ingin menganggu penumpang yang lain.

Jisung sedikit mendongkakkan kepala karena perbedaan tinggi di antara mereka. Wajahnya terlihat lucu ketika berpikir, membuat Minho mengulas senyum gemas.

"Sepertinya tidak, ada apa?"

Helaan nafas lega seketika terdengar, pandangan Minho berubah bersemangat, "Maukah kau menemaniku?"

Apakah ini sebuah ajakan berkencan?

Jisung menganggukkan kepala mantap. Lagipula hari minggu nanti ia tak memiliki acara khusus selain tidur selama seharian dan mendapat ceramah langganan dari sang mama, sepertinya akan lebih baik jika keluar menemani Minho, meski Jisung tak tahu kemana pemuda tampan itu mengajaknya pergi.

Masih ada dua hari menuju akhir pekan, dan Minho sudah tak sabar untuk menantikan saat itu tiba.

━━━━━━━━━ ⚘ ━━━━━━━━━━
d a i s y
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━



Pemuda dengan hidung bangirnya tengah berdiri di halte bus tempatnya membuat janji dengan Jisung. Layar ponsel ia tatap selama beberapa saat, mendapat pesan yang mengatakan jika Jisung akan sedikit terlambat.

Minho mengarahkan pandangan ke jalan raya di depannya, menghela nafas sembari sandarkan punggung pada besi halte yang masih sangat bagus tanpa karat sedikitpun. Pemerintah memang sangat memperhatikan fasilitas rakyatnya.

Beberapa menit terdiam dengan tangan yang berada di dalam saku celana juga bibir asik bersiul, Minho mulai tolehkan pandang begitu mendengar suara seseorang yang berlari mendekat dari arah samping.

Itu Jisung, lelaki berpipi tembam yang berhenti di hadapan Minho dengan nafas ngos ngosan juga tangan bertumpu pada kedua lutut.

Sepertinya Jisung berlari sekuat tenaga dari rumah.

"Maaf hah...aku terlambat."

Sungguh, Minho tak masalah menunggu sedikit lebih lama, ia merasa tak tega melihat keadaan Jisung yang terlihat begitu kelelahan.

Salahkan saja mamanya yang tiba tiba menahan kepergian Jisung, meminta tolong kepada putra semata wayangnya untuk mengangkat galon ke atas dispenser yang sudah kosong.

Jisung tentu tak bisa menolak permintaan sosok yang begitu ia sayangi, membuat Jisung berakhir dengan berlari cepat menyusuri trotoar karena tak ingin membuat Minho menunggu lama.

"Tak masalah. Kau lelah?"

Jisung yang masih sibuk dengan kegiatan bernafasnya seketika mengacungkan jari jempol ke Minho, membuat yang lebih tua seketika mengulas senyum simpul.

Tangan mungil itu ia tarik, mendudukkan Jisung di bangku halte sembari mengelus surai hitam tersebut.

"Beristirahatlah sebentar."

Jisung menundukkan kepala, apa apaan pipi merona itu?

━━━━━━━━━ ⚘ ━━━━━━━━━━
d a i s y
━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━━


Antologi; Flower Me [Minsung] ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang