20| Tak Enak Hati

180 24 3
                                    

Minta maaf bisa kapan saja, bisa dimana saja dan bisa siapa saja. Namun kecewa tidak bisa dihapus di sembarang tempat, oleh sembarang orang dan sembarang waktu. Karena perihal kecewa adalah masalah hati, kesalahanmu sudah tak terlihat namun rasanya masih membekas.
-Faris Haryaka Rafa
_________

Nih! Happy Reading Guyss ❤️
_______________________

Sudah seminggu Faris mendiamkan Thafa. Dan sudah seminggu juga, beban di hati Thafa yang merasa tidak enak kepada Faris melanda.

Sudah banyak cara Ia lakukan, meminta maaf, menghampiri tempat kerja Faris, sampai bermohon-mohon, namun Faris tidak menunjukkan tanda bahwa dia akan memaafkan Thafa.

Dan saat ini Thafa sedang menatap nanar ponselnya, yang menampilkan chat terakhir dari Faris untuknya, yang begitu melukai hatinya.

"Apa Gue chat aja ya? Dia pasti senang kalau gue nge-chat dia." Argumennya.

Ia mencoba mengetikkan sesuatu disana. Berharap Faris akan membalasnya.

Begitulah pesan yang dia ketik untuk Faris

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Begitulah pesan yang dia ketik untuk Faris. Ia menunggu, satu detik, dua detik bahkan berjam-jam, namun Faris tak menunjukkan tanda ingin membalasnya. Bahkan pesan dari Thafa tak Ia baca sekalipun.

"Ih kok belum di read sih?" Dengusnya.

Thafa berharap cemas, menunggu balasan dari Faris. Ia bangkit dari tempat tidur, lalu menuju ke arah balkon sembari menggigiti kukunya karena cemas.

Karena gak ada jawaban, Thafa mencoba menelfon Faris. Namun nihil, panggilan gak di angkat. Bukan hanya sekali, Thafa melakukannya berkali-kali, namun hasilnya tetap sama.

"Faris balas dong!" Monolog-nya menatap ponsel.

"Iya gue tau, gue salah. Tapi, jangan bikin gue merasa gak enak gini." Gumamnya, menatap foto yang Faris tampilkan di profil WhatsApp nya.

"Sumpah, gue gak tau lagi harus ngapain? Agar Lo mau maafin gue." Pasrahnya, meletakkan ponselnya di meja yang ada di balkon.

"Kalo gini terus, gue bisa mati karena perasaan gak enak." Gusarnya mengacak rambut, karena frustasi.

Mungkin malam ini Ia tidak bisa tidur karena Faris.

•••

Di pihak lain, Faris yang saat ini sedang bekerja, terganggu karena ponsel yang baru saja di aktifkannya yang sejak semalam di matikannya, berdering berkali-kali.

Ia merogoh saku celana, untuk mengambil ponselnya. Ia menatap layar ponselnya dengan senyum tipis, ada tatapan rindu yang terpancar dimatanya. Namun, saat Ia mengingat kejadian tempo hari, Faris dengan kilat meruntuhkan senyumnya lalu mematikan ponselnya.

 Namun, saat Ia mengingat kejadian tempo hari, Faris dengan kilat meruntuhkan senyumnya lalu mematikan ponselnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Ia tidak berniat sama sekali mengangkat, atau bahkan membaca pesan dari Thafa.

Faris ingin agar Thafa merasakan bagaimana Ia dulu. Bagaimana saat Ia mengirim pesan namun di cuekin oleh Thafa. Biar Thafa merasakan gimana rasanya menjadi Faris.

"Abang?"

Panggilan itu sontak membuyarkan lamunan Faris.

"Abang? Dengar Helsi nggak sih?"

"Iya, kenapa?" Jawabnya, memasukkan ponsel ke saku.

"Tante Hilyah nanyain, Abang nggak sekolah? Kok malah ke bengkel?"

"Bilang sama Mama, hari ini abang sakit."

Sudah pasti Ia berbohong. Faris hanya malas jika harus melihat Thafa yang akan membuatnya rindu. Lebih baik, hari ini Ia tidak masuk ke sekolah.

Mendengar itu, Helsi sontak memegang dahi Faris untuk memastikan.

"Nggak panas kok." Gumamnya, "abang bohong yah?" Lanjutnya menduga.

"Bawel!"

"Ih Abang bohong. Pasti abang ada masalah kan di sekolah?"

"Bawel banget sih Lo." Faris menyembunyikan rasa malunya, karena ketahuan berbohong.

"Kalau bukan masalah sama Bang Hanif, pasti masalah cewek. Ceweknya siapa bang? Berani-beraninya bikin abang tersayang Helsi gak mau sekolah."

"Bawel banget sih. Udah lo ke sekolah, nanti terlambat."

"Helsi ngadu ke tante ah."

"Jangan! Lo gimana sih, katanya sayang sama abang."

Helsi menunjukkan deretan giginya. "Kalo gitu, anterin Helsi ke sekolah."

"Abang kan lagi kerja Helsi," gumamnya.

"Helsi ke tante Hilyah ah."

Faris dengan sigap menarik tangan Helsi. "Iya-iya, Abang anterin. Punya adek kok bawelnya minta ampun." Faris menaiki motornya.

"Nah gitu dong." Gumam Helsi menaiki motor, "Bang?" Panggilnya lagi.

"Hm?"

"Helsi masih penasaran deh siapa cewek itu." Helsi berusaha menggoda Faris yang pipinya udah seperti kepiting rebus.

"Tuhkan, mau berangkat gak nih?"

"Hhhee berangkat dong bang. Abang lucu deh kalau lagi malu, hhhaaa."

"Au ah."

TBC

Dont forget to vomment🥰😙

Kamis, 01 Oktober 2020

Dilemma ✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang