11. Pertemuan

4.4K 422 61
                                    

Maaf bila masih banyak typo

.
.
.
.
.
.
.
.

📖Happy Reading📖

"apa sih maksud wanita itu, Ibu benar-benar membencinya", gerutu Mikoto kesal setelah tamu dirumahnya tadi pergi. Sekarang hanya ada Sasuke yang duduk di sofa.

"Sasuke kau harus melakukan sesuatu, jangan biarkan "dia" membawa Kei", pinta Mikoto

Sasuke masih terdiam, berlahan memijat pucuk hidungnya. Rasa pusing tiba menjalar memberi rasa berat di kepala Sasuke sekarang.

"Tapi wanita itu Ibunya Kei", ujar Sasuke yang membuat Mikoto semakin kesal.

"Dia tidak pantas disebut ibu, dia sudah meninggalkan Kei"

"Bukankah Ibu yang membuat dia pergi", respon Sasuke yang sekali lagi membuat kesal ibunya. Namun, ada sedikit perubahan ekspresi Mikoto, seakan pernyataan Sasuke benar adanya.

"Aku hanya tidak ingin menjadikan Kei sebagai bahan perebutan Ibu", jelas Sasuke.

"Dia masih kecil. Jika "dia" kembali untuk bertemu Kei, biarkan saja toh dia Ibunya", ujar Sasuke melanjutkan.

Mikoto menautkan kedua alisnya, tidak mengerti akan tanggapan Sasuke.

"Sudah cukup hari ini Ibu, sebaiknya Ibu pulang dan istirahat. Terima kasih sudah menjaga Kei hari ini", ujar Sasuke lalu beranjak menuju kamarnya.

Mikoto menarik nafas dalam, mengambil tasnya dan kemudian pergi.

Didepan korden yang terbuka sedikit, membiarkan sinar bulan masuk kedalam kamar Sasuke berdiri di sana.

"Aku mau lihat apa yang akan kau lalukan setelah ini, Karin", ujar Sasuke, diujung matanya dia melirik Kei yang sedang tertidur.

------

Pagi tiba, matahari bersinar cerah untuk kota Tokyo hari ini. Seperti biasa hiruk pikuk kesibukan warganya.

Tidak terkecuali Sakura yang sudah berdandan rapi untuk berangkat kerja. Tapi kebiasaannya yang harus mengunyah sesuatu dulu sebelum pergi.

Dimeja makan sudah tersedia sarapan, ada Kizashi dan Mebuki yang tengah sibuk dengan kudapan didepan mereka.

"Pagi Ibu, Ayah", sapa Sakura sebelum duduk ikut makan.

"Wah cerah sekali, tidak mendung seperti biasanya", celetuk Kizashi

"Iya, rumah ini jadi semakin bersinar", sahut Mebuki dengan senyuman sumringah.

Sakura yang mendengar merasa aneh, sikap kedua orang tuanya pagi-pagi ini sudah tidak jelas.

"Apa yang sedang Ibu dan Ayah bicarakan," tanya Sakura

"Tidak ada, lihat dunia sedang bahagia hari ini, mungkin sebaiknya kau juga Sakura", ucap Mebuki sembari menatap lekat anak gadisnya itu.

Sakura membalas melihat ibunya, Sakura sesaat menunduk lalu kembali mendongak untuk memberi senyuman kepada ibu dan ayahnya.

"Aku baik-baik saja, lihat. Yang kemarin itu lupakan saja, jangan terlalu dipikirkan", jelas Sakura menyakinkan. Karena Sakura tahu sudah membuat Ibunya khawatir kemarin malam.

"Dengar, sudah ku bilang dia itu baik-baik saja," ujar Kizashi kepada Mebuki.

Mebuki mengangguk dan tersenyum hangat. Seorang ibu memang seperti itu, galak iya, ngomel tentu saja, tapi ibu akan jadi orang pertama yang peka akan masalah yang menimpa anaknya.

Surprising ThingTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang