SYUJA masih setia duduk disisi brankar menemani Alin yang tertidur pulas. Baru saja dia habis menyuapi cewek itu makan sekaligus minum obat. Mungkin karena kondisinya belum bisa dibilang sembuh, dokter menyarankan Alin untuk lebih banyak istirahat.
Melihat luka dikepala Alin membuat Syuja teringat akan Binar. Terbesit rasa bersalah sangat besar saat dirinya memarahi cewek itu hingga menangis. Kemurkaannya semalam pasti membuat sebuah luka untuk kekasihnya.
Namun beberapa detik kemudian giginya menggertak. Perkataan Pratama berhasil memenuhi pikirannya. Haruskah dia melakukan apa yang Papanya katakan?
Drttt..
"Hallo." Jawab Syuja menempelkan ponselnya ditelinga kemudian berdiri mendekati sofa dekat pintu.
"Ja hallo Ja? Lo dimana sekarang Ja? Eh kampret kenapa Lo ga masuk sekolah sih? Gue denger-denger si Alin ketabrak terus dibawa kerumah sakit? Bener ga sih? Ja jawab dong, dari tadi Lo diem doang. Dikira gue lagi ngoming sama setan apa."
Syuja menjauhkan ponselnya, benar-benar sialan. Telinganya pengang mendengar suara ngegas milik Rio dari sebrang sana.
"Gue males ngomong besok aja."
"Eh dodol papua jangan ditutup dulu woi ini penting."
"Sini gue mau ngomong, eh bos gue baru pulang dari Malang Lo ga kangen apa sama gue?" Syuja tebak ini pasti Gema yang bersuara.
"Ga, gue masih normal."
"Dah ah balikin hp gue. Lo juga kan punya hp ogeb. Ja si Binar tadi nanyain Lo, katanya kenapa Lo ga bales pesan sama ga ngangkat telepon dia? Kasian tuh anak orang jangan dianggurin gitu. Dipungut orang baru tau rasa Lo. Btw Lo masih dirumah sakit ga? Tadi pacar Lo bilang dia mau kesitu jenguk---"
Tut.
"Ngapain Lo kesini?"
***
Bintang menetralkan nafasnya yang tercekat. Peluh dipelipisnya bercucuran memperlihatkan aura errr dimata para cewek kurang belaian.
Sebagian kelas yang jamkos semakin berteriak histeris ada juga yang sampai pinsan tak sadarkan diri. Cowok itu membuka dua kancing atas seragamnya hingga memperlihatkan dada bidang putih nan mulus bak porselin.
"Anjay gurinjay bumi mendadak berhenti dari porosnya guys."
"Astagah gue percaya kalau pangeran berkuda putih itu emang benaran ada!"
"Jalan-jalan kesurabaya. Ya Allah Bintang ganteng banget!"
Teriakan para cewek tak membuat Bintang terpana. Jujur saja Bintang sudah terlalu biasa mendapati hal semacam itu. Wajib sombong bagi yang ganteng.
"Ini udah putaran ke dua puluh kalinya. Tapi... Hah hah ga ada tanda-tanda suara bel pulang, sial."
Bu Senta menghukumnya karena berani melamun disaat jam pelajaran. Dan yang paling patal lagi karena dia berani menghina guru seenak jidatnya. Wow, sebuah rekor hebat untuk murid baru seperti Bintang. Ok! lain kali Bintang harus mengaput kecos bibirnya rapat-rapat saat berhadapan dengan guru.
Kriiinnggg..
Tanpa pikir panjang Bintang menidurkan tubuhnya dipinggir lapang yang sedikit teduh. Kakinya masih terasa lemas, nafasnya naik turun tak beraturan akibat putaran ke dua puluh lima tadi yang dirinya lakukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Binar Bentala Bianglala (END)
Teen Fiction[SUDAH TERBIT DI GUEPEDIA] Binar Bentala Bianglala, nama yang indah juga puitis tapi, tak seindah itu kisah asmaranya. Dia, cewek yang dianggap paling beruntung karena memiliki pacar seorang Reygan Syuja Pratama, cowok tampan, temperamen dan ditakut...