28. ||Weakness

43 12 0
                                    

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.





TARGETED

14221220||GLASS

//ˈfrakSH(ə)n//

'Bukankah kau sudah cukup menghukumku?'

Cahaya matahari adalah hal pertama yang membangunkanku di pagi hari. Anehnya, aku menemukan diriku berada di ruangan lain, jelas, di ruangan lain. Rumah? Ah aku ingat! Aku datang ke sini dengan Jungkook kemarin, tapi mengapa dia memutuskan untuk membawaku kembali ke rumahnya? Bisa lebih baik jika dia hanya membawaku kembali ke rumah lamaku seperti yang dia janjikan sebelumnya, mengapa dia berubah pikiran begitu cepat?

Aku berjalan sedikit mengitari ruangan, hanya untuk membiasakan diri dengan sekitarnya, tetapi suara aneh namun memalukan keluar dari perutku. Lapar. Aku ku benar-benar lapar dan bahkan tidak ingat di mana dapur itu.

Aku turun tangga untuk mencari dapur tapi aku berhenti di ruang tamu begitu melihat Jungkook tidur di sofa dan dalam posisi tidak nyaman. Aku ingin membangunkannya tapi tidak tega melakukannya, aku masih marah padanya jadi kuputuskan untuk membiarkannya tidur seperti itu dan aku terus mencari dapur.

Untungnya, aku menemukannya dalam waktu kurang dari lima menit. Aku memakai apron dan mulai menyiapkan sarapan untukku, tapi aku tidak sejahat itu untuk membiarkan Jungkook melewati sarapannya.

Aku memastikan suapanku cukup besar untuk segera mengahabiskan nasi goreng ini, aku habya malas membuka pembicaraan dengannya. Ketika kami datang ke sini kemarin, aku tidak berbicara sepatah kata pun padanya dan terus mengabaikannya sampai dia menunjukkan kepadaku sebuah kamar dan mengatakan padaku bahwa aku dapat menganggapnya sebagai milikku, sekarang.

Dalam perjalanan kembali ke kamar, aku harus melewati ruang tamu, mengharuskanku melihat wajah tidur Jungkook, damn it!  Jantungku mulai berdetak dengan kecepatan luar biasa hanya karena melihat betapa lugu dan manisnya dia saat ini. Sayangnya, semuanya berubah setelah dia bangun dan itu membuatku kembali ke dunia nyata dan aku menyadari bahwa aku menatapnya lebih lama dari yang kuinginkan, jadi aku memutuskan untuk berjalan kembali ke kamarku tanpa bersuara.

***

Hari sudah malam dan aku lelah bermain HP seharian. Jungkook mengetuk pintu kamarku beberapa kali tapi aku tidak pernah membukanya, bahkan tidak menanggapi ketika dia memanggil namaku,

"Kenapa aku harus setuju untuk ikut dengannya jika aku hanya berdiam diri di kamar, menolak untuk berbicara dengannya?  Aku akui bahwa aku telah membuat kesalahan terbesar dalam hidupku ketika menyutujuinya untuk datang ke sini, sekarang terasa tidak berbeda dari saat aku berada di sel–." Pikiranku terputus oleh suara keras di pintu.

Sesaat aku merasa takut sampai aku menyadari apa yang sedang terjadi, ledakan yang luar biasa!

"Berapa lama kau akan tinggal di sana, Na?! Apa menurutmu kau mendapatkan sesuatu dari mengabaikanku sepanjang hari?! Kalau begitu selamat, kau berhasil. Aku tidak pernah merasa begitu jengkel sepanjang hidupku, Na, dan ini semua karenamu. Kau menang, jadi apa gunanya diam sekarang?!" dia berteriak dari sisi lain pintu dan aku takut dia akan mendobrak pintu.

Aku memegang bantal dengan erat, menunggu langkah Jungkook selanjutnya, namun agak tidak terduga karena kali ini dia tidak mendobrak pintu, melainkan sebaliknya.  Aku berteriak begitu mendengar suara tembakan senjata.

"kapan ini akan berhenti, Jungkook?" batinku ketakutan.

Aku merasa seperti sedang berperang, mungkin ini sedikit lebih menakutkan, bagiku.  Aku melepaskan bantal dari wajahku karena aku menggunakannya sebagai tempat berlindung ketika aku mendengar suara keras hanya untuk menemukan Jungkook berdiri tepat di depanku.

"Apakah dia menggunakan pistol dan menghancurkan jendela hanya untuk masuk? Apa dia sudah mencapai tahap terakhir dari kegilaan sehingga dia tidak peduli tentang apapun lagi?!" Pikirku sangat kacau dibuatnya.

Aku melihat ke arah Jungkook dan kemudian ke jendela yang pecah, merasa takut dan khawatir, apa yang akan terjadi padaku sekarang? Apakah aku akan mengalami nasib yang sama dengan jendela itu? tapi sebelum imajinasiku bisa mencari takdir lain, aku merasakan lengan Jungkook memelukku. Aku tidak bisa menghentikan tubuhku yang gemetar di tubuhnya, dan yang mengejutkan, tubuhnya juga gemetar, tapi kenapa?

"Kenapa kau gemetar?" aku bertanya dan mengutuk diriku sendiri karena telah membuka mulut, bukankah aku sudah memutuskan untuk mengabaikannya?!

"ini karena ulahmu, Na. Aku sangat marah. Tubuhku gemetar karena marah!!" katanya dengan amarahnya,  dan aku tidak bisa berkata-kata.

Wow! Aku hanya mengabaikannya sehari dan dia sudah dalam keadaan ini, lalu apa yang terjadi jika aku mengabaikannya selama seminggu penuh?

"Bukankah kau sudah cukup menghukumku? Apa kau tidak tahu seberapa besar ciuman antara kau dan Taehyung menyiksaku? Tidak bisakah kau melihat betapa hancurnya aku? Kenapa kau masih membunuhku, Na?!" Akunya dengan menahan kelemahan terakhirnya. Namun, ya... kelemahannya unjuk diri, dia... menangis. Dia banyak menangis akhir-akhir ini, bahkan tubuhnya terlihat lebih kurus.

"Apakah itu benar-benar karenaku Jungkook? Mengapa kau masih menyiksa dirimu karena kau membenciku?" gumamku sambil memandang langit-langit.

"Bagimu... aku ini apa?" Aku bertanya dengan lantang dan aku menyadari kesalahan yang aku buat saat melihat ekspresi kaget Jungkook, ini seharusnya pertanyaan yang tidak terucapkan, kenapa aku membiarkannya keluar?

Setelah aku menanyakan pertanyaan itu, Jungkook mendekatkan wajahnya ke wajahku dan aku lebih gugup dari sebelumnya, tangannya membelai pipiku dengan penuh kasih dan aku yakin sekali bahwa itu sudah menjadi merah. "Kaulah yang paling aku butuhkan, Na. Kaulah orang yang membuatku tidak bisa hidup tanpa kehadiranmu," katanya sambil melepaskan wajahku dan menjaga jarak di antara kita tapi aku tersesat di duniaku sendiri bahkan untuk melacak apa yang sedang terjadi.

"Should I believe him or not?"

TARGETED || JUNGKOOK FF [Translate] [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang