Aku mengangkat wajahnya dari berkas di depanku. Wajah yang tampan juga ternyata."Silahkan kita mulai meetingnya."
Meeting berjalan dengan lancar dan berlangsung 2 jam lebih 15 menit 30 detik.
Para pengusaha dan orang sukses berkata "Waktu adalah uang." Begitu juga dengan 2 boss ini.
Saat ini aku dan pak dewa berjalan keluar menuju parkiran.
"Bagaimana ganteng kan?"Aku hanya meringis. "Kamu udah punya pacar atau belom, Nik." Tanya pak Dewa tiba-tiba.
"Kenapa bapak nanyak kayak gitu?."
"Karna kamu udah waktunya menikah Niki. Saya tidak mau jika nanti saya di cap sebagai penghambat jodohmu."
"Jodoh sudah ada yang ngatur pak. Jadi jangan ngomong aneh-aneh."
Pak Dewa malah tertawa. Entah apa yang di tertawakannya aku hanya meliriknya saja lalu masuk ke mobil. Aku duduk di samping supir dan pak Dewa duduk di belakang.
"Mbak Niki kenapa kok cemberut?." Tanya Alan padaku. Aku ingin menjawab tapi,
"Tadi saya bahas soal umur Lan. Hahah..."
"Bapak ini suka banget ngeledek mbak Niki." Ucap Alan sembari menghidupkan mesin mobil.
Tanpa ada angin tanpa ada hujan pak Dewa mengatakan sesuatu yang membuatku canggung.
"Nik. Kenapa tidak sama Alan saja?. Satu sudah bekerja, dua dia tampan, tiga sayang keluarga, empat tidak pelit, lima baik hati, yang nomor enam tidak kalah penting agamanya juga baik."
Ku lirik Alan dia membuat ekspresi biasa saja. Walau begitu dapat ku lihat senyum tipis terbit di bibirnya. Dalam hati aku berkata "Ya Tuhan, apa Alan punya rasa padaku?"
"Bapak! Bapak ini ngomong apa, sudahlah pak." Begitu ucapku pada pak Dewa.
Aku menatap keluar jendela mobil. Menerawang jauh. Apakah ini kebetulan? Berkali kali aku bertemu dengannya. Mungkin 3 atau 4 kali. Ayolah Niki bukankah katamu kebetulan itu tidak ada. Lalu ini apa maksudnya?
Aku yang sibuk berkutat dengan fikiranku hingga aku tak sadar kini mobil yang aku tumpangi sudah terparkir di basemant. Aku pun turun dan berjalan ke ruanganku bersama pak Dewa. Semua pegawai memberi salam dan sapa untukku dan pak Dewa. Yang sama-sama kami balas dengan senyuman.
Tak ada yang special dalam pekerjaan dan aktivitas hari ini dan hari-hari sebelumnya. Yang berbeda hari ini aku membawa mobil pribadi.
Hari ini aku pulamg tepat waktu, pukul emoat sore. Sialnya, aku bertemu dengan seekor anjing berkepala buaya.
"NIKI.." Teriak anjing itu. Aku takut anjing, apalagi anjing siluman seperti dia.
Aku masuk mobil dengan cepat menacapkan gas. Ku melihat dari spion dia mengikutiku dengan mengendarai mobilnya. 2 hari setelah kejadian di caffe itu, aku mengiriminya foto dan mengatakan putus lewat chat.
"Sialan! Kenapa dia masih mengikutiku sih?"
Lampu lalu lintas berubah merah mau tidak mau aku harus berhenti dan itu tandanya.
"SAYANG BUKA PINTUNYA."
"Sial! Lelaki tak tau diri. Mau apa lagi dia?" Umpatku.
Aku melihat kesamping kananku dan ada mobil Dirga di sana sedang membaca berkas. Beruntungnya aku, jendela kursi penumpang terbuka. Aku membuka jendela berusaha memanggilnya dan syukurlah dia menoleh.
"Tolong aku!" Ucapku lirih. Dia mengangkat alisnya guna bertanya ada apa?
Aku memberinya isyarat bahwa lelaki yang menggedor pintu samping kiriku. Membuatku tak nyaman.

KAMU SEDANG MEMBACA
Rain In December
RomanceDibulan itu aku bertemu dan dibulan itu pula aku berpisah. 1 tahun cukup membuatku remuk dan terguncang. dihari bahagiaku seketika berubah menjadi hari terburuk. "kamu pergi begitu saja." Meski ku memohon pun percuma, Dia jahat padaku. Dia tak akan...