Carmel menghentikan larinya ketika ia sudah tiba di depan apartemen yang memang harus ia datangi setiap Minggu karena hanya setiap minggu Dave akan pulang dan memiliki waktu untuknya. Carmel melirik jam di pergelangan tangannya dan menyadari jika ia sudah terlambat, dan jelas Dave tidak menyukai keterlambatan. Entah apa yang merasuki otak Dave minggu ini sehingga ia tidak menawarkan diri menjemput Carmel dan membiarkan wanita itu harus berlarian menuju apartemennya.
Tok tok tok. Carmel mengetuk pintu apartemen yang tertutup rapat itu, sebenarnya ia mengetahui kunci apartemen tersebut, tapi aturan Dave adalah ia tidak boleh menggunakannya jika ia terlambat. Pintu terbuka ketika Carmel akan mengetuknya lagi.
"Masuk!" ujar Dave dingin. Carmel yang tak banyak bersuara langsung melangkahkan kakinya masuk ke dalam apartemen Dave. Dave sudah duduk di sofa ruang tamunya sedangkan Carmel masih berdiri tidak jauh dari pintu masuk, ia sadar jika sudah masuk ke dalam ruangan ini semua kendalinya sudah ada pada Dave. Ya, Dave adalah daddy dom yang memiliki Carmel. Dave memberikan isyarat dengan anggukkan kepala kepada Carmel yang langsung direspon oleh Carmel. Carmel menjatuhkan dirinya berlutut dan mulai merangkak kearah Dave duduk.
Carmel berlutut tepat di depan kaki Dave, menundukkan pandangannya dan menunggu apa yang Dave inginkan selanjutnya. Carmel merasakan tangan Dave yang mengelus kepalanya perlahan.
"Mengapa kau terlambar?" Tanya Dave dengan suara yang sangat rendah. Carmel berpikir jawaban apa yang harus ia berikan.
"Sorry, dad." Ujar Carmel lirih. "Aku bangun kesiangan." Lanjut Carmel lagi menjawab pertanyaan Dave. Dave hanya mengangguk-anggukkan kepalanya dan kemudia mengangkat dagu Carmel agar menatapnya.
"Kau melewatan jam malammu?" tanyanya lagi, kali ini dengan tatapan tajam yang langsung menusuk ke dalam manik mata Carmel. Carmel hanya mengangguk takut menanggapi pertanyaan Dave selanjutnya. Dave melepaskan cengkramannya dengan kasar sehingga wajah Carmel terhempas. "Apa saja yang kau lakukan seminggu ini, kitten?" Carmel meneguk ludahnya dengan susah payah. Ini yang harus dilakukan oleh Carmel setiap minggu ketika bertemua dengan Dave. Memberikan laporan apa yang ia lakukan seminggu, adakah aturan yang ia langgar atau adakah task dari Dave yang tidak ia kerjakan.
"Shit!" runtuk Carmel dalam hati pada dirinya sendiri, ia mengingat malam sebelum pergi dengan Gerald ia menyentuh dirinya sendiri tanpa ijin Dave dan esoknya ia pergi makan malam tanpa mengabari Dave. Double kill. Ia sadar bongkahan pantatnya tidak akan selamat hari ini.
"Aku tidak suka mengulang pertanyaanku, Carmel!" suara Dave kembali terdengar dan Carmel tersadar bahwa daddynya membutuhkan jawabannya.
"Aku melakukan semua taskmu, Dad. Aku mengajukan resign akhir minggu lalu. Aku pergi dengan Gerald kemarin malam dan melewatkan jam malamku." Jawab Carmel dengan suara yang semakin pelan ketika memberitahukan mengenai makan malam dengan Gerald dan melewatkan jam malamnya. Carmel masih ragu untuk memberitahukan bahwa ia menyentuh dirinya sendiri.
"Did you touch yourself without my permission, baby?" kali ini Carmel benar-benar berpikir apakah ia harus mengatakan yang sebenarnya atau sebaiknya ia tidak mengatakannya. Ia akan mendapatkan konsekuensi lebih parah kalau Dave tau ia menyentuh dirinya sendiri.
"Sorry, dad." Ujar Carmel lirih, meminta maaf untuk keduakalinya dan tidak menjawab pertanyaan Dave.
"Don't need your sorry for now, I need your answer, little!" balas Dave menanggapi "maaf" Carmel.
"I touch myself and got my orgasm without your permission, daddy." Jawab Carmel akhirnya dengan suara yang lebih terdengar dengan bisikkan, Carmel kembali menjatuhkan pandangannya kebawah tidak berani melihat reaksi Dave.
KAMU SEDANG MEMBACA
TO(GET)HER
RomansaI want make you love me, like I love you! ALERT 21+ [MATURE CONTENT] - DIMOHON UNTUK SEMUA PEMBACA BIJAKLAH DALAM MEMILIH BACAAN. BACALAH CERITA YANG SESUAI DENGAN UMUR KALIAN. WARNING, THIS STORY CONTACT FOR 21+. THANKS! ••• Mungkin awal hubungan i...