The Sultan Hotel Jakarta, itu adalah hotel yang harus didatangi Faith. Secara akomodasi, udah jelas hotel ini bukan hotel murahan. Gue pikir tadinya Faith bakalan minta dianter ke hotel biasa aja, ternyata malah ke hotel yang dulu namanya Hotel Hilton Jakarta.
Ngantuk, itu udah pasti karena sekarang jam satu pagi. Harusnya gue nggak perlu ladenin bacotan Faith, harusnya juga gue nggak usah ikutan sampe ke sini, tapi malah terpaksa nyangkut di sini. Tai kuda lah!
"Kerja apaan sih harus nyampe jam segini? Lu jadi cleaning service? Ato resepsionis? Rasanya nggak mungkin sampe sesusah itu cari kerjaan buat orang kayak lu yang bokapnya punya usaha tambak udang," sewot gue saat kami udah masuk ke lobby.
Faith nggak menjawab dan cuma melengos aja. Rese banget jadi cewek. Doi berjalan lebih cepat dan langsung samperin resepsionis. Nggak pake lama, doi langsung dapetin kartu kamar.
"Dapet kamar gratis dari langganan?" tanya gue dengan kening berkerut.
"Bangsat!" umpat Faith pelan sambil melewati gue untuk menuju ke lift.
Ih, sensi.
"Gue tuh udah ngantuk banget, Faith. Lu mau ngapain ngajak gue sampe ke atas? Ngeliatin lu ngewe sama om-om? Ato lu ngajakin gue threesome?" protes gue waktu kami udah di dalam lift.
"Gue capek kalo jelasin lu pake bokisan, Hans. Pokoknya kalo lu udah tahu, lu bisa balik. Nggak usah nungguin gue ampe kelar karena bisa sampe besok sore kelarnya," ucap Faith dengan nada lelah.
"What?" tanya gue bingung.
Pintu lift terbuka dan Faith langsung keluar. Gue pun ikut aja sambil mengekori Faith berjalan menyusuri koridor sepi itu. Hotelnya lumayan, kalo gue udah ngantuk berat, mendingan gue booking satu kamar buat tidur aja di sini.
Langkah Faith terhenti ketika sudah berada di depan kamar nomor 13.
"Eh, kamar lu kan nomor 15, ngapain berenti di depan kamar angka sial?" tanya gue bingung.
"Diem!" desis Faith bertepatan dengan pintu kamar yang terbuka dan muncul seorang cewek dengan muka ngantuk di sana.
"My goodness, Tan! Lu bikin gue stress karena nggak nyampe-nyampe!" pekiknya sambil menggenggam dua tangan Faith dan melompat kegirangan.
Nggak cuma cewek itu aja di dalam kamar, tapi ada tiga cewek lainnya yang ikut keluar. Kamarnya boleh angka sial, tapi isiannya bidadari semua. Cakep dan bening kayak lantai marmer rumah gue.
"Sori ya, tadi ada urusan sebentar. Nanti kita mulai jam tiga, kan?" ucap Faith pelan.
"Nggak mau ikutan tidur di sini?" ajak cewek rambut pendek sambil melirik nakal ke arah gue.
Wah, itu undangan banget! Tapi sayang, toketnya nggak cukup gede kayak punya Faith.
"Kalian harusnya tidur sekarang biar nggak ngantuk nanti. Mumpung masih jam satu, senggaknya ada dua jam sebelum make up," ujar Faith santai.
Kepala gue auto nengok ke arah Faith dengan alis terangkat, menatapnya bingung, juga mendadak nggak enak hati.
"Ini siapa, Tan? Cowok lu?" tanya cewek yang tadi buka pintu.
"Ada deh," balas Faith santai sambil menggenggam tangan gue dan bergerak menjauh dari mereka. "Gue ke kamar dulu, yah. See you at three."
"See you, Tan!" seru mereka berbarengan.
Gue mengikuti Faith yang berjalan menuju ke kamar nomor 15, tepat di sebelah kamar itu dan ikut masuk ke dalam sana.
"Itu tadi siapa? Itu..."
KAMU SEDANG MEMBACA
SKINSHIP (FIN)
ChickLitThe fiction to the fuckest story #3 The closeness between them, bonding through intimacy of touch. Then it gets so bad, that one day you get breakdown. They make choice based on emotion, then use what they call logic to justify their choice. When...