"Maaf sedikit berantakan, ya. Ini pertama kalinya aku pulang ke rumah setelah beberapa lama." Sambil mengipas tangan untuk menyingkirkan beberapa debu, kuhidupkan satu per satu lampu.
"Selama ini paman tidak pulang?"
"Tidak, aku selalu duduk di halte itu," Seungmin tentu tahu betul halte yang aku maksud.
"Hmm, bagaimana kalau kita berjaga sampai-"
"Paman..." Kening Seungmin berkerut, alisnya juga menyatu, "ini bau apa?"
Bau? Aku tak mencium bau apapun.
"Bau apa-?"
"Oh! Ini paman Jeongin, kan?" Ia mengangkat satu frame foto dengan gambar aku dan Jeongin di sana. Sengaja kutaruh di rumah untuk sekedar mengisi kekosongan ini. Hidup jadi anak perantauan memang sulit, ya...
"Kamu tahu Jeongin?"
"Tahu, hanya sekedar tahu nama." Kulihat Seungmin beralih mengamati foto itu, sesekali membulak-balikkan framenya. "Ternyata paman teman dekatnya."
"Ya, hehe... Begitulah..."
"Sudah pernah berkunjung ke pemakamannya?"
Pemakaman?
"M-maksudmu, Seungmin?"
"Paman Jeongin kan meninggal karena kecelakaan di laut beberapa hari lalu saat ikut dengan ayahnya. Apa Hyunjin tidak tau? Paman Jeongin tak cerita? Dia temanmu padahal..."
Ya! Dia temanku! Tapi-
"Oy Hyunjin!"
Nah, panjang umur. "Itu Jeongin, dia ada didepan disana!" Aku menunjuk ke ambang pintu. "Dia masih hidup!"
Seungmin menoleh kearah yang kumaksud, "Ya, paman Jeongin memang ada disana..." ucapnya enteng.
Kakiku terasa lemas, kepalaku rasanya pusing dengan fakta yang barusan aku terima ini. Benar-Seungmin bisa melihat hantu. Jadi ternyata-
"Tidak usah lebay begitu, kawan."
Sebentar, kenapa aku bisa melihatnya?
"Iuh, baunya datang dari atas!"
Seungmin lebih dulu menaiki tangga, sementara aku masih menatap Jeongin sialan yang masih bisa melihatku seolah ini adalah candaan belaka.
"Kau tak susul dia?"
Ah, benar. Sebaiknya aku menyusul Seungmin daripada harus berhadapan dengan orang ini. Rasanya darahku mendidih sampai ujung kepala.
Aku bergegas untuk naik ke lantai dua, menoleh ke kiri dan ke kanan untuk mencari Seungmin. Aku memanggil namanya, tapi ia tak menggubris panggilanku-sampai aku melihat pintu kamarku terbuka lebar.
Pasti Seungmin ada di sana, aku putuskan untuk langsung masuk saja.
"Paman ... sudah berapa lama kau disini?"
Bau busuk. Lantai kamar berubah jadi merah kecoklatan. Cairan kental yang mengalir dari lehernya itu sudah mengering sejak lama. Mayat seseorang tergeletak tak jauh dari kasur, tepatnya ia bersandar di dekat nakas. Tubuhnya pucat, lukanya sedikit mengeluarkan nanah dan berulat.
Mayat ini-mayatku.
Benar, Seungmin bisa melihat hantu. Dan Jeongin terus memanggiku ke laut untuk memberi tahu kebenaran tentangnya.
KAMU SEDANG MEMBACA
nodus tollens, hyunmin ✔
Фанфіки𝗶𝗶. 𝗮𝗻𝗼𝘁𝗵𝗲𝗿 𝗱𝗲𝗽𝗿𝗲𝘀𝘀𝗶𝘃𝗲 𝗲𝗽𝗶𝘀𝗼𝗱𝗲 the boys are human too. !¡ contains mature themes, including violence, that may cause distress.