Orion tengah sibuk berkutat dengan laptop dan proyektor, Petra sedang menyiapkan beberapa camilan, Johnny berdiri di depan kulkas, dan Jeffry sibuk dengan layar handphonenya. Ruangan berukuran 5x5m itu terasa sempit karena dipenuhi oleh tubuh-tubuh menjulang yang kini tengah tersebar di berbagai sudut.
"Miracle in Cell No.7 atau Extreme Job?"
Pertanyaan Orion membuat perhatian Johnny teralih, "Kita sudah nonton Miracle in Cell No.7 tiga kali, Yon. Extreme Job aja." Johnny langsung menjawab pertanyaan Orion dengan cepat. Ia sudah lelah menangis karena kisah Miracle in Cell No.7.
"Kenapa lo hobi banget nonton Miracle in Cell No.7?" Jeff menatap Orion dengan tatapan penuh selidik.
"Kapan lagi bisa lihat playboynya prodi kedokteran nangis sambil sesenggukan." Orion terkekeh kemudian tersenyum hingga menampilkan gigi kelincinya.
Jeff yang merasa tersindir akhirnya melemparkan bantal sekuat tenaga ke arah Orion. Orion yang sudah tahu akan jadi bulan-bulanan Jeff, berhasil menghindar dengan tepat.
"Loh, anda merasa?" Orion masih menampilkan senyum yang sama.
Johnny tertawa hinga terbahak, "Lo aja ngaku Jeff. Anak Jatayu mana yang gak kenal Jeffry Narendra? Playboy kampus nomor satu."
"Diem lo. Mending gue kemana-mana dibanding lo bertiga yang gak punya pacar." Jeff mengangkat dagu dengan sombong. Kata-katanya tidak dapat dibantah oleh ketiga laki-laki yang kini terdiam kaku.
"Mau gue ajarin gak?" Jeff jadi sombong betulan.
"Sorry, Bro. Gue masih setia." Johnny menolak pasti.
"Masih aja belom move on lo?" Petra menatap Johnny prihatin.
"Gue sih belom tertarik ya buat pacaran. Mending gue tidur atau nonton drama deh, daripada harus ngurusin orang lain." Orion melakukan pembelaan.
Kenalin gue Orion, mungkin lo pada nggak terlalu ingat sama gue karena gue cuma teman Petra si ketua himpunan. Tapi gue punya cerita sendiri. Kalian ingat waktu gue bilang kalau gue nggak tertarik buat pacaran? Sebenarnya itu nggak sepenuhnya benar. Gue nggak bohong ya, cuma nggak ngasih tahu semua aja. Gue sudah suka sama seseorang sejak masa SMA. Seseorang yang tadinya gue kira nggak akan memberi dampak apapun buat hidup gue. Tapi gue salah. Memang manusia tuh cuma bisa ngomong doang, kalo soal rasa udah urusan lain.
Terik matahari siang itu tidak menyurutkan semangat panitia MOS SMA Budi Luhur. Mereka berbaris dan berteriak mengarahkan siswa siswi baru yang masih mengenakan seragam SMP. Sang ketua OSIS tengah memberikan arahan mengenai tugas mereka esok hari. Kala itu, Orion mengenakan slayer merah bertuliskan komdis di lengannya.
Di tengah keluh kesah siang itu, Orion dibuat terkejut oleh gerakan seseorang. Tepat di depannya, seorang siswi jatuh pingsan. Bukannya menolong, ia malah dibuat membeku karena melihat seorang gadis yang dengan sigap langsung menangkap temannya yang pingsan. Ia terkagum sejenak hingga kesadarannya kembali. Ia segera berteriak memanggil tim medis dari PMR.
Hari itu adalah pengalaman pertamanya menangani seseorang yang pingsan. Entah mengapa sekujur tubuhnya jadi sakit. Ia berjalan ke halte dengan gontai. Sebenarnya mudah saja untuknya meminta dijemput, tapi ia terlalu malas untuk menelepon.
Orion melihat seorang gadis yang mengenakan seragam SMP tengah duduk berdampingan dengan seorang anak yang sepertinya adalah pengamen jalanan. Ia melihat gadis itu berbincang dengan anak yang sedang mengunyah roti seperti, seseorang yang sudah kenal lama. Anak itu tiba-tiba terbatuk, dengan sigap gadis itu membuka tasnya dan memberikan tumblernya pada anak tadi. Orion tidak bisa mengalihkan pendangannya dari gadis itu.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Untold Story ✓
Roman pour AdolescentsHafta Petramula dan Dwiyata Pattareksa adalah saudara kandung. Petra dan Pattar, mendengar nama mereka saja sudah membuat orang lain terkagum. Nama mereka terdengar serasi sebagai kakak-adik, namun hubungan mereka tidak sekompak nama. Pertalian dar...