Ketika aku bertanya apa itu takdir,
Kamu datang.Tiada kata, tanpa rengkuh sebuah pelukan
Sederhana, tanpa ada sebuah perasaan
Mengiringku, hingga berjalan tanpa tujuan
Lalu singgah, seenaknya tanpa pemberitahuan
103, 1 Romance FM
"Tinggal sedikit lagi, nanggung kalau kita pulang sekarang. Mau digendong? Daripada kakinya tambah sakit."
Sebelum ini, Saffa sudah pernah beberapa kali berjalan dengan teman Laki-lakinya. Liga jelas berada di urutan pertama orang yang paling sering berjalan dengannya. Bahkan dulu, mereka hampir setiap hari jalan berdua. Saat masih SMA, ketika Liga baru-baru saja kembali dari Jerman, Liga juga selalu menjemputnya ketika pulang sekolah-jalan kaki tentu saja. Saffa bahkan pernah menjadi bahan gosip teman-temannya karena Liga yang sering bolak-balik ke sekolahnya seperti sekolah sendiri. Saffa tidak bisa menyalahkan teman-temannya yang mengira kalau dia dan Liga punya hubungan spesial, karena memang sikap Liga padanya yang lebih mirip seorang pacar daripada seorang teman.
Entah kenapa, pikiran Saffa langsung tertuju pada Liga ketika Arysl melontarkan tanya itu padanya. Hanya tanya biasa, tapi entah kenapa kalimatnya seolah berubah menjadi portal waktu yang menyedotnya pada kenangan silam.
Waktu itu sore-sore dan langit redup sebab senja sudah menjemput. Mereka perjalan pelan di pinggiran trotoar, Liga sibuk mengunyah permen karet sementra Saffa asik sendiri menendangi beberapa krikil yang ada di depannya. Sebetulnya, sekolah sudah usai sejak siang tadi. Seperti biasa, Liga menjemputnya, cowok itu menunggu di depan pos satpam sambil beberapa kali mengecek ponsel dan mengobrol singkat dengan pedagang cilok yang selalu menjajakan dagangannya di depan sekolah. Namun berbeda dengan hari-hari sebelumnya, hari itu Liga ngotot mau berkeliling sekolah lebih dulu dengan dalih, dia ingin tahu seberapa bagus sekolah Saffa dibandingka sekolahnya yang di Jerman. Saffa sempat menolak, namun Liga tidak mendengarkan ucapannya dan langsung melenggang masuk melintasi halaman sekolah begitu saja. Karena terlalu asik berkeliling, mereka sampai lupa kalau bus terakhir yang mereka tumpangi untuk pulang sudah lewat satu jam yang lalu. Jadilah, mereka memutuskan untuk berjalan kaki.
KAMU SEDANG MEMBACA
Radio Romance
Ficção Adolescente"There's a sure distinction that everyone has. Same as me, same as him. But sadly, we have one thing in common. We both chose you. And I never regretted it." Katanya, hidup adalah tentang perjalanan untuk pulang. Ketika kita berjalan untuk menemukan...