cinta yang salah

57 17 16
                                    

Lagu untuk chapter ini : learning to breath - Switchfoot

Terkadang mereka yang mengkhianatimu, justru adalah yang paling keras berusaha untuk membuatmu terlihat salah. Mereka mungkin bisa membuatmu merasa begitu dibutuhkan. Tapi detik berikutnya, mereka bisa menjatuhkanmu dan membuatmu kecewa.

***

"Jadi seperti inikah cara kita menyelesaikan konflik, David?" Kristi menatapku dengan kecewa sambil menunjukkan rekaman penampilanku di Ride or Die kemarin lusa yang diunggah oleh Samuel ke media sosialnya.

"Bukankah janji kita sebagai band dan sahabat dulu adalah saling jujur satu sama lain? Lalu kau membubarkan band kita tanpa membicarakannya terlebih dulu?" Gadis itu terus mencecarku dengan berbagai pertanyaan.

Aku menghela nafas geram. Setiap kali melihat wajahnya, aku selalu teringat kejadian di bar. Dua bulan lebih kejadian itu berlalu dan rasa sakit hatiku belum juga sembuh. Bagaimana tidak? Seorang gadis yang sangat menginginkanku, bahkan hampir membuatku jatuh hati ternyata berkhianat dengan sahabatku sendiri.

Aku menahan diriku agar nggak menyentuhnya, agar nggak memanfaatkannya meskipun dia terus memintaku. Apa hanya itu yang dia inginkan dariku? Lantas untuk apa menawarkan sebuah perjuangan dan penantian dalam hubungan?

If she doesn't want to wait, then why she have to wait?

Why did she tell me she wanted me so bad just to betray me ?

"Kau berani bicara soal kejujuran saat kau sendiri mengkhianatiku? Kenapa nggak memberitahuku sejak awal kalau kau lelah menunggu dan ingin menyerah? Kenapa menunggu seorang laki-laki yang hancur hanya untuk mengkhianatinya?"

"David..."

"Stop it Kristi! Jangan pernah menuntutku soal kejujuran atau memaksaku membatalkan keputusan yang sudah kubuat. We have to end this shit and i'm done with you!"

Kristi lantas tersenyum kecut, meletakkan ponselnya di atas meja. Matanya berkaca-kaca. "But what if i only want you?"

"You're stupid fucking liar stop telling me you want me." Aku menatapnya tajam, mengarahkan jari telunjukku tepat di depan wajahnya.

"David, please! Nggak bisakah kau melihatnya dari sisiku? Aku menantimu selama bertahun-tahun, membantumu masuk universitas, menahan diri setiap kali gadis-gadis di bar menyentuhmu. Aku selalu berpikir apa yang salah denganku sampai aku nggak pernah bisa menarik perhatianmu. Aku sudah cukup sabar... Perempuan mana yang cukup kuat untuk menunggu perasaannya terbalaskan? Kau menerimaku tapi nggak pernah memperlakukanku layaknya seorang kekasih. We never date, never kissed, and you never look at me the way he look at me. Then where is your heart?"

"He who? Reagan? Then why didnt you ask me to break up and fucking date him and everything wouldn't be this hurt!"

Emosi yang memuncak menggerakkan kakiku untuk menendang meja kafetaria kampus dengan keras, membuat perhatian semua orang tertuju padaku. Aku mengedarkan pandangan menatap mereka, memperingatkan agar jangan ada yang mendekat dan mencampuri urusan kami. Beberapa orang yang hendak mendekati kami pun urung dan kembali ke posisi mereka.

Kristi tercekat. Dia menatapku dengan air mata yang sudah membanjiri wajahnya, menangis tanpa suara, menyiratkan rasa kecewa atas keputusanku yang sepihak, dan mungkin atas perlakuanku yang buruk sebagai seorang kekasih.

But hey..

I can't lie.

Did i care for her? Yes. As a girl friend. Not girlfriend.

Love, Hate, Future, and PastTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang