BAB 1 || Malaikat Baik

89.1K 6.9K 214
                                    

HAPPY READING

JANGAN LUPA VOTE DAN COMMENT

***

Suara dentuman musik terdengar sangat keras membuat siapapun yang mendengarnya sedikit memekakkan telinga. Aroma alkohol turut menguar memenuhi setiap sudut ruangan di tempat ini.

"Tumben kamu datang sore, An," ujar Sinta sembari mengelap gelas-gelas. Bagi orang-orang club jam 8 malam masih tergolong sore.

Gadis berusia 20 tahun itu tidak menghiraukan ucapan temannya, ia memilih bersiap menyambut pengunjung club yang akan memesan minuman hasil racikannya.

Gadis dengan dress berwarna merah itu bekerja sebagai bartender di club. Gaji yang cukup besar setidaknya bisa memenuhi kebutuhan hidupnya. Gadis itu sudah tidak mau lagi merepotkan om dan tantenya yang selama ini membiayai hidupnya.

Tinggal bersama Ayah namun hidup dibiayai oleh om dan tantenya. Mungkin akan terdengar aneh oleh kebanyakan orang, namun itulah hidup yang dijalankan oleh seorang gadis bernama Zefanya.

Meskipun bekerja di sebuah club, namun Zefanya adalah sosok yang menjunjung tinggi sebuah harga diri. Ia hanya bekerja sebagai bartender, bukan sebagai pemuas nafsu para lelaki hidung belang.

"An, tolong kamu antarkan pesanan ini ke meja yang paling pojok disana ya. Aku mau ngelayanin yang disana," ucap Bella salah satu rekan sesama bartender di club.

Zefanya melihat ke sekeliling, tidak ada pelayan disana. Mereka sedang sibuk semua mengantar minuman kepada para pelanggan.

Zefanya lalu berjalan menuju meja yang dituju. Lima orang laki-laki duduk disana sembari meracau tidak jelas. Sudah gadis itu pastikan jika kelima orang tersebut sudah dalam keadaan mabuk.

"Sudah mabuk begitu masih aja dipaksain minum!" Zefanya menggerutu dengan lirih.

Zefanya meletakkan beberapa botol beralkohol di atas meja. Saat ia hendak kembali ke bar, tangan kanannya ditarik oleh salah satu lelaki disana. Hal itu tubuhnya terjatuh di atas pangkuan lelaki tersebut.

"Jangan kurang ajar ya!" teriak Zefanya dengan marah.

Lelaki dengan tahi lalat di hidungnya itu justru tersenyum smirk. "Gausah sok jual mahal cantik. Sini om sewa satu malam," ucapnya dengan meracau tidak jelas.

Zefanya menarik dirinya dengan paksa agar berdiri dari pangkuan lelaki tersebut. Bukannya bangkit, gadis itu kini justru ditarik oleh kelima pria disana.

"Jangan kurang ajar ya! LEPASIN!" teriak Zefanya.

Tak ada satupun yang menolongnya. Teriakan Zefanya hanya terdengar angin lalu karena kalah kerasnya dengan musik di club.

Dengan sebisa mungkin Zefanya berusaha melepaskan diri. Gadis dengan rambut pirang itu menggigit lengan kedua lelaki yang memegang tangannya. Ia juga menendang kakinya ke arah dua lelaki yang memegang bagian kakinya. Dan yang terakhir, ia menendang dengan keras aset pribadi milik lelaki bertahi lalat itu.

Sebelum melangkah pergi Zefanya meludahkan air liurnya tepat mengenai wajah lelaki bertahi lalat.

Jam menunjukkan pukul 10 malam. Zefanya memilih melangkah keluar dari club. Berjalan sendirian di tepi jalan dengan dress mininya dan juga rambut yang sudah acak-acakan.

Zefanya menghentikan langkahnya di atas jembatan. Ia kemudian menatap ke atas melihat bintang-bintang yang bertebaran di atas langit.

"Tuhan, aku lelah..."

ALFAREZ [TERBIT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang