extra 01 | i knew it

197 32 0
                                    

note: awalnya bab bonusnya mau dipisah aja. Tapi kayaknya gue risih kebanyakan work. Jadi digabung aja.

*

Tahun 2020

Sabtu ini, semua diawali oleh mesin air hangatnya yang rusak, dan petugas servis di apartemennya pun akan memperbaikinya minggu depan. Lalu dilanjut dengan persediaan sereal dan susunya yang sudah habis, membuat dirinya terpaksa sarapan dengan mie instan karena malas untuk memesan sarapan via delivery. Terakhir, televisi-nya rusak—karena Fajar tidak sengaja melempar stick PS saat kalah bermain dengannya kemarin. Hal tersebut sukses membuat mood Aksa yang buruk jadi semakin buruk.

Mau tahu apa lagi yang membuat Aksa makin geram. Saat Sai menelepon dirinya pagi-pagi buta dan memberikan kabar bahwa kegiatan transaksi senjata ilegal yang dilakukan kemarin sore terbongkar oleh awak media dan instansi pemerintah. Dikarenakan adanya mata-mata dari keluarga sebelah yang merecoki kegiatan mereka.

Alhasil, pria itu dipaksa untuk mencari dan mengubek-ubek Jabodetabek guna mencari si mata-mata tersebut. Yang ternyata adalah salah satu orang kepercayaan Sai. Namanya Edgar. Dan gara-gara dia hari Sabtu cerah Aksa berubah menjadi suram.

Tapi beruntung, siangnya Rahman langsung melaporkan jika Edgar telah tertangkap, dan langsung dibawa ke markas mereka yang berada di Tanjung Priok. Dan ini menjadi rekor bagi dirinya, karena telah mengeksekusi enam orang dalam sebulan.

Sorenya, dia tidak langsung pulang. Justru melipir ke rumah Bara, untuk menumpang mandi dan makan, karena di antara para anggota Caturangga, Bara lah yang pandai memasak.

"Si Edgar jadinya gimana?" tanya Bara, selepas dia selesai mandi.

Rambutnya Aksa masih basah, dan dia tidak mengenakan kausnya dan membiarkannya telanjang dada.

"Udah dikremasi. Tapi tetep aja gue kena semprot si Sempak. Itu orang kalo lagi ngadat emang serem banget!"

Aksa mengusap rambutnya dan matanya tak sengaja melihat ke arah plastik putih di meja bar. "Ini apaan?" tanyanya, lalu tanpa meminta izin, langsung mengambil plastik tersebut yang ternyata di dalamnya terdapat kotak salad yang isinya adalah bermacam-macam potongan buah pepaya, bengkoang dan nanas yang dicampur dengan kuah bewarna merah.

"Asinan? Tumben lo beli asinan."

Bara melirik sekilas. "Oh, itu. Gue beli gara-gara si Lisa dan kawan-kawan banyak yang ngomongin, kalo di pasar Baru ada asinan Bogor. Enak katanya. Lo coba aja," ucap Bara menceritakan tentang Lisa si sahabat warianya yang memiliki butik baju di pasar Baru.

Bara meraih kotak salad tersebut, lalu membukanya. Dia mengambilnya sendok dan mencicipi asinan tersebut. Aksa terdiam sejenak. Ngomong-ngomong tentang asinan Bogor, justru membuat dirinya mengingat seseorang yang sudah lama dia tidak temui.

"Oh iya, cewek yang ada di dompet lo itu orang Bogor, kan? Udah lama banget gue gak liat dia. Kalian LDR-an?" tanya Bara, kembali menyendoki asinan tersebut, sesekali meselupurt kuahnya.

Aksa tidak menjawab pertanyaan Bara, justru merasa penasaran dengan asinan tersebut. Alhasil dia mengambil sendok lain dan ikut mencicipinya.

Satu detik. Dua detik. Tiga detik.

Aksa meletakkan sendok tersebut di atas meja. Matanya terbelalak kala rasa familiar menggerogoti rongga mulutnya.

Bara mengangkat alisnya bingung. "Nape lo, Kucrut?" tanyanya.

Aksa seketika langsung menatapnya horor. "Ini lo beli di mana?!" tanyanya sumringah.

"Tadi kan, gue udah ngomong, kalo gue beli di Pasar Baru, budeg apa lo?" Bara berdecak lalu kembali mencicipi asinannya lagi.

yang baik belum tentu baikTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang