CHAPTER IV (Mie Ayam Mas Yono)

14 5 3
                                    

Hari itu ayam tentangga terdengar sangat nyaring ditelingaku, aku yang masih sangat mengantuk karena memang sangat kelelahan keluar bersama Mahatma ke acara pernikahan semalam, aku lantas tengkurap dan menutup kepalaku dengan bantal kesayanganku lalu menarik selimut yang sudah berada dikakiku, tidak lama kemudian handphone ku berdering keras dari arah kiri yang berada didekat meja belajarku, tidak tahan dengan bunyinya aku kemudian mengambilnya dan membuka mata, ternyata telfon dari Mahatma. Aku lalu mengangkatnya dan kembali menutup mata.

"Hmmmm" gumamku yang masih sangat kantuk.

"Lo masih tidur? Bagun woi bangun!!"

"Hmmm" kembali gumamku.

"Bangunn Dir! Ini udah jam 7, gua udah siap nih, gua lagi nunggu lo, inikan hari senin" pungkas Mahatma yang sudah panik karena takut terlambat.

Aku sontak bangun terduduk dan mengumpulkan nyawa
"Hah? Yang bener? Mati gua".

"Gua duluan aja deh ya Dir, gua takut dihukum ibu jahannam itu, katanya kalo gua telat lagi tu guru bakalan laporin ke nyokap gua, bisabisa gua gak dikasi uang jajan lagi" kata Mahatma yang sudah berada diatas motornya.

"Woiii tungguin napa Mat! Gua udah mau mandi nih, kalo lo kesekolah duluan berarti lo gak setia kawan ama gua" kataku yang sedang berjalan menuju kamar mandi.

"Ahh terserah lu dah, pokoknya ugua mau kesekolah duluan, titik!!!!"

"Wahh anjirr lo Maa....." belum selesai perkataan ku telfon sudah dimatikan oleh Mahatma, ditandai terdengarnya suara Tuutttttt dari handphoneku. Aku yang kesal dengan kelakuan Mahatma lalu bergegas mandi.

******************

      Setelah bersiap siap akupun melincur kesekolah yang jaraknya sekitar 7 km dari rumahku, memang tidak terlalu jauh, juga tidak terlalu dekat. Selama diperjalanan aku memakai headset yang hanya terpasang disebelah telinga kanan ku, setelah sampai digerbang sekolah, ternyata upacara bendera sudah hampir selesai. Akupun turun dari motorku dan mendorongnya hingga masuk keparkiran sekolah, aku bergabung dibarisan murid yang juga terlambat, Dan ternyata ada Mahatma juga di sana aku pun tersenyum Jahil melihat Mahatma yang tengah berdiri di barisan tersebut. Aku lantas mendekatinya dan menyenggol belakangnya dengan ujung Sikut ku.

"Nahh Kenakan batunya lo ninggalkan gua tetep aja telat hahahaha" ejek ku.

"Ini gara-gara lo mba diro, gua telat karena nungguin lo" ungkapnya kesal.

"Yah siapa suruh nungguin gua hahahaha"

"Okeehh fine, besok besok dan seterusnya gua kesekolah S E N D I R I A N" jelas Mahatma dengan penekanan kata sendirian yang sangat jelas.

"Yaudah kalo mau sendiri sendiri" kataku sambil tersenyum.

Kamipun berbaris bersebelahan tanpa percakapan setelahnya, kemudian ibu Dona datang dan memberikan hukuman kepada murid murid yang terlambat, kami ditugaskan untuk membersihkan taman, kamar mandi, lapangan dan membuang sampah. tugasku adalah membersihkan taman dan tugas Mahatma adalah membersihkan lapangan. Ketika membersihkan kami saling mengerjai, aku membuang dedaunan yang aku dapatkan di taman ke lapangan yang sedang Mahatma bersihkan. Mahatma sangat kesal dengan kelakuanku, dia lalu membalasku dengan membuang sampah yang dia dapatkan di lapangan ke taman yang sedang aku bersikan. Tidak lama kemudian ibu dona datang dan melihat kelakuan kami berdua. Ibu dona hanya menggeleng geleng kepala lalu menambah waktu hukuman kami berdua sampai 10.00 siang. Mahatma tampak kesal melihatku lalu Mahatma berkata.

"Punya pacar kok kaya melihara setan" katanya kesal.

Aku lalu tertawa sekaligus kesal dengan perkataan Mahatma barusan.
"Ngomong apa lo barusan, lo bilang gue setan?"

Kamipun terus berdebat sampai waktu hukuman kami selesai, aku pun masuk ke kelas, Mahatma pun juga masuk ke kelasnya.  Walaupun kami sering sekali berdebat dan bertengkar, menurut aku dan Mahatma itu hanya permainan, kami tidak pernah bertengkar yang benar benar bertengkar seperti ketika cemburu, dll. Kami benar benar tidak pernah bertengkar karena hal seperti itu. Aku dan Mahatma seperti anak kecil yang sedang bermusuhan ketika bertemu, tapi itulah yang membuat kami saling rindu.

*******************

Siang harinya ketika pulang sekolah, Mahatma mengajakku ke warung favoritnya, katanya walaupun sederhana, rasanya istimewa.  Akupun setuju dengan ajakannya kali ini, diperjalanan aku seperti familiar dengan arah jalannya, setelah sampai aku lantas kaget dan ternyata.

"Lahh! Inikan juga warung favoritku" kataku.

"Yang bener? Lo ikut ikutan lagi kali" balasnya.

"Enak aja, emang gua sering makan disini kali"

"Terserah lo deh, gua udah laper" katanya dengan memegang perutnya dengan tangan kanannya.

Itulah kami, terlalu sama, Entah mengapa untuk yang kesekian kalinya kami terus mendapat kesamaan yang menurutku sudah tidak wajar untuk disamasamakan. Kamipun masuk dan memesan dua porsi mie ayam, rasanya memang khas dan murah meriah. Semenjak saat itu Mahatma selalu mengajakku ke warung Mas Yono ketika pulang sekolah. Mungkin Mas yono dan pelayannya sudah sangat bosan melihat wajah dua orang aneh ini, karena ketika kami makan kami selalu saja punya hal yang ditertawakan dengan terbahak bahak yang mungkin menganggu seisi warung, tapi Mas Yono sudah paham dengan kelakuan kami, jadi ketika ada orang yang merasa terganggu dengan ketawa kami, Mas Yono langsung melempari kami dengan tisu. Hahahaha mas yono mas yono.

Warung Mas Yono seperti saksi kegilaan kami berdua, bahkan ketika kami keluar untuk jalanpun kami selalu mampir di warungnya. Ahh aku rindu suara rebusan mie, kursi plastik, meja kayu, dan kamu Mat.

*************************

Selamat membaca, jangan lupa follow akun wattpad ini yah🥰karena ceritanya bakalan panjang dan mungkin tidak akan ada ujungnya.  Terima kasih!

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Sep 26, 2020 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Mahatma & NadiraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang