Kata-kata Pengantar Perubahan

24 1 0
                                    

Kompetisi bergengsi tiap tahunnya, yang diadakan pemerintah setempat, dengan berbagai tingkatan peserta mengikutinya. Puluhan siswa-siswi terpilih dari berbagai sekolah datang untuk berpartisipasi, membawa kebanggaan sekolahnya masing-masing, saling adu kepandaian di atas secarik kertas. Tetapi, yang namanya pemenang hanya ada satu. Hanya ia yang akan bertanding di tingkat selanjutnya. Sementara yang lain? Pulang dengan luapan kekecawaan dalam dirinya. Seperti itulah hakikat kompetisi.

Ia yang memenangkan Olimpiade Matematika, mewakili kotanya pada tingkat yang lebih tinggi. Berdiri di atas semua pesaingnya. Seorang anak berusia 11 tahun, usia di mana lumrah bagi anak-anak membenci pelajaran matematika. Ia sendiri berbeda, kesukaannya pada pelajaran matematika mengantarkannya menjadi sang juara. Untuk pertama kalinya, membawa nama sekolahnya bersaing mengalahkan juara-juara bertahan dari sekolah bergengsi lainnya.

Dengannya, ia membuka ruang-ruang prestasi lainnya, berkompetisi mengharumkan namanya dan sekolahnya. Sejak usia dini, ia telah mencapai berbagai hal. 'Anak emas' begitulah ia dikenal orang-orang sekitarnya.

***

Hari ini kondisi sekolahku cukup berbeda. Nampak wajah-wajah asing dengan seragam berbeda-beda berkumpul di depan gerbang sekolah. Aku penasaran apa yang ingin mereka lakukan di pagi hari ini. Tidak mungkin rasanya, aliansi SMA se-kota ingin menyerbu sekolahku. Mengerikan. Aku pun masuk melewati gerbang 'tuk memulai kehidupan sekolahku hari ini.

Sesaat setelah kakiku melangkah melewati gerbang sekolah, aku menyadari ada pandangan mengancam yang tertuju kepadaku. Dia seorang laki-laki dengan rompi hijau muda menutupi pakaian putih yang dia pakai, disertai celana panjang berwarna hijau gelap. Aku tak tahu ia berasal dari SMA mana, tetapi dia benar-benar memerhatikanku dengan pandangan menusuk seakan-akan dia punya dendam kesumat padaku.

Aku mengabaikannya dan mempercepat langkahku menuju kelas, berpikir bahwa mungkin ia salah orang, jadi aku memaafkannya. Sesampainya di kelas, teman-teman memberitahuku bahwa hari ini ada seleksi olimpiade cabang matematika di sekolahku. Aku mendengar kalau terdapat 20an peserta dari berbagai SMA di kotaku, termasuk SMA-ku. Aku baru ingat kalau Amirah, siswi pintar di kelasku, mengikuti seleksi itu.

Aku berpikir, kenapa sekolah tidak meliburkan saja hari ini, toh kegiatan seperti ini pastinya memerlukan penanganan lebih. Sementara itu, siswa-siswa di kelasku mulai menyebutkan nama-nama, yang sepertinya, siswi-siswi dari sekolah lain. Apa sih yang mereka pikirkan. Meski begitu, aku masih memikirkan laki-laki tadi pagi yang melempar pandangan menusuk padaku. Sebenarnya apa yang dia pikirkan dengan menatapku seperti itu. Apakah dia mencoba menemukan kecocokan pola geometri di wajahku ini?

*** 

Waktu telah mengambil peran pagi hari, dan menggantikannya dengan sore hari. Hamparan awan sejauh mata memandang menutupi birunya langit, menjadikan hari cukup gelap, pertanda malam ini akan turun hujan. Langkah kakiku menuntun diriku untuk pulang, menyudahi kegiatan hari ini. Sekolahku memang cukup padat masalah jadwal, belum lagi masih ada kegiatan-kegiatan selepas sekolah berakhir. Jadi pulang sore merupakan hal biasa bagiku.

Perlahan kakiku melangkah menuju gerbang sekolah, sambil menikmati tarian dedaunan pohon karena embusan angin. Dari kejauhan aku melihat seseorang tengah duduk di gazebo dekat di samping gerbang sekolah. Masih ada yang belum pulang ya? Apakah dia juga penikmat embusan angin juga sepertiku?

Semakin tubuh ini mendekat, mata ini baru menyadari bahwasanya dia laki-laki dengan pandangan menusuk tadi pagi. Dengan sigap dia berdiri, menyadari kehadiranku.

"Lama sekali," kata-kata yang mulai keluar dari lisannya.

Aku mulai mempercepat langkahku, mencoba mengabaikannya yang entah dia tujukan pada siapa kata-kata itu.

Kumpulan Cerita PendekWhere stories live. Discover now