T U J U H B E L A S

22 8 0
                                    

Selamat Membaca 🍀

Seyna bangun dari tidurnya. Ia melihat jam yang berada di nakas. Matanya melotot.

"Ya ampun! Udah jam tujuh, kenapa Mama engga ngebangunin sih?" Seyna menggerutu.

Decakan keluar dari mulut gadis itu. "Mana gue belum mandi lagi."

Seyna bangkit dari kasurnya. Mengambil handuk kemudian berjalan memasuki kamar mandi yang berada di dalam kamarnya.

Setelah sekitar lima belas menit, Seyna keluar dengan wajah yang terlihat lebih segar. Gadis itu berniat untuk ke minimarket di dekat kompleks rumahnya.

Begitu rambutnya sudah terikat secara asal, Seyna melangkah keluar dari kamarnya. Tidak lupa, ia juga mengambil beberapa lembar uang.

Seyna melihat keberadaan Anggun -- Mamanya-- yang tengah menyiapkan makan malam saat pandangannya menatap sekitar.

Seyna mendekat. "Kenapa Seyna engga dibangunin, Ma?"

Anggun melirik Seyna. "Tadi Mama bangunin kok, tapi kamunya aja yang kebo,"

Seyna mendengus. "Seyna mau pergi ke minimarket, beli cemilan. Mama mau nitip sesuatu?"

"Minimarket yang mana? Kalau jauh, Mama engga ngizinin kamu pergi,"

"Deket kok, Ma. Itu, minimarket yang di dekat perempatan. Deketan sama itu apasih namanya, ah! Pokoknya deket dari pintu masuk kompleks," jelas Seyna. "Boleh ya, Ma?" Seyna menatap Anggun penuh harap.

"Yaudah, boleh. Hati-hati kamu,"

Seyna bersorak. "Mama mau nitip apa?"

Anggun menggeleng. "Engga ada,"

"Oke!" seru Seyna. "Oh, iya. Papa sama Saga mana?" tanyanya, ketika baru menyadari ketidakberadaan kedua orang itu.

"Saga ada di kamar, Papa bantuin Saga buat ngerjain tugas," Anggun menatap Seyna. "Kata Saga, tadi kamu galau?"

"Bohong itu!" Seyna membantah. "Seyna pergi sekarang, ya, Ma! Bai-bai!" pamit Seyna cepat, menghentikan Anggun yang pasti akan bertanya lebih lanjut.

Seyna berbalik kemudian berjalan menjauh.

"Jangan lama-lama, Sey!"

"Iya!"

Seyna bersenandung pelan selama perjalan menuju minimarket. Ia menyebrang, ketika lampu merah menyala. Begitu tiba di minimarket, ia mengambil keranjang lalu memilih cemilan.

"Eits, hampir aja kelewat," gumamnya. Seyna berjalan mundur tapi hal itu membuatnya bertabrakan dengan seseorang.

Seyna membalikkan badannya. "Eh, maaf ya. Gu--" Matanya menerjap sesaat. "Aku engga sengaja, kak,"

Arkan, si ketua karate itu adalah orang yang ditabrak oleh Seyna. "Engga papa kok," Arkan mengambil coklat yang jatuh. "Lo ngapain di sini?"

"Beli cemilan, kak. Lagi malas makan nasi," jawab Seyna jujur.

Arkan membulatkan bibirnya. "Udah selesai belanjanya?"

"Belum kak. Tadi aku mau ngambil coklat," Seyna mengusap tenguknya.

"Ah, iya," Arkan menggeser badannya, sebab rak berisikan coklat-coklat itu berada dibalik badannya.

Seyna tersenyum, sedikit canggung.

"Udah?" tanya Arkan setelah Seyna mengambil beberapa bungkus dan memasukkannya ke dalam keranjang.

"Udah kak,"

"Oke, ayo ke kasir."

Kedua remaja itu berjalan bersisihan menuju tempat melakukan pembayaran. "Gue anter pulang, gimana? Mau engga?" tawar Arkan.

Perfect Stranger (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang