❌Siapa dia?❌

157 31 22
                                    

VOTE SEBELUM BACA! KEEP READING ♥️





🇯🇵

Beberapa minggu sudah dilalui oleh Yoshida Naomi di kediaman Nakamura. Hatinya tak kunjung membaik sepeninggal Yoshida ikogume. Sering kali wanita itu meracau dalam tidurnya, memanggil nama mendiang sang suami. Tetapi belakangan ini wanita itu terlihat lebih ceria berkat dukungan Bu Ayumi yang serta merta menganggapnya seperti anak sendiri. Nakamura Ayumi yang memang sangat menginginkan anak perempuan sejak dulu, tak sedikitpun merasa terbebani dengan kehadiran Naomi dirumahnya. Namun, Naomi menempatkan diri dengan baik dirumah itu. Ia kerap membantu Bu Ayumi membersihkan rumah, menyiapkan hidangan, hingga bercerita tentang banyak hal kepada Ayumi. Diam-diam, wanita muda mulai mencuri perhatian ibu Hiro.

Yoshida Naomi dan Bu Ayumi juga sering pergi bersama ke pasar setiap pagi, seperti sepasang ibu dan anak. Seiring dengan bertambahnya usia kandungan Naomi, istri kolonel Hikaru itu semakin memanjakannya. Pada suatu pagi di akhir pekan bulan Maret, ada hal mendesak yang membuat Ayumi tak bisa menemani ibu muda itu pergi ke pasar. Lantas, ia menyuruh anak laki-laki nya untuk pergi menemani Naomi.

Jarak dari rumah ke pasar tidak begitu panjang, cukup berjalan kaki sejauh 600 meter. Hiro dan Naomi berjalan beriringan ditemani udara pagi yang menyejukkan raga. Sinar mentari masih mengintip malu malu di ufuk timur. Cicitan burung Madu Sriganti menjadi alunan merdu perjalanan Naomi yang kini terlihat lebih ceria. Tubuh moleknya terbalut kimono berbahan sutra berwarna peach. Tak lupa, payung kecil yang senantiasa bertengger manis guna melindungi kulitnya dari sengatan matahari. Ia berjalan dengan langkah kecil, netra selegam langit malam itu mengerling kesana kemari. Sesekali wanita itu bersenandung riang. Ada Hiro yang berjalan disisinya. Turut gembira dengan perubahan kecil pada sosok Naomi. Lelaki Jepang itu merasa lega, setidaknya ia mampu mewujudkan permintaan Yoshida ikogume untuk menjaga istri dan anaknya.

1 jam tak terasa, Naomi telah selesai dengan belanjaan. Berbagai jenis bahan baku masakan sudah ada dalam genggaman. Bahan bahan itu ia pilih sendiri dengan cekatan, membuat Lelaki disampingnya takjub.

Akhirnya mereka duduk sejenak disebuah bangku bercat kayu yang lumayan sepi, masih di area pasar. Hiro mendudukkan dirinya yang cukup lelah berkeliling pasar bersama Naomi, meski sebenarnya bukan pengalaman pertamanya. Dulu ia sering menemani sang ibu berbelanja ikan. Hiro menyandarkan punggungnya di kepala kursi. Tiba tiba saja, Naomi memekik, membuat Hiro seketika menegakkan tubuhnya.

"Akhh..."

"Daijobudesuka, Naomi-san?"(kamu baik baik saja) ucap Hiro sambil memegang pundak Naomi. Namun wanita itu tersenyum, membuat Hiro kebingungan.

"Untuk pertama kalinya kurasakan, bayiku menendang dinding rahim!" ujar Naomi senang, sambil terus mengelus perutnya.

"Benarkah?" Hiro bertanya dengan polos sambil membulatkan mata sipitnya, seperti anak kecil.

Tanpa aba aba, Naomi menyambar tangan Hiro dan menuntun kearah perutnya. "Te o kashite..." (berikan tanganmu). Hiro terperanjat, nyaris menarik tangan besarnya yang terulur mengelus perut Yoshida Naomi. Namun urung, karena sedetik kemudian ia merasakan pergerakan agresif dari balik perut Naomi.

"Kamu bisa merasakannya?" tanya wanita itu dengan mata berbinar-binar.

"Ya! kakinya sangat kecil, membuat telapak tanganku terasa geli!" jawab Hiro. Naomi mengangguk semangat, lalu tertawa bersama, tanpa menyadari, sepasang mata sedang menatap mereka tak suka.

❌❌❌

Dada Kinanti bergemuruh, aura kemarahan jelas terpancar dari raut gadis berkulit coklat madu itu. Mood-nya sangat buruk akhir akhir ini karena sang ayah terus saja membicarakan rencana tanggal pernikahannya dengan pangeran Mahardika. Hingga akhirnya pagi ini ia memutuskan untuk berjalan-jalan sedikit menjauh dari rumah untuk meringankan pikiran. Namun saat kakinya menjejak di area sekitar pasar, gadis itu mendapati sosok yang begitu ia rindukan sedang bersama wanita lain. Mereka tertawa bersama,dengan tangan Hiro yang sedang mengelus lembut perut buncit wanita itu.

Tunggu... dia sedang hamil? Siapa dia? Mengapa terlihat begitu akrab dengan Hiro? Apakah kekasihnya? Saudaranya? Atau bahkan istrinya? Tidak, tidak mungkin.

Berbagai pertanyaan muncul dalam kepala. Kinanti nyaris terperanjat saat wanita hamil itu menyandarkan kepalanya pada pundak sang kekasih, dan Hiro tak menolak. Kinanti ingin mendekat, berteriak marah pada wanita itu. Namun tubuhnya tak dapat digerakkan, hanya diam terpaku sambil meneteskan air mata. Kinanti Brawijaya tetap tak bergeming saat keduanya beranjak pergi. Berbagai macam bahan masakan menggantung pada kedua lengan kokoh Hiro. Membiarkan wanita yang tengah hamil itu berjalan tanpa beban, Kinanti mendengus sebal melihatnya.

Ia pulang dengan perasaan kecewa. Saat sampai dirumahpun, kepalanya tak berhenti memikirkan siapa gerangan wanita muda yang bermesraan dengan kekasihnya di bangku dekat pasar. Berbagai pertanyaan tak mampu terjawab, membuat gadis pemilik surai legam itu hanyut dalam asumsinya sendiri.

Keluarga Brawijaya berkumpul di ruang makan saat waktu makan siang dengan berbagai hidangan telah tersedia disana. Andriyani sengaja memasak makanan kesukaan anak anaknya. Rendang bumbu pedas kesukaan Dhanu dan ayam rica-rica kesukaan Kinanti. Tak lupa, sup iga sapi dengan bumbu rempah kesukaan sang suami sejak awal mereka menikah menjadi menu utama hari itu. Uap mengepul yang berasal dari berbagai hidangan di meja itu menggugah selera siapapun yang duduk disana, namun Kinanti Brawijaya menjadi pengecualian. Gadis itu terus melamun memikirkan kejadian tadi pagi.

"Nanti malam, Romo akan pergi kerumah Gusti Pradana untuk membicarakan tanggalnya. Kalian tidak perlu ikut bukan?" ucap Adibrata ditengah kesunyian makan siang. Lelaki yang beranjak tua itu menuangkan air putih ke dalam gelas, lalu menyesap seperempatnya.

Tiba tiba, Dhanu menyahut "Inggih Romo, kami tidak perlu ikut. Lagipula, sore ini mas Dhanu ijin pamit ke Batavia untuk mengurus surat keluar Kinanti dari Ika Daigaku. Mungkin sampai beberapa hari."

Entah apa yang ada di pikiran Dhanu, ide itu terlintas begitu saja dalam benaknya. Sebenarnya, tujuan utamanya pergi kesana adalah untuk menemui Ananda, dan mungkin mengucap sepatah dua patah salam perpisahan, kemudian mengurus surat pindah Kinanti, dan lekas kembali lagi ke Djogja.

"Yasudah kalau begitu, hati hati Le." Romo langsung menyetujuinya, membuat Dhanu berbinar. Cepat cepat pemuda itu memasukkan suapan terakhir kedalam mulut, dan bergegas membereskan keperluan untuk pergi ke Batavia.

Entah mengapa Andriyani begitu gelisah malam ini. Terlebih, setelah Gusti Adibrata pamit untuk mengunjungi kediaman calon besan mereka. Sempat Andriyani melarangnya, namun sang suami tetap bersikukuh pergi.

❌❌❌

Akhirnya Adibrata sampai di tujuan. Senyum cerah Gusti Pradana menjadi sambutan pertama sang pemilik rumah. Mereka berbasa basi sejenak, lalu memasuki kediaman Pradana.

Ruang tamu keluarga Pradana tak jauh berbeda dengan ruang tamu rumah keluarga bangsawan kebanyakan. Bernuansa cokelat klasik dihiasi beberapa ukiran di tiap sudutnya. Empat gelas teh melati dan beberapa camilan tersaji menemani obrolan panjang mereka. Pangeran Mahardika dan Gusti ayu Pramusita juga ada disana, menjadi pendengar kedua kepala keluarga yang tengah berbicara serius.

"Bulan Juni adalah bulan yang baik untuk melangsungkan pernikahan, juga tanggalnya yang menyesuaikan weton kedua mempelai. Alangkah baiknya, kita mempercepat hari baik itu, biar tak menimbulkan fitnah." ucap Pradana di sela obrolan mereka.

Adibrata menyecap teh melati nya yang masih mengepulkan uap. Bibirnya melengkung membentuk senyuman, seraya mengangguk setuju. Tiba tiba, pintu utama rumah keluarga Pradana didorong kasar, menampakkan sekumpulan tamu tak diundang.

Dua belas lelaki bermata sipit berseragam militer Jepang meringsek memaksa masuk. Meski berekspresi datar, mereka semua memasang wajah garang

"Idō shinai!!"(jangan bergerak). beberapa dari mereka mengacungkan senapan laras panjang. Sedangkan sisanya memasang sikap waspada dengan samurai yang telah siap menerjang musuh.

❌🇯🇵❌




hayo siapa hayooo??? tunggu Minggu depan! jangan lupa vote.

𝐋𝐨𝐯𝐞 𝐢𝐧 𝐖𝐨𝐫𝐥𝐝 𝐖𝐚𝐫 𝐥𝐥Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang