Prolog

86 7 4
                                    

~Tidak perlu menjanjikan bulan dan bintang untukku. Cukup janjikan kamu akan selalu bersamaku dibawah cahayanya.~

°Alroda°

"Vir,lo tau kenapa bentuk bumi itu bulat?"ucap Alro.

"Kenapa?"

"Karna kalo bentuknya kayak gini ,itu cinta aku ke kamu" Alro menunujukkan bentuk hati dengan tangannya.

Davira tertawa ketika Alro menirukan suara video anak kecil yang sudah bucin dilayar ponsel Davira.

Mereka tertawa layaknya manusia yang bahagia,tidak mempunyai masalah yang membuat mereka seperti manusia menyedihkan.

Hari sudah malam. Jam menunjukan pukul 23:59,tak lama lagi hari sudah ingin berganti dengan hari berikutnya. Namun,kedua orang ini malah asik mabar dibasecamp. Orang itu adalah..DAVIRA DIVANI PUTRI dan sahabatnya yang bernama ALRO GRIANDA VARLEO.

Rumah pohon yang selalu menjadi tempat sekaligus saksi dari kebahagiaan maupun kesedihan yang dua orang itu buat.

"Eh, besok sekolah ro?"tanya Davira yang matanya masih fokus pada ponselnya.

"Iya. Bolos kuy!"balas sekaligus ajakan dari Alro.

Jari-jari Davira yang sedang aktif memainkan game diponselnya berhenti sejenak,dan nampak berfikir. Kemudian ia melanjutkannya kembali.

"Sekarang kita kelas berapa?"

"11"jawab Alro singkat. Fokusnya masih pada game yang ia mainkan.

"Ya udah, Hayuk" Alro menatap Davira.

"Mau?"

"Iya. Selagi kita masih kelas 11, blm kls 12,jadi masih bebas"jawabnya dan membalas tatapan Alro.

"Yaelah bercanda kali vir, cewek mah jangan suka bolos"

"Kenawhy?"sahut gadis itu.

"Nanti yang jadi guru cowok semua, klo cowok semua gak asik,gak bisa digodain"ujar Alro dan dilanjutkan oleh Davira.

"Haha awas belok." Mereka kembali tertawa setelahnya.

"Gak dimarahin nyokap atau bokap lo? Tengah malam masih diluar"tanya Alro ketika tawanya mulai mereda.

"Bunda lagi ada urusan diluar kota,sedangkan ayah..." Davira menghentikkan kata-katanya sejenak dan kamudian melanjutkannya kembali "Sejak kapan ayah peduli sama gue?"balas Davira.

Alro terdiam. Ia salah memberi pertanyaan. Alro berdecak kesal
Untuk dirinya sendiri,ia menyesal sudah bertanya seperti itu.

Tanpa Davira tahu,Alro kini menatap Davira yang sedang fokus pada ponselnya. Angin malam yang begitu dingin menerpa rambut gadis itu membuat rambutnya berterbangan dan sedikit menutupi wajahnya. Tangan Alro bergerak menyelipkan rambut yang menutupi wajah Davira pada telinga gadis itu.

Davira yang sedang asik pada ponselnya beralih menatap Alro, dan mendapati lelaki itu kini sedang menatapnya juga dengan senyum manis diwajahnya.

"Maaf"ucap Alro. Davira mengangguk sebagai jawaban.

"Udahan yah? tidur udah malam" Davira menggelengkan kepalanya

"Nggak ah,gue masih mau disini"

"Sana pulang! habis itu bocan" Alro mengambil ponsel Davira ketika tidak mendapat jawaban darinya.

"Apasih ro! Males ihh. Gak ada yang menarik dirumah"kesalnya

Davira berusaha mengambil ponselnya yang disembunyikan Alro dibelakang punggung nya.

"Siniin ih" pinta Davira namun, Alro hanya menjulurkan lidahnya seolah mengejek sahabatnya yang tidak bisa mengambil ponsel itu darinya.

"Ya,udah nginep dirumah gue yok!" sontak mata Davira langsung melotot mendengar ajakan lelaki itu.

"Eh! Nggak,nggak" tolak Davira cepat.

"Heh!Gak bakal sekamar kali, lo tidur dikamar khusus tamu"ujar Alro. Ia tau pasti otak sahabatnya itu traveling.

"Owh. Hehe"cengir perempuan itu.

"Mau?"

"Nggak deh. Gue takut gak bisa tidur kalau, bukan ditempat tidur gue sendiri"

"Owh ya,udah"

Setelah Davira menolak ajakan Alro. Tidak ada percakapan lagi diantara mereka. Alro menyuruh paksa Davira untuk masuk kedalam rumahnya, ia juga tidak mau gadis itu sakit karena sering bergadang dengannya.

°Alroda°

Hai hai! Kemarin ceritaku semuanya kehapus jadi aku publish ulang😕 sekalian aku revisi.

Oke,udah yah sampai bertemu dipart selanjutnya. Bye👋

ALRODATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang