4th Event: Serigala dan 3 Ekor Babi (Bagian 5)

96 34 8
                                    

"Apa maksudnya kalau Yurina ngekhianatin kelompok kami?" meski dengan ekspresi tenang, aku masih bisa merasakan kemarahan yang tertahan ketika Kelvin menarik kerah laki-laki itu untuk berdiri sejajar dengannya.

Kejadian yang sama sekali tidak pernah aku duga sebelumnya. Hal yang membuat ini terjadi adalah kemunculan nama Yurina disebut sebagai orang yang bertanggung jawab atas kekacauan kelompok kami hingga masuk dalam situasi sulit.

Entah ke mana perginya ketenangan Kelvin ketika nama itu keluar dari mulut Ryan. Meski tidak terlalu menunjukan emosinya, aku masih bisa melihat tangan yang mengepal dengan kuat itu mungkin akan menghantam wajah Ryan jika sekali lagi menyinggung tentang Yurina.

"Kenapa, kamu kelihatannya bakalan hilang kendali kalau menyangkut soal gadis itu. Jangan-jangan, kamu menyukainya, ya?"

Seperti anak panah yang langsung menancap dengan sempurna pada sasarannya. Kalimat yang baru saja keluar dari mulut Ryan berhasil menohok Kelvin dengan telak. Menarik, aku jadi bisa melihat sisi lain dari laki-laki ini dan rasanya terlihat kontras dengan penampilannya.

Kalau aku mengingatnya kembali, Kelvin tidak menunjukkan reaksi apa pun ketika Yurina pergi saat menentang usulanku sebelumnya. Dia lebih tertarik dengan solusi ini dibandingkan yang lain. Rasanya, ada sesuatu yang mengganjal sekarang.

"Mending lo jawab pertanyaan tadi sebelum gue bungkam mulut lo itu!" ancam Kelvin dengan suaranya yang lumayan pelan, tetapi ada penekan pada setiap katanya.

Sayangnya, ancaman itu sama sekali tidak berpengaruh terhadap Ryan. Dirinya masih tetap tenang meski sitausi semakin menegang. Ia sama sekali tidak gemetar, persis seperti saat-saat tadi. Bagaikan hal ini bukanlah masalah yang terlalu berarti untuknya.

Senyuman di bibirnya kembali muncul, seperti mengundang Kelvin untuk segera memukulnya. Aku ingin menghentikannya kalau perkembangan situasi semakin memburuk. Beruntung Kelvin segera melepaskan cengkramannya, akan tetapi dia masih tegap berdiri membalas tatapan Ryan yang sulit terbaca.

"Lihat, kamu cuman bawa orang yang salah. Aku sama sekali enggak tertarik kalau orang ini yang harus dikeluarin dari sekolah."

"Lo pengen apa sebenarnya?" tanya Kelvin dengan suara yang agak bergetar, terlihat jelas bahwa dia semakin memendam kemarahannya.

"Orang biasa kayak kamu mana mungkin ngerti dengan apa yang ada di sekolah ini. Aku enggak milih kamu itu aja udah sebuah kebaikan, loh. Jangan bikin niat baik ini jadi sia-sia."

Peringatan yang diberikan oleh Ryan mungkin belum bisa langsung dimengerti oleh Kelvin. Wajahnya terlihat bingung, sama sekali tidak paham dengan perkataan Ryan. Meski begitu, dirinya masih berusaha agar siswa Kelas D tersebut menjelaskan semuanya.

Aku malah terpikir oleh kata-kata Ryan. Penolakannya kalau harus mengeluarkan orang lain yang tidak ada hubungannya dengan sisi gelap SMA Amemayu adalah kebaikan. Sangat berbeda dengan Veronika yang menganggap mereka sebagai alat yang bisa dipakai dan dibuang seenaknya.

"Gue sama sekali enggak ngerti. Tapi, kalau lo emang mau nolongin kelompok gue dan syaratnya harus ngeluarin salah satu dari kami. Gue udah siap kalau emang itu jalan satu-satunya."

Tidak ada suara lagi setelah itu, hanya keheningan yang menyelimuti kami. Bukan karena tidak ada orang lain, tetapi baik aku ataupun Kelvin hanya terfokus kepada Ryan yang belum juga memberikan responnya atas kesungguhan Kelvin.

"Membosankan. Aku pikir bisa main-main sama kamu sebentar, ternyata ekspektasiku tinggi banget buat kamu. Beneran bikin bosan." Ryan mengalihkan tatapannya padaku, diikuti oleh Kelvin beberapa detik kemudian.

"Apa maksudnya ini?"

Sekarang Kelvin malah bertanya kepadaku karena sama sekali tidak mendapatkan jawaban dari Ryan. Jangan menatapku seperti itu! Jujur saja, aku juga kurang mengerti dengan sisi gelap yang ada di dalam sekolah ini. Andai saja aku punya informasi lebih baik.

Popularitas adalah Segalanya (Vokal)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang