42. Lapar

8.1K 665 18
                                    

Entah mengapa Aira ingin tidur di kamarnya, di rumah ayahnya. Sudah lama dia tidak menginap di sana. Keinginannya itu ingin dia sampaikan kepada suaminya.

Aira menelpon suaminya yang sedang berada di ruang kerjanya di lantai dua. "Mas, belum mau tidur?" tanya Aira menunggu Azzam di kamar.

"Kamu tidur duluan saja. Tidak usah menunggu Mas" ucap Azzam tanpa memberikan jawaban.

Kalau Azzam tidak melarangnya naik tangga, dia pasti sudah berada di ruang kerja Azzam dan mengganggunya agar suaminya itu menghentikan aktivitasnya.

Aira sudah menutup panggilan telponnya. Dia duduk di sofa sambil membaca buku. Mana bisa tidur jika Azzam tidak ada di sampingnya.

Karena sudah lama menunggu suaminya masuk ke dalam kamar, Aira pun tertidur di sofa. Buku yang dibacanya tergeletak di atas dadanya.

"Hmm, Aira sudah tidur belum, ya?" gumam Azzam sambil meregangkan otot-ototnya. Dia beranjak dari kursi setelah menutup laptopnya. Azzam meninggalkan ruang kerjanya kemudian berjalan menuruni anak tangga menuju ke kamarnya.

Laki-laki tampan itu tersenyum ketika masuk ke dalam kamar melihat istrinya sudah tertidur di sofa.

"Sayang, ayo pindah ke tempat tidur" ucap Azzam sambil menepuk lembut pipi istrinya.

"Eung ... " Aira hanya mengubah posisi kepala. Matanya masih terpejam.

Azzam pun terpaksa mengangkat badan istrinya itu ke atas ranjang. Badan Aira cukup berat juga karena sudah berbadan dua. Dia kemudian ikut membaringkan badannya di samping Aira.

Tengah malam, Azzam terbangun. Matanya melirik ke samping. Dia kaget tidak melihat Aira berada di sampingnya. Azzam mengedarkan pandangannya ke arah kamar mandi. Dia pun menajamkan pendengarannya, tidak ada suara orang di dalam sana. Laki-laki tampan itu beranjak dari tempat tidur dan meraih piyamanya. Dia kemudian berjalan keluar dari kamar.

Azzam mendengar ada suara di arah dapur. Ketika mendekati pintu dapur dia melihat Aira sedang duduk sambil memakan sesuatu.

"Ya, Allah. Ibu hamil ini kelaparan rupanya" seru Azzam mendekati istrinya.

Aira tersenyum memandang wajah terkejut Azzam. "Lapar, Mas. Aku udah membangunkan Mas, tapi nggak bangun-bangun" ucap Aira sambil mengerucutkan bibirnya.

"Iya, maaf. Mas ngantuk banget. Ini Mas temani kamu makan" ucap Azzam ikut duduk di sebelah Aira.

"Mas mau juga?" tawar Aira melirik suaminya.

"Nggak. Aku nggak biasa makan tengah malam begini. Hmm, ini pasti dedek di dalam sini yang kelaparan" ucap Azzam tersenyum sambil mengelus perut buncit Humaira.

"Iya, Mas. Aku juga nggak biasa makan tengah malam. Tapi mau gimana lagi, rasa lapar melanda" timpal Aira ikut tersenyum.

"Sudah makan, tidur lagi. Nanti kesiangan" ujar Azzam mengingatkan.

Aira cepat-cepat menghabiskan makanannya. Setelah itu mereka berdua kembali ke dalam kamar.

"Mas, besok aku mau menginap di rumah ayah. Kangen sekali, mau tidur di kamarku" ucap Aira setelah mereka berada di atas tempat tidur.

"Boleh, tapi semalam saja, ya" pesan Azzam.

"Mas, nggak ikut?" tanya Aira.

"Aku mau menyelesaikan pekerjaan di kantor yang belum kelar' jawab Azzam.

Aira hanya diam, dia menarik selimut hingga menutupi separuh badannya. Di luar sudah bekerja dari pagi hingga sore. Di rumah pun masih mau lanjut lagi. Kapan Azzam ada waktu untuknya.

Jodoh di Masa Lalu √{Complete}√Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang