Terjebak Dalam Gua

901 72 4
                                    

Suara gemuruh itu perlahan surut. Menyisakan debu-debu beterbangan. Sasrobahu terjejut karena jalan dibelakang buntu sudah. Terdapat batu seukuran kerbau menyumpal jalan belakang.

Hupp

Ia memejamkan indra, menyalurkan tenaga dalam ke telapaknya. Seketika telapak itu berpendar kemerahan, jurus petapa Menyibak Cakrawala Mega ia keluarkan. Sinar kemerahan segera menyambar batu granit yang maha keras itu.

Sontak batu besar itu hancur berkeping, namun hal itu menyebabkan dua lempeng batu  disertai pasir dan kerikil jatuh dari atas membuat jalan kembali buntu. Kali ini pasir batu itu lebih banyak lagi menimbun sehingga Sasrobahu harus mundur dua langkah.

Asap dan debu yang berterbangan membuatnya terbatuk. Cahaya obor menjadi redup.

Jahanam batu sialan, semakin dihancurkan semakin banyak yang jatuh!

Akhirnya lelaki itu menyerah dan terpaksa mengambil jalan lain.

"Murni tunggu disana!  Aku akan mengambil jalan berputar, jangan kemana-mana dulu!" teriak pria itu dengan tenaga dalam. Berharap sampai ke seberang longsoran batu.

Entah Murni akan mendengar suaranya atau tidak.

Sasrobahu segera melesat menuju lorong keluar yang berujung pada lubang gua kecil di sebelah rumahnya. Mulut gua ini hampir tak terlihat karena ditutupi tumpukan batang jagung yang sudah mengering.

Sementara di balik longsoran, Murni berjuang membersihkan segala debu yang menutupi baju dan muka.

Setelah dirasa bersih Ia berbalik arah dan merayap didalam kegelapan. Mengandalkan indera sentuhan yang menempel di dinding gua. Serta indera pendengarannya yang tajam.

Sedikit tertatih namun ia mantap melangkahkan kaki perlahan. Tangannya terus meraba hingga terantuk pada sebuah benda padat panjang di dinding gua. Jarinya ia turunkan ke gagang pemegang benda itu, ia menemukan sepasang benda bulat kecil terjepit diantaranya.

Ini dia

Kedua benda bulat itu ia gesekkan hingga menimbulkan percikan bunga api ke obor yang tergantung di dinding gua.

Berhasil, kini ia mendapatkan cahaya dari obor yang ia nyalakan. Cahaya itu berbenturan dengan stalaktit menimbulkan bias cahaya warna-warni seperti pelangi.

Tujuan Murni kembali ke ruang utama Goa Pelangi. Disana ada rahasia lain yang harus ia dapatkan. Biang dari segala malapetaka dan kutukan yang meneror  Desa Bakor serta Hutan Tumpasan.

***

Liat sekali.

Tali yang mengikat Larantuka tidak dapat diputus dengan mudah. Rupanya itu adalah tali khusus yang dibuat dari serat kulit Lembu dicampur dengan minyak getah karet. Belati milik Candika maupun pedang milik prajurit yang jatuh pingsan tadi hanya mampu menebas sedikit uratnya. Larantuka masih terikat kuat di batang pohon.

"Tali ini tidak akan putus bila tidak menggunakan Senjata Mustika." sahut Candika.

Dari balik selendang yang ada di pinggang Ia mengeluarkan sebuah benda berwarna merah.

Pedang Merah Darah milik Larantuka.

Raut Larantuka berubah sedikit tegang.

"Sebaiknya kau tidak mencabut pedang itu dari warangkanya."

Alis Candika bertaut, "kenapa?"

Larantuka berbisik, "pedang itu mengandung kutukan. Selain itu bisa menyedot tenaga dalam orang yang tidak kuat dasar tenaga dalamnya"

LARANTUKA  PENDEKAR CACAT PEMBASMI IBLISTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang