52. Izinkan Ku Menukarnya

6.2K 1.2K 114
                                    

“Cerita ini fiktif

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

“Cerita ini fiktif. Jika ada kesamaan nama tokoh, tempat kejadian ataupun cerita, itu adalah kebetulan semata dan tidak ada unsur kesengajaan”

© Story of “Surga di Balik Jeruji” by @NailaAfra
.
.
.
.
.
.
.
.

“Untuk ribuan malam yang aku habiskan untuk memuji-Nya. Ingin sekali ku tukar dengan sepotong kebahagiaan untuk lelaki itu.”

***

Dokter Yulianto membuka perban mata Daffa dengan hati-hati, melepaskan kain kasa perlahan. Dia menaruh ragu dan melempar pandangan kepada Halim dan Siswanto yang ada di dalam kamar rawat.

“Daffa, apa kamu merasakan perih di mata kamu?” tanya Yulianto. “Seperti perih yang kamu rasakan di tangan kamu yang terkena siraman air keras?”

Daffa duduk bersandar di tempat tidur. Diam. Lalu dia menggelengkan kepala.

“Baiklah! Coba kamu buka kedua mata kamu perlahan-lahan. Kalau sakit jangan dipaksa. Beritahu saya,” suruh Yulianto kemudian.

Ketiga orang itu memperhatikan dengan takut saat Daffa membuka matanya. Iris hitam kecoklatan itu menatap pada satu arah. Tampak kosong walaupun dia mengerjapkan mata berkali-kali.

“Bagaimana?” tanya Yulianto.

Hening. 

Daffa mengangkat salah satu tangannya yang berbalutkan kain perban, tangannya yang melepuh karena siraman air keras. Namun kosong. Pandangan itu seperti tidak ada cahaya.

“Daffa,” tegur Yulianto.

Daffa menoleh. Namun dia menoleh kearah yang salah. Yulianto berdiri di samping kiri, namun lelaki itu malah menoleh ke kanan. Halim menghela napas panjang, kesedihan langsung menghampiri. Sedangkan Siswanto menggelengkan kepala dan memilih untuk menjauh ke sudut kamar, tidak sanggup dan menjadi begitu simpati dengan nasib Daffa.

“Lo nggak bisa melihat Daffa?” tanya Halim dengan resah. “Lo nggak bisa melihat gue ada di sini?”

Daffa menoleh lagi, mencari dengan ekspresi datar. Tangannya meraba di udara. Sungguh mengiris hati.

“Elo ada di sini juga?” tanyanya.

Bagaimana bisa Daffa memperlihatkan ekspresi datar, tidak terkejut ataupun takut, seakan lelaki itu sudah berpasrah dan menerima semua takdir yang digoreskan kepadanya.

Surga di Balik Jeruji | LangitTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang