_13_

186 30 5
                                    

Malam ini adalah malam yang tidak diinginkan Edo. Semua rencana untuk membahagiakan Deandra harus dikubur dalam dalam setelah kejadian menyakitkan yang membuat Deandra tak sadarkan diri.

Saat ini Edo masih mengikuti mobil Ranio yang merupakan abang Deandra. Sudah tak terhitung lagi berapa banyak Edo menyumpah serapahi dirinya sendiri sebab tak bisa menjaga Dean. Baginya dia telah gagal. Gagal menjaga orang yang berarti dalam hidupnya ditambah lagi kedatangan Ranio secara tiba tiba. Mengapa semesta mempermainkan Edo dan Deandra.

Pertanyaan bergelut tentang Ranio masih memutar dikepala Edo.

Mengapa Bang Ranio kembali?

Ada apa mereka kembali?

Dan masih banyak lagi.

Mata Edo membulat terkejut. Mobil Ranio sudah berhenti tepat didepan rumah Deandra. Hal itu membuat Edo menghentikan mobilnya agak jauh dari rumah itu namun masih terlihat dalam jangkauan matanya.

Edo bernafas lega ketika manik matanya menangkap Deandra yang di gendong untuk masuk kedalam rumahnya.

Setelah tak melihatnya lagi. Edo memutuskan untuk kembali kerumah. Sebenarnya Edo ingin sekali datang kesana. Namun melihat betapa emosinya Ranio tadi membuatnya enggan kesana takut memancing lebih keributan. Alhasil, Edo akhirnya menyalakan mobilnya dan menancap gasnya untuk kembali kerumah.

****

Tok tok tok

"Astaghfirullah Non Dean" Ucap Bibi benar benar terkejut.

Tanpa memperdulikan keterkejutan Bibi. Ranio segera masuk dan membawa Dean ke kamarnya. Merebahkannya dengan hati hati, melepas sepatu yang dipakainya, lalu menarik selimut untuk menghangatkan tubuh adiknya.

"Den Nio"

Mendengar panggilan Bibi. Ranio lantas membalikkan badan dan menatap Bibi tanpa ekspresi.

"Aden kapan pulang?"

Ranio hanya mengacuhkan bahunya. Baginya menjawab sesuatu hal yang tidak penting itu membuang waktu. Tanpa sopan santun Ranio segera meninggalkan kamar Dean. Namun belum sampai keluar. Dia menghentikan langkahnya karena Bibi memanggilnya lagi. Ranio membalikkan badan kembali.

"Aden tidak menginap saja?"

"No. Urus saja gadis itu" Jawabnya dengan suara yang terdengar tidak peduli.

Lalu Ranio melanjutkan langkahnya. Sedangkan Bibi kini mendekati Deandra. Duduk disebelah nya dan mengelus pucuk kepalanya dengan sayang. Mengetahui bahwa putri majikannya ini sedang pingsan. Bibi meraih minyak telon yang selalu tersedia didalam laci kamar gadis itu. Dan mengoleskan sedikit ke hidung Dean.

Bibi tersenyum tenang ketika Deandra menunjukkan kesadarannya.

"Auh" Ringis Dean ketika merasakan kepalanya seakam dihantam sesuatu yang menyakitkan

"Non" Panggil bibi pelan

Deandra yang tadinya masih memejamkan mata kini mulai membuka matanya perlahan.

"Bi, Dean dimana?"

"Sedang dikamar Non. Non istirahat ya? Tadi Non Dean pingsan"

Dean memejamkan matanya sebentar untuk meredakan sakit pusing sekaligus mengingat apa yang terjadi.

"Bi yang nganter kesini siapa?"

"Den Ranio, kakak Non Dean"

Mata Dean membulat. Sungguhkah Abangnya tadi yang membawanya?.

Deandra (End)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang