Aku, seorang akhwat yang tengah mencintai salah satu Ikhwan di media sosial ku, ku lihat postingan yang tak lepas tentang agama membuatku tertegun kagum. Aku mencintai nya walau aku belum melihat rupanya.
Hari itu, ada notifikasi chat via sosial media mengajakku berkenalan. Aku yang saat itu tengah merasa ingin mendapat sapaan lawan jenis merasa sangat senang. Sungguh hari itu aku masih sangat jahiliyah. Ku layan layaknya wanita biasa yang menjawab sapa itu. Rupa nya tak sampai hanya sapaan, Ikhwan tersebut meminta nomer WhatsApp ku. Kami pun melanjutkan perkenalan via Whatsapp. Aku yang belum mengenalnya pun kemudian ber-eksplorasi ke sosial media miliknya. Betapa terkagum nya aku saat kulihat semua postingannya tak lepas soal agama.
Hari itu aku merasa mungkin cocok untuk bertukar fikiran. Namun tak ku sangka hati ku mulai dikuasai oleh rasa cinta yang tak kuasa aku lawan. Namun aku tersadar oleh sebuah ayat yang mana menyatakan bahwa
"...Perempuan perempuan baik untuk laki laki yang baik, begitupun laki laki yang baik untuk perempuan perempuan yang baik pula. Dan perempuan perempuan keji untuk laki laki yang keji. Begitupun laki laki keji untuk perempuan perempuan keji"(Q.S An Nur 23)Aku tersadar aku tak cukup baik jika harus mencintainya. Maka hari dimana hatiku tak kuasa menolak perasaan ini, ku putuskan membuka lemariku. Ku lihat gamis gamis yang tergantung rapi disana. Dan ku lihat jilbab jilbab besar penuh warna tengah melambai kepadaku. Ku coba satu persatu gamis itu, juntaiannya membuatku merasa sangat cantik. Fikirku jika aku rubah penampilanku maka aku akan menjadi salah satu kriteria calon istrinya. Tak hanya itu, setelah ku juntaikan gamis dan jilbab besar ku, ku coba tutup wajahku dengan sebuah niqob yang pernah ku beli. Namun aku masih menggambar pola alis pada dahiku. Kemudian kucari dimana ada kajian maka akan aku ikuti, dengan berbekal ponsel pintar ku, ku cekrek cekrek gamis yang menjuntai bersama kaos kaki bermotif dengan tujuan untuk ku tunjukkan pada dunia dan pada dirinya bahwa aku tengah berada dalam majlis ilmu dengan penampilan syar'i ku.
Aku berpenampilan syar'i seperti akhwat sosial media yang sering muncul di berandaku, dengan hiasan pita pita pada niqobnya. Dengan renda renda pada jilbabnya. Dengan softlens pada matanya. Aku pun menirukannya. Dengan harapan agar dia melihatnya dan mengagumiku juga.
Tak henti hentinya jariku mengambil foto dan mempostingnya, dari yang tadinya hanya foto sebuah gamis, kemudian kaos kaki, tangan tangan yang tertutup oleh manset sampai akhirnya ku tunjukkan pada dunia wajahku.
Hijrah ku palsu. Ya, mungkin seperti itulah julukan yang pantas aku terima.
Sampai suatu hari, titik dimana aku merasa bahwa apa yang aku lakukan ternyata salah. Dan aku mulai meluruskan niatku. Ku tutup sosial media ku dan ku hapus semua foto di galeri mediaku agar tak tampak diriku, agar wujud rupaku tak menjadi santapan dunia.
Ku bentangkan sajadahku, ku sujudkan taubatku. Memohon agar Allah senantiasa menjaga imanku.
Namun, tetap saja hati ini tak kuasa akan segala rasa yang ada. Aku tak ingin berlama lama memendam rasa, aku tak ingin setan berlama lama menguasai hati yang tak bertuan ini.
Sampai suatu hari aku teringat kisah Ibunda kita Khadijah RA. Yang mana pada saat itu beliau merasa jatuh cinta kepada Baginda Rasulullah Saw. Yang kemudian mengutarakan isi hatinya kepada pengawalnya. Untuk menyampaikan keinginan menikahi Baginda Muhammad. Masya Allah. Hari itu aku benar benar dibuat kagum akan kisah kisah pada zaman Nabi.
Hingga suatu hari, ku utarakan rasaku kepada sang Murobbiah . Bahwa aku tengah mencintai salah seorang Ikhwan. Dan aku tak ingin berlama lama memendam rasa tanpa ke-Ridho-an.
Beliau pun mencoba membantu, dan mencari tahu. Disodorkannya CV kosong kepadaku sebagai penguat niatku. Ku isi perlahan sembari menunggu jawaban.
Beberapa waktu kini berlalu, Murrobiah pun memberi tahu, bahwa Ikhwan tersebut sedang berada dalam proses ta'aruf.
Ku tarik nafas, kemudian ku seka air mata perlahan sembari berkata
"Allahu Akbar, segala rencana telah Allah tetapkan, hamba hanya mampu bersabar, dengan segala kelemahan, semoga Allah Ridho atas apa yang hamba lakukan"
-Continue-
KAMU SEDANG MEMBACA
HIJRAH KU PALSU
Short StorySebuah usaha memperbaiki diri demi seseorang yang sedang dicintai.