Es Krim dan Matematika ?

2K 121 3
                                    

Ponselnya bergetar. Membangunkan pemiliknya yang masih di alam mimpi. Adelia menjulurkan tangannya untuk mengambil ponsel yang telah menganggu acara tidur siangnya. Dengan mata yang setengah terbuka, dia melihat notifikasi. 

Dua messenger dari Fathir.

Adelia mendengus pelan. Mau apa lagi ni anak, umpatnya di dalam hati.

Fathir : Bangun, kebo kesiangan.

Fathir : Taman. Sekarang.

Adelia : Apa ?

Adelia : Taman mana ?

Adelia berhenti mengetik saat melihat lambang hijau Fathir tergantikan lambang kelabu. Cowok gila iu sudah offline

Mau tak mau dia bergegas mengobrak-abrik lemarinya dan mengeluarkan apa yang bisa dipakai untuk sore ini. Dia juga membawa beberapa buku pelajaran. Tampaknya Fathir memang serius dengan hal 'mengajar' ini. 

Adelia membawa tas selempangnya dan berjalan keluar dengan flats hitamnya. Sekarang tinggal mencari taman yang dimaksudkan Fathir. Ada sebuah taman kecil berdekatan dengan sekolah. Mungkin saja taman itu.

Di luar, Dian sedang bersusah-payah menyalakan mesin motor bututnya yang berbunyi seperti seorang yang sedang terjangkiti flu dan batuk. Kelihatannya Dian mau keluar dengan temannya. Atau pacarnya.

Tanpa ba-bi-bu Adelia melompat ke atas motor Dian. "An, ke taman."

"Apa-apaan lo, Del. Lo kira gue ojek ?" kata Dian sambil memberikan pandangan jengkel pada adiknya. Dia sudah memiliki rencana sendiri dan sekarang, Adelia sedang menghancurkannya. "Mau ngapain lagi ke taman ?"

"Ada janji sama temen."

"Iya deh gue anterin." kata Dian menyetujui. "Tapi pulangnya lo sendiri ya ?"

Senyum yang merekah di bibir Adelia kontan hilang. "Iya."

Dengan sekali injakan, motor Dian yang sedari tadi susah dihidupkan akhirnya berbunyi dan mengeluarkan bunyi layaknya sebuah motor.

...

"Lo tau kan jalan pulang ? Jangan sampai lo hilang. Gue nggak mau dimarahi Mama sama Papa," pesan Dian sebelum melaju pergi dengan motornya yang hampir sekarat. Adelia hanya mengangguk-angguk saat mendengarnya. 

"Iya, iya. Gue udah lama kali di sini." gerutu Adelia setelah motor Dian hilang di belokan. Gadis itu celingukan ke kiri dan kanan. Berharap bisa menemukan sesosok tubuh manusia yang bisa dibilang Fathir.

Adelia menemukan sesosok cowok ganteng yang sedang berkutat dengan ponselnya di bawah pohon. Tapi sosok yang dipikirkan itu melesat jauh saat menyadari cowok itu adalah seorang Fathir Khuarizmi. Ya, 'guru'nya untuk hari ini. 

"Datang juga lo." kata Fathir seraya menyimpan ponselnya setelah melihat penampakan Adelia. Adelia yang menyadari sesuatu melihat ponselnya.

11 messenger dari Fathir yang semuanya berisi titik (.).

Oke. Cowok ini benar-benar absurd.

Adelia menatap Fathir datar. "Ngapain coba messenger gue kalo tahu gue ke sini ?" kata gadis itu sembari melabuhkan punggungnya di sebelah Fathir. Cowok itu hari ini memakai kaos putih polos yang dipadukan dengan celana jeans biru tua. Memang suatu penampilan yang tidak biasa bagi Adelia yang sering melihatnya dalam seragam sekolah.

"Kita mulai sekarang," kata Fathir menukar topik perbualan mereka. Fokus gadis itu kembali ke matematika. "Tugas pertama lo, beliin gue es krim." Fathir menyodorkan sejumlah uang kepada Adelia. 

Miss Idiot & Mr. Newton [hiatus]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang