Jaemin memilih untuk segara berjalan menuju sekolahnya. Pagi ini keluarganya berdebat lagi. Sungguh tidak nyaman jika berlama lama dirumah.
Gerbang sekolah sudah terlihat. Jaemin sedikit berlari agar bisa cepat sampai di ruang kelasnya.
Koridor kini penuh dengan anak-anak yang berkumpul di depan Mading. Jaemin berusaha untuk mengabaikan tatapan orang-orang disana.
Hingga...
"Astaga... Lain kali kau harus memerhatikan jalanmu Jaemin. Sepatuku tidak murah.."
Jaemin tersandung oleh salah satu teman wanitanya yang dengan sengaja menyimpan kakinya agar Jaemin tersandung.
Jaemin hanya menutup matanya dan menghela nafas. Mencoba terlihat tenang dari teman di sampingnya itu.
"Yak! Kediamanmu membuatku semakin ingin menindasmu, Na.Jaemin.ssi"
Teman temannya yang tertawa itu segera berjalan menjauh menuju ruang kelas. Karena bel masuk baru saja berbunyi, dan Jaemin juga ikut berjalan menuju ruang kelasnya.
> > > > >
Seisi ruang kelas menatap malas pada guru yang kini membicarakan perihal ujian akhir.
Sungguh membosankan. Di mading saja sudah tertempel dengan jelas bahwa Minggu depan adalah ujian akhir. Mengapa harus dijelaskan lagi? Membuang waktu saja, pikir mereka.
"Baiklah... Ibu harus segera mengikuti rapat. Kalian jangan keluar ruangan sebelum bel berbunyi, paham?"
Seluruh kelas hanya menanggapi dengan malas, tentu saja. Melihat guru mereka keluar. Mereka langsung kembali gaduh dan sibuk dengan urusan mereka masing-masing.
*Brakk
Yungjoon menggebrak meja jaemin dan membuat buku yang sedari tadi Jaemin baca menjadi terjatuh. Melihat reaksi Jaemin yang terkejut tadi, membuat seisi kelas tertawa.
"Wahh lihat.. rajin sekali anak bibi Na ini"
Yungjoon mengusap rambut Jaemin kasar, sehingga rambutnya kini berantakan.
"Lihat, dia menjadi sedikit tampan bukan?"
Yungjoon mencengkeram pipi Jaemin."Hey.. kalian jangan tertawa dulu, sepertinya ada yang kurang bukan?"
Teman teman yungjoon yang tadi tertawa kini mengangguk setuju."Baiklah, tunggu apa lagi kalian? Tahan dia!"
Perintah yungjoon itu dituruti oleh kedua temannya yang kini menahan kedua tangan Jaemin dan menariknya keluar bangku hingga menabrak dinding.Yungjoon menarik kancing atas Jaemin hingga butiran kancing itu banyak terlepas dan berhamburan ke lantai. Jaemin meronta dan tak bisa diam di tempatnya.
"Bisa diam tidak, hah?! Merepotkan saja"
Yungjoon kini mencekik leher Jaemin erat, dan membuat pasokan oksigen Jaemin berkurang, Jaemin semakin meronta, minta dilepaskan.*Bugh
"Arghh sudahlah, aku sudah muak dengan muka menyedihkannya itu"
Yungjoon meninju rahang Jaemin dan melepaskan cengkraman tangannya dari leher Jaemin dengan kasar, dan membiarkan Jaemin yang kini terjatuh memegang seragamnya yang tadi sempat terbuka dan memejamkan matanya menahan rasa sakit.Teman teman yungjoon tersenyum puas dan mengikuti yungjoon keluar kelas.
Selama ini tak ada yang bisa membantu Jaemin hanya untuk sekedar bangkit dari lantai. Teman temannya seakan tak peduli.
Jika kalian berpikir, Jaemin lemah, kalian salah, Jaemin tidak lemah, dia sangat kuat menanggung rasa sakit yang diciptakan teman temannya itu.
Dan mengapa Jaemin tidak melawan? Selain kalah dengan postur tubuh Yungjoon, Jaemin juga tak ingin teman temannya semakin benci jika Jaemin melawan Yungjoon. Sungguh pemikiran yang bodoh, dia adalah orang yang sangat peduli, namun tak mempedulikan dirinya sendiri.> > > > >
Jaemin menghabiskan waktunya terduduk di ranjang UKS. Jaemin sangat lemas untuk berjalan menuju kelasnya. Karena dari kemarin malam dia belum sempat memakan apapun.
Jaemin diperbolehkan istirahat disana dengan alasan terjatuh saat olahraga. Penjaga UKS itu memercayai lebam dan leher Jaemin yang memerah itu disebabkan oleh jatuh. Sungguh aneh, padahal sangat jelas terlihat jika bekas itu adalah bekas pukulan dan cengkraman kuat di lehernya.
Mungkin pengawas UKS lupa menyimpan kacamatanya sehingga tak melihat dengan jelas luka Jaemin tanpa kacamatanya itu.
Jaemin mulai membaringkan badannya dan menutup matanya sejenak untuk mengalihkan rasa sakit di area wajah, leher, dan punggung yang menubruk dinding tadi.
> > > > >
Kini Jaemin berjalan keluar dari ruang UKS menuju ruang kelasnya. Dia mendengar suara bel pulang berbunyi. Apakah selama itu Jaemin tertidur? Jaemin memang selalu kurang tidur karena akhir-akhir ini memikirkan ujian akhir.
Jaemin berjalan gontai setelah mengambil tas nya di ruang kelasnya. Diliriknya sekolah yang sudah sepi karena semua sudah pulang lebih dulu.
Jaemin menyusuri jalan pulang sembari memegang perutnya yang terasa lapar, badannya lemas karena belum terisi. Jaemin memilih untuk bersandar di bangunan pinggir jalan.
Jaemin tahu, ibunya pasti sedang menunggunya di kedai. Tapi Jaemin memilih berdiam sebentar, badannya terasa dingin, padahal cuaca tidak begitu dingin.
'bangun jaem, ayo kita pulang, ibu sedang menunggumu' jaemin menyemangati dirinya sendiri untuk segera pulang.
Jaemin segera bangkit dan melanjutkan perjalanannya perlahan, sambil memeluk tubuhnya yang terasa dingin sekali.
'''''
#ThnksForSupport
KAMU SEDANG MEMBACA
Lonely •Nomin✓
Non-FictionDunia seakan memperlakukan Jaemin secara tidak adil. Dimana pun dia berada, orang-orang yang berada di sekitarnya hanya menjadikan dia bahan candaan, terpojokkan, dikucilkan, itu semua selalu Jaemin rasakan. bagaimana jika ada seseorang yang memban...