Hari itu, Elen mengetahui kekuatan asli dari bangsa Altera. Batu yang dapat bercahaya layak fosfor yang menyala ketika ditekan. Lewat tradisi turun-temurun, mereka mendapatkan batu ajaib itu, guna untuk melindungi sesama.
Malam hari itu, semua tertidur dengan lelap. Mereka semua menginap di rumahnya Bu Shira karena hari sudah malam dan perjalanan pulang membutuhkan waktu yang tak sedikit. Karena itu Elen dan Ryuka juga kawan-kawanya serentak untuk menginap.
Karena ruang tengah sudah dipakai oleh Ryuka dan kawan-kawannya maka ia terpaksa mengalah dan tidur di ruang depan. Tetapi tak apa, karena ruang depan justru lebih sejuk karena pintu depan dibuka dengan lebar. Beruntungnya dia.
Sebenarnya Elen tidak benar-benar tidur, ia hanya terlentang bersantai sambil melihat bintang. Siapa pula yang tega melewati suasana malam yang indah ini. Sedikit cerita, ada suatu masa ketika dahulu Elen harus tinggal di kota sementara waktu ketika di bumi.
Tentu saja ketika dikota, ia tidak bisa mendapatkan pemandangan seperti ini. Karena itu ia sangat menghayati sekali kalau soal keindahan alam. Dan ia hanya tertawa kecil ketika mengingatnya.
Tidak hanya bintang, namun serangga mirip kunang-kunang juga berhamburan datang menambah kesan indah. Dan salah satunya hinggap di hidung Elen.
Seperti anak kecil saja, Elen bermain dengan serangga itu. Dibuatlah pose wajah seaneh-anehnya. Ia cekikikan sendiri. Dan juga sepertinya serangga itu menyukai Elen, tak mau ia berpindah.
Wah-wah, bisa-bisa ia tidak tidur semalaman kalau sudah begini. Sudah terlanjur terbawa suasana dan waktu seakan berjalan cepat. Simpel sekali untuk membuatnya senang.
"Sudah ya kunang-kunang. Kau harus kembali ke kawananmu." Elen mengibaskan tangannya agar si kunang pergi kembali bersama dengan lainya.
Tapi entah kenapa, si kunang-kunang tak mau pergi. Setiap kali Elen menghempas tanganya, si kunang selalu kembali. Bahkan ditiup sekalipun, ia tetap kukuh tak mau pergi. Apa ada maksudnya?
"Hmm... Ada apa ya?" Elen bertanya kepada diri sendiri. Ia lalu keluar rumah, masih bersama kunang yang ada diwajahnya.
"Hei, mau kemana kau?" Pak Eno muncul dari bilik ruangan lain, membuat Elen tersontak kaget.
"Ah, anu paman. Saya mau ke kamar mandi."
"Hmm? Kamar mandi di sebelah kiri." Setelah berkata itu, Pak Eno kembali tertidur. Huf, nyaris saja tadi.
"Ok. Sekarang apa mau mu?" Elen berhenti sejenak di dekat pohon.
Eh, seakan-akan si kunang itu paham, ia langsung pergi dari wajah Elen. Tapi ada hal yang sedikit ganjal. Bukanya terbang jauh, justru si kunang bertingkah aneh, seperti menunjuk ke arah sesuatu.
Elen menjadi penasaran, tapi ia harus memastikan terlebih dahulu. Ia hanya berdiam diri sejenak di pohon, dan seperti itu pula si kunang. Ia pergi, si kunang juga mengikuti. Tapi lebih tepatnya serangga itu yang memandunya.
Sudah ditetapkan, Elen memantapkan hatinya untuk mengikuti. Ia sudah tidak lagi bertanya sana sini lagi seperti awal. Karena ia sudah paham bahwa dunia ini penuh dengan keajaiban. Jadi ia hanya mengikuti kemanapun si kunang pergi.
Dengan membawa obor, Elen melewati hutan belantara dan sungai. Sebenarnya ia takut jika tersesat. Apalagi yang ia ikuti hanyalah sebuah serangga. Hah, andai kata jika ia membawa baju canggihnya.
Siulan hutan malam dan angin dingin membuat bulu kuduk Elen bergidik. Ia tidak membawa baju tebal sehingga ia kedinginan. Malam hari dengan penerangan yang terbatas sungguh membuat perjalanan menjadi semakin sulit. Uugh, Ia menyesal mengikuti serangga ini.

KAMU SEDANG MEMBACA
Altra's thunder knight
AdventureSeorang manusia yang menemukan sebuah peradaban baru di luar tata Surya. pertama dan satu-satunya yang akan menyaksikan revolusi di bidang astronomi. akankah dia yang akan menguak eksistensi mereka?