Chap 7

1.7K 110 1
                                    

•••

🔞 🔞 🔞


Sudah hampir 2 jam Jimin menunggu di dalam ruang kerja Taehyung. Jimin menghabiskan waktunya dengan membuka akun instagramnya dan melihat banyak notifikasi masuk pada ponselnya. Bermain game maupun membalas pesan yang masuk hingga rasa bosan menjalar di seluruh tubuhnya.

"Ah, bosan sekali!" Ucap Jimin sambil melempar ponselnya ke sofa.

Setelah itu, Jimin dapat merasakan tenggorokannya yang tiba-tiba terasa kering. Pria cantik itu haus.

Jimin akhirnya keluar dari ruangan kerja dan dirinya langsung disambut dengan Hwasa yang bangkit dari kursi kerjanya. Hwasa tersenyum padanya, persis seperti apa yang wanita itu lakukan saat diruangan Taehyung tadi.

"Ada perlu apa, Tuan Jimin?" Tanya Hwasa. Wajahnya masih dipenuhi senyuman.

"Kau tahu namaku?" Balas Jimin bertanya. Keningnya berkerut dan tatapannya bertanya-tanya.

"Oh, iya tadi Pak Taehyung memberi tahu saya untuk memberikan apapun yang anda butuhkan."

Jimin mengangguk-ngangguk mengerti, sebelum melanjutkan perkataannya.

"Aku haus. Bisa tolong ambilkan aku segelas air?"

"Baik, anda ingin air dingin atau hangat?"

"Sepertinya dingin lebih baik."

"Baiklah, mohon ditunggu. Nanti saya antar ke ruangan Pak Taehyung."

Jimin tersenyum.

"Terima kasih."

Jimin pun kembali ke dalam ruangan Taehyung dan duduk di atas sofa lalu mengambil ponsel yang tadi ia jatuhkan begitu saja.

"Astaga, berapa lama lagi aku harus menunggu? Apa aku sungguh harus bertahan satu jam lagi dalam kebosanan ini? Disini?" Tanyanya pada dirinya sendiri.

Jimin beranjak dari tempat duduknya menuju kaca besar yang berada di belakang meja kerja Taehyung. Dari sini, Jimin dapat menatap keindahan langit yang tampak sangat biru hari ini tanpa awan sedikitpun. Kendaraan-kendaraan yang berlalu lalang tampak kecil jika dilihat dari atas sini. Tepat ketika Jimin sedang menikmati pemandangan di depannya, suara pintu diketuk mengalihkan pandangannya.

"Oh iya, masuk."

Hwasa masuk ke dalam ruangan dengan nampan berisi segelas air mineral dingin. Tapi ada satu hal yang mengherankan Jimin, benda yang terletak di samping gelas itu.

Dildo?





Taehyung dapat merasakan ponselnya bergetar di kantong celana bahannya. Diam-diam Taehyung melihat nama yang tertera pada panggilan masuk itu dari bawah meja.

Hwasa.

"Jadi alangkah lebih baik kita mengubah strategi pemasaran dan meluncurkan produk baru yang tidak kalah menarik dari pesaing pasar, karena keberadaan kompetitor kita tampaknya sudah mengalami perkembangan yang lebih baik dari pada yang kita duga." Ucap salah satu dewan yang menghadiri rapat itu.

Taehyung dapat melihat betapa serius ayahnya, Pimpinan Kim yang sepertinya bersiap untuk mengomeli setiap anggota dewan yang tidak sesuai dengan harapannya.

Ah, sial. Taehyung benar-benar harus mengangkat panggilan ini karena pasti jika Hwasa meneleponnya saat ini, itu pasti berhubungan dengan Jimin.

The Dancer [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang