Part 21

1.1K 113 20
                                    

Happy Reading
...

Langit menatap tepat pada mata Humairah dengan tatapan yang berkaca-kaca. Langitpun tidak mampu membendung air matanya.

"Ini beneran kamu kan Humairah? Bukan sekedar halusinasi saya saja?"

Langit menampar pipinya cukup keras, untuk memastikan kalau ini nyata, bukan halusinansi atau mimpi.

"Udah stop Mas, jangan lagi nyakitin diri sendiri." Humairah menahan tangan Langit.

"Mas gak berhalusinasi kok, apalagi bermimpi. Ini Nyata, Aku sudah kembali ke rumah kita."

Humairah turun dari tempat tidur, ikut berlutut sama seperti Langit.

"Jadi ini bukan mimpi? Ya Tuhan."

Langit langsung menarik Humairah ke dalam pelukannya, mendekap tubuh mungil Humairah dengan erat.

Meski Humairah sudah berada dalam dekapan Langit yang begitu erat, Langit masih tampak kesulitan untuk berhenti menangis.

Bisa memeluk Humairah seperti ini lagi, bagaikan sebuah keajaiban untuk Langit. Jika waktu berhenti saat ini, Langit ingin berhenti detik ini juga. Karena jujur saja, Langit masih cukup takut untuk melepas pelukannya, Langit takut ketika dia melepaskannya, Humairah akan kembali menghilang dari jarak pandangnya.

"Mas, udah ya nangisnya." Humairah menepuk-nepuk punggung Langit.

"Gak...bisa Humairah, air mata saya ini adalah bukti betapa rapuhnya saya tanpa kamu, rasanya sangat berat Humairah. Setiap hari, dada saya selalu terasa begitu sesak, ketika melihat kamar kamu yang kosong,rasanya begitu sesak ketika saya mengingat semua luka yang pernah saya torehkan di hati kamu, dan disaat yang bersamaan saya hanya ingin menebus semuanya dengan membahagiakan kamu hingga satu di antara kita tutup usia, tapi yang terjadi adalah kamu malah pergi meninggalkan saya tanpa pamit, semua ini rasanya begitu menyesakkan Humairah," ucap Langit dengan suara parau.

Humairah melepaskan tangan Langit yang mendekap erat tubuhnya. Humairah lalu menyentuh dagu Langit yang dipenuhi bulu-bulu yang mulai memanjang, tampak jelas tidak diurus dengan baik oleh empunya-nya.

"Udah berapa lama Mas, ini gak dicukur? Rambut kamu juga berantakan. Kenapa suami aku yang ganteng ini, jadi berantakan seperti ini."

Humairah menyusuri setiap sudut wajah Langit dengan jemarinya. Air mata Humairah jatuh di atas punggung tangan Langit, sungguh Humairah tidak kuat melihat kerapuhan yang terlihat jelas pada diri Langit. Tiba-tiba Humairah merasa sangat berdosa, Humairah merasa sangat bersalah telah menelantarkan suaminya, tanpa mau mendengarkan penjelasan terlebih dahulu.

"Maafkan aku ya Mas, ampuni istrimu yang durhaka ini. Gak seharusnya, aku pergi meninggalkan Mas, tanpa mau mendengar penjelasan dari Mas. Aku terlalu egois, hanya mementingkan diri sendiri, maafkan aku Mas."Kali ini Humairah yang menangis terisak, Humairah menundukkan wajahnya.

"Hey, kamu gak perlu minta maaf, Sayang." Langit menyentuh dagu Humairah.

"Yang salah di sini itu adalah saya, saya yang selalu menaruh luka di hati kamu. Jadi jangan salahkan dirimu, atas kesalahan yang asalnya dari saya Humairah."

Humairah mendongakkan wajahnya, ia memberanikan diri untuk menatap mata Langit.

"Tapi Mas..."

Dengan gerakan cepat, Langit mengecup bibir Humairah seperkian detik.

"Mas." Humairah menunduk malu.

"Kamu cantik kalau merona gini." Langit tersenyum.

"Humairah." Langit meletakkan tangannya di atas pundak Humairah.

Ada Cinta Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang